BALIKPAPAN, bisniswisata.co.id: Teluk Balikpapan, kawasan padat objek wisata di Provinsi Kalimatan Timur, tepatnya sebelah utara Kota Balikpapan dan sebelah barat Kabupaten Penajam Paser Utara, selalu dikunjungi wisatawan untuk berwisata bahari, menikmati deburan ombal hilir mudik kapal, menikmati udara pantai.
Sayangnya kini tinggal kenangan, lantaran kelestarian alam terancam sirna akibat insiden tumpahan minyak yang terjadi sejak Sabtu (31/3) hingga kini Sabtu (07/04/2018) masih ada sisa tumpahan.
Salah seorang warga Kota Balikpapan, Lucia Dian Wulandari, mengungkapkan kekhawatirannya mengenai dampak tumpahan minyak tersebut terhadap sektor pariwisata di Teluk Balikpapan. Pasalnya, selama ini di sekitar Teluk Balikpapan memang sering dijadikan lokasi wisata bahari.
Beberapa yang ramai dikunjungi adalah Banua Patra, Pantai Melawai, Pantai Kemala, Pantai Monumen, Pantai Manggar, sampai Pantai Lamaru. Ada juga dua taman bakau di sana, yaitu Taman Mangrove Margomulyo dan Taman Mangrove Kariangau.
Taman Mangrove Karingau bisa dibilang paling ramai dikunjungi, karena menawarkan paket wisata wisata keliling hutan mangrove dengan perahu kecil atau yang disebut kelotok.
“Sebelum tercemar saya sering mengunjungi Taman Mangrove Karingau untuk melihat bekantan dan lumba-lumba. Setelah terjadi tumpahan minyak saya menyempatkan diri ke sana dan melihat kondisinya yang ternyata sudah tercemar dan sepi pengunjung. Duduk sebentar saja saya sudah mual karena bau minyak, apalagi duduk lama untuk bersantai sambil pesan makanan,” kata Lucia.
Lucia kebetulan tinggal sekitar lima kilometer dari lokasi tumpahan minyak. Walau cukup jauh, namun ia mengeluhkan bahwa bau minyak yang membuat mual juga terasa sampai ke kawasan pemukimannya.
“Yang paling kasihan adalah penduduk yang tinggal di pesisir pantai. Karena memang ada beberapa perkampungan atas air di Balikpapan, seperti Kampung Margasari yang jaraknya hanya sekitar 300 meter dengan lokasi kejadian,” ujar Lucia seperti dilansir laman CNNIndonesia.com, Sabtu (07/04/2018).
Lucia berharap pemerintah dan instansi terkait segera menanggulangi tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, sehingga kelestarian alam di daerahnya bisa kembali pulih. Ditambah saat ini Kalimatan Timur juga sedang mengembangkan potensi pariwisatanya.
Berdasarkan data milik Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), tumpahan minyak tersebut mengakibatkan 10,4 hektare kawasan terumbu karang di Teluk Balikpapan rusak. Sementara itu 17 ribu hektare tanaman bakau terancam mati.
Tak hanya itu, sekitar 80 kilometer garis pantai Balikpapan dan Penajam Paser Utara sudah dinyatakan terpapar limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Sekitar empat jenis mamalia dilindungi, seperti pesut, lumba-lumba hidung botol, lumba-lumba tanpa sirip, dan dugong, dipastikan menjauh di kawasan perairan tersebut.
Menurut laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), luas daerah terdampak mencapai hampir 13.000 hektare. Pohon-pohon di hutan mangrove di utara di Kariangau menjadi pekat oleh minyak. Penyebab tumpahan kemudian diketahui ada pipa bawah laut Pertamina yang menghubungkan Terminal Crude Lawe-lawe dengan Kilang Balikpapan mengalami kerusakan.
Pipa baja berdiameter 20 inci dan ketebalan 12 milimeter di kedalaman 25 meter itu dilaporkan patah dan bergeser hingga 120 meter dari posisi awalnya. (NDYK)