INTERNATIONAL

Banjir Menerjang Kota Wisata Venesia

VENESIA, bisniswisata.co.id: Hampir sepekan, kota wisata Venesia, Italia diterjang banjir. Sejak banjir menerjang, bagian-bagian kota itu terendam air dengan ketinggian hingga 1,8 meter. Bahkan banjir yang terjadi di Venesia disebut-sebut merupakan bencana terburuk dalam setengah abad ini. Bencana tersebut mengakibatkan 85 persen jalanan di Venesia terendam air.

Sesaat setelah air pasang menerjang, warga dan para turis mencari perlindungan. Kota kanal di Italia itu pun lumpuh. Para wisatawan yang biasanya memenuhi jalanan dan kanal-kanal memilih untuk langsung meninggalkan Venesia. Bahkan, para pekerja berbondong-bondong mulai menyelamatkan karya seni yang ada di seluruh penjuru kota.

Kota kanal ini terakhir kali mengalami banjir pada tahun 1966 dengan ketinggian 1,94 meter. Banjir yang menerjang pun sontak langsung menjadi perhatian media-media dunia. Setelah itu, beredar foto yang memperlihatkan kondisi kota saat ini. Wali Kota Venesia, Luigi Brugnaro pun lantas menyatakan kondisi banjir di Venesia sebagai keadaan darurat.

Lantas mengapa banjir di Venesia menjadi perhatian dunia? Melansir laman CNN, Ahad (17/11/2019), banjir yang menerjang Venesia menimbulkan kerusakan parah. Kerusakan yang ada bukan hanya terjadi di jalanan dan gedung-gedung saja, namun juga mengancam eksistensi kota sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Kota ini menympan sejarah berupa karya seni dan arsitektur yang melimpah. Venesia memiliki salah satu karya arsitektur dengan konsentrasi tertinggi di dunia. Di seluruh penjuru kota terdapat arsitektur menawan hasil karya para seniman dan arsitek kelas dunia.

Sebut saja Lapangan St. Mark yang menjadi ikon kota. Gedung Basilika yang baru terkena banjir selama sembilan kali sejak eksistensinya di Venesia saat ini menjadi keprihatinan para arsitek. Interiornya, yakni narthex dan baptistery, telah dibanjiri air. Adapun tekanan air saat pasang telah merusak jendela bagan bawahnya dan menenggelamkan ruang bawah tanah bangunan itu.

“Situasinya sangat kompleks dan mengkhawatirkan, tidak hanya untuk ketinggian air, tetapi juga jumlah jam lantai marmer yang berharga dan lapisan kayu Basilika telah terendam,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Warisan Budaya dan Aktivitas Italia, Salvo Natasi.

Kekhawatiran akan kerusakan basilika bukan hanya ada pada ruangan yang terendam. Namun para ahli juga mengkhawatirkan adanya kerusakan pada kolom breksi hitam-putih serta kemungkinan adanya korosi yang disebabkan oleh air asin pada ubin di Basilika.

Banjir juga merendam situs bersejarah yang lain. Gereja yang dibangun bergaya baroque, yakni San Moise di belakang Lapangan St. Mark juga turut terendam. Bangunan ini merupakan rumah bagi karya seni Tintoretto dan Palma il Giovane. Selain itu, di dalamnya terdapat patung marmer yang dikaitkan dengan seniman Jerman Heinrich Meyring.

Ada pula bangunan mewah lain seperti Istana Doge yang penuh dengan sejarah. Istana ini sekarang menjadi museum dengan arsitektur klasik abad XIV. Kemudian Teatro La Fenice yang dibangun pada abad ke-18 serta Universitas Ca ‘Foscari juga turut terendam.

Keprihatinan lain warga dunia juga beralasan. gambar Gritti Palace abad ke-15, sebuah bangunan mewah di Grand Canal juga tak lepas dari terjangan air pasang. Tak hanya bangunan dan karya arsitekturnya yang menjadi perhatian. Kota ini pun menjadi rumah bagi beberapa lukisan terbaik para seniman seperti Canaletto, J. M. W Turner dan Francesco Guardi. Kemudian ada pula karya-karya kontemporer, seperti contohnya mural Shipwrecked Girl karya Banksy.

Akibat banjir yang terjadi di kota kanal ini meninggalkan kerusakan dikarenakan pengaruh air asin. “Ketika garam menyerap bahan-bahan bangunan ini , baik itu marmer, ubin, plester atau kayu, itu mengkristal dan naik secara vertikal begitu cuaca semakin kering, dari tanah ke lantai pertama dan seterusnya,” ujar direktur Venetian Heritage, Toto Bergamo Rossi.

Rossi menimpali, pengaruh air asin layaknya kanker pada struktur bangunan,. Terlebih, gedung-gedung di kota ini rata-rata berumur sangat tua. Basilika St. Mark saat ini merupakan yang paling parah terkena dampaknya. Ini karena salah satu bangunan tertua tersebut berada di lokasi dengan ketinggian yang lebih rendah dibanding wilayah lain. “Untungnya, artefak dan koleksi tampaknya selamat, karena biasanya tidak disimpan di lantai dasar,” tutur dia.

Perdana Menteri (PM) Italia Giuseppe Conte telah menyatakan Venesia dalam keadaan darurat, sejak Kamis (14/11). Tempat ini menghadapi gelombang pasang luar biasa pada Selasa malam, menyebabkan banjir terburuk sejak 1966. Banjir terburuk dalam 50 tahun ini mengakibatkan kerusakan senilai ratusan juta euro.

Risiko banjir diperburuk oleh fakta Venesia sendiri memang telah tenggelam. Studi terbaru menggunakan data GPS dan gambar radar. Pemantauan itu memperlihatkan berbagai bagian kota dan laguna-lagunya masih tenggelam antara 1 dan 4 milimeter per tahun dan seluruh kota miring ke timur.

Para ilmuwan dulu berpikir banyak wilayah tenggelam disebabkan oleh pemompaan buatan mengambil air tanah dari bawah kota, yang menyebabkan kompresi sedimen. Namun, penelitian baru menunjukkan, meskipun pemompaan telah berhenti, kondisi tetap saja tidak surut.

Banjir besar ini pun datang pada waktu yang paling buruk bagi Venesia, menambah sederetan masalah pada tempat wisata yang terkenal di Italia. Kota ini tengah berjuang dengan kelebihan wisatawan sedangkan warga lokal berkurang populasinya, dan sekarang, bangunan bersejarahnya tenggelam pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Kondisi Venesia penuh sesak, sangat ramai. Angka Badan Pariwisata Nasional Italia, bulan Agustus rata-rata 465.100 orang melakukan perjalanan ke kota ini dengan di atas 2,2 juta wisatawan yang menginap. Otoritas Pelabuhan menyatakan, antara April hingga Oktober, diperkirakan 32.000 penumpang kapal pesiar turun di kota setiap hari. Pihak berwenang Venesia telah memperingatkan tingkat wisatawan yang sudah berlebihan.

Untuk menekan angka tersebut, pemerintah lokal bahkan telah melontarkan ide mengenakan biaya masuk bagi wisatawan. Pelarangan wisatawan harian dari kapal pesiar besar pun diterapkan karena menyebabkan kerusakan lingkungan dan merusak pemandangan. Bulan Agustus, pemerintah mulai mengarahkan beberapa kapal pesiar ke terminal tetangga.

Meski jumlah wisatawan yang terus meningkat dan membuat kewalahan, kondisi ini kebalikan dengan jumlah penduduk lokal di Venesia. Keramaian membuat penduduk lokal merasa tidak nyaman, hanya ada 53.000 orang menjadikan Venesia rumah mereka, sekitar sepertiga dari tingkat itu pada 50 tahun lalu. (ndy/CNN)

Endy Poerwanto