FASHION

Batik Pewarna Alami Diminati dari Asia hingga Eropa

PASURUAN, bisniswisata.co.id: Batik salah satu warisan budaya asli Indonesia yang sudah mendapat pengakuan dari UNESCO, mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bukan hanya motifnya yang kian bagus, warna batik pun kian beragam. Kini, batik yang menggunakan pewarna alami semakin disenangi warga mancanegara dan bernilai tinggi. Ciri khas batik warna alam adalah warna-warna berkarakter tenang dan lembut.

Penggunaan bahan pewarna alami menjadi tren seiring gencarnya kampanye pelestarian lingkungan. Bunga, dedaunan, bebatuan hingga akar-akaran menjadi pilihan bahan pewarna alam. Fery Sugeng Santoso asal Pasuruan, Jawa Timur ini mencontohkan, untuk mendapatkan warna kuning, bahan yang digunakan adalah kayu tegeran. Jika menginginkan warna kuning muda, dalam pengikatannya menggunakan batu tawas yang mengandung aluminium.

Sementara, untuk warna kuning yang lebih tua, diikat menggunakan batu kapur karena mengandung tembaga dan kalsium. Untuk warna gelap seperti hitam dan abu-abu, yang digunakan untuk mengikat adalah bahan yang mengandung besi.

Batik dengan pewarna alam diyakini memberikan rasa percaya diri. Karena batik tak sekadar seni, tetapi juga mengandung filosofi. Inilah yang menjadi keyakinan pria yang kerap akrab dipanggil Ferry ini hingga dapat memasarkan produknya ke berbagai negara.

Hingga saat ini, karyanya telah mendapatkan apresiasi di sejumlah negara seperti Korea, Australia, Malaysia, Singapura, dan sejumlah negara di Eropa. Batik dengan pewarna alam memang lebih dihargai di negara-negara tersebut. Eropa tidak mau sintetis, maunya warna alam.

Ia mengakui, dengan idealismenya ini, produk yang dihasilkan tidak selalu mengikuti keinginan pasar. Akan tetapi, ia yakin, konsistensilah yang menjadi ciri khas produk Alam Batik. Selain itu, produk yang dihasilkan menjadi ekslusif bagi pemiliknya.

“Awalnya saya tidak suka dengan batik, namun setelah kenal dengan Sampoerna Enterpreneurship Training Center (SETC) pada tahun 2007, saya semakin mantap, apalagi diberikan pembinaan dari awal memulai usaha hingga cara pemasarannya, itupun masih dengan bendera usaha batik Dinar Agung milik orangtuanya,” papar Ferry seperti dilansir laman Sindonews, Rabu (23/10/2019).

Kemudian pada tahun 2009, Ferry mulai mendirikan Alam Batik di bawah pembinaan SETC, sejak saat itulah ia mengaku bisnisnya berkembang dengan pesat. Ihwal perkembangan bisnis Alam Batik, Ferry mengaku tidak membuat SETC berhenti mendampinginya.

Perkembangannya luar biasa. Apalagi sering diajak kegiatan pameran sehingga peluang besar untuk kami. Penting untuk campaign. Expo tidak hanya untuk jualan, tetapi juga memperkenalkan kepada masyarakat.

Kesempatan mengikuti pameran yang diselenggarakan SETC , menjadi kesempatan besar bagi Ferry untuk memperkenalkan produknya. Alasannya, hingga kini ia tak memasarkan produknya secara online. “Saya ingin pembeli atau calon konsumen melihat, memegang langsung batik karya saya. Dari situ, dia akan merasakan keistimewaannya. Maka, kesempatan mengikuti expo, jadi kesempatan besar buat saya. Saya jualannya masih konvensional, belum online,” kata Ferry.

Selain mengikuti pameran lanjut Ferry, UKM binaan Sampoerna juga mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan terkait peningkatan kualitas produk dan kemasan. Bagi Ferry, pengetahuan mengenai hal ini, sangat bermanfaat bagi pengembangan bisnisnya. Ke depannya, ia berharap, akan ada pelatihan dan pendampingan terus menerus untuk memperluas pasar UKM binaan.

Ferry juga mengungkapkan, ia kini kerap menjadi mentor pelatihan membatik dengan pewarna alam yang diselenggarakan oleh Sampoerna melalui SETC. “Bahkan belum lama ini saya diundang ke Belanda untuk fashion show dan memberikan pengalaman membatik dari bahan alami,” ungkapnya.

Kepergiannya ke Belanda undangan pribadi dari penyelenggara event Pasar Malam Azie. “Kami diundang penyelenggara Pasar Malam Azie di Belanda dan diminta untuk memperkenalkan budaya yang kita miliki terutama batik,” tuturnya.

Karya-karya yang diperkenalkan di Belanda merupakan karya Ferry yang terbaik yaitu kain batik Kasampurnan, baju batik untuk musim panas dan gaun pesta batik.

Batik Kasampurnan yaitu Batik dengan warna lembut dan kebiruan bercorak kupu-kupu dengan bunga kenanga berada di sela-selanya. “Orang bilang Kasampurnan yang dilihat langsung kupu-kupunya. Padahal kupu-kupunya menjadi efek, perjalanan kesempurnaan itu justru di belakangnya, yakni bunga Kenangan,” katanya menjelaskan.

“Kenanga sendiri dari kata ‘Keneng ‘a’ yang berarti mengingat. Apa yang diingat? Ajaran para leluhur sehingga kita menuju sempurna. Sempurna bukan hanya lahirnya, tetapi juga baginya,” tambahnya menguraikan.

Selama di Belanda Fery memamerkan karyanya melalui pameran dan fashion show di Enshede Belanda pada tanggal 27-29 September dan pada tanggal 5 Oktober di Almere. Selain memamerkan hasil karyanya, Fery juga menularkan ilmunya kepada kelompok-kelompok masyarakat pembatik yang ada di Belanda. “Mereka sangat suka dengan batik Indonesia terutama yang menggunakan warna alami,” tuturnya.

Mengurangi Pengangguran

Membangun usaha pasti mengalami pasang surut dan inilah yang menjadi tantangan. Demikian pula yang dialami Ferry. Persoalan bahan baku tak jadi persoalan buatnya. Namun, yang menjadi tantangan adalah mencari sumber daya manusia (SDM) pembatik.

Di Pasuruan, hal ini menjadi tantangan tersendiri karena sebagian besar, terutama generasi muda, memilih bekerja di pabrik. “Apalagi Pasuruan. Pabrik banyak, jadi pencarian tenaga kerja berat. Kenapa saya sampai terlambat produksi, karena hambatan tenaga kerja, bukan bahan baku,” kata dia.

Namun walaupun begitu ia tetap berusaha keras untuk mencari orang-orang yang belum memiliki pekerjaan sehingga secara tidak langsung akan mengurangi pengangguran. Kini ia telah memiliki dan mendidik 10 hingga 15 pembatik remaja putus sekolah. Proses yang dilaluinya dilalui juga tak mudah untuk membuat mereka mau dididik menjadi pembatik. Imbalan layak adalah komitmen yang diberikan Ferry agar menjamin kesejahteraan hidup dan meningkatkan kehidupan sosial para pembatik muda ini.

Sebagai salah satu warisan budaya asli Indonesia, batik terus berkembang pesat. Tak hanya motifnya yang kian bagus, warna batik pun kian beragam.Di masa yang akan datang, Ferry memiliki impian untuk mengikutkan pembatik didikannya dalam berbagai pelatihan SETC, seperti yang pernah dijalaninya dengan tujuan untuk melatih kemandirian. Ia tak mempersoalkan jika mereka yang sudah dibina kemudian memilih jalan untuk berdikari. “Harapan saya anak-anak muda ini diberi kesempatan untuk mendapat pelatihan-pelatihan untuk membentuk kemandirian,” ujar Ferry.

Impian lainnya, ia ingin merangkul lebih banyak lagi para remaja putus sekolah atau kelompok marjinal untuk dilatih menjadi pembatik. “Mereka yang punya ijazah tidak susah (cari kerja). Tapi mereka yang tidak punya ijazah, tanggung jawab siapa? Saya selama ini merangkul anak putus sekolah untuk mengerjakan batik di rumah. Saya ingin lebih banyak lagi anak-anak yang demikian. Tapi saya tidak bisa melakukannya sendiri, harus ada partner,” kata Ferry. (ndy/Sindonews)

Endy Poerwanto