SANUR, Bali, bisniswisata.co.id: Wisata kuliner di Bali yang patut diperkenalkan dan direkomendasikan pada keluarga besar mulai dari orangtua, istri/ suami, anak, menantu dan cucu adalah sajian kerajaan Bali yang kini sudah bisa dihidangkan di meja resto spesial Bali Timbungan.
” Tujuh tahun terakhir. tepatnya sejak 2016, Restoran Bali Timbungan berkomitmen untuk melestarikan tradisi Bali dan menyajikan santapan istimewa ini kepada masyarakat. Kini sudah ada tiga resto, dua di Bali dan satu di gedung Sarinah, Jakarta,” kata Anton Thedy, Direktur Operasi restoran ini.
Sajian kerajaan yang dulunya menjadi kuliner spesial di kalangan Raja-raja dan keturunannya ini memang tertulis pada naskah kuno di daun lontar “Dharma Caruban” yang artinya makanan yang dimasak menggunakan bambu selama 12 jam dengan api kecil, katanya.
Anton menyebut proses masak Bali Timbungan sangat panjang dengan mencampur beragam rempah “Bumbu Genep” menciptakan aroma, daging yang empuk menjadi hidangan lezat kerajaan atau disajikan saat upacara ritual.
“Kami percaya harus melestarikan warisan budaya Indonesia, dan cara kami adalah melalui tradisi masakan Bali. Restoran Bali Timbungan ke tiga baru saja buka di Gedung Sarinah, Thamrin, Jakarta, bulan lalu pada Selasa (14/6), ” jelas Anton Thedy, kemarin.
Kehadiran cabang yang ketiga di jantung Ibukota itu merupakan wujud dari komitmen dalam mengembangkan bisnis di luar Bali dengan tetap konsisten mewakili tradisi pengalaman kuliner Bali untuk masyarakat kita saat ini yang sudah ada dari berabad-abad lalu.
Anton mengatakan Bali Timbungan menawarkan beragam pilihan santapan daging mulai dari bebek, ayam, dan makanan laut. Nama “Timbungan” berasal dari budaya pangan dari berabad-abad lalu pada era kerajaan Bali.
Banyak lagi kreasi barunya yang bersumber dari tradisi tempo dulu seperti minuman segar dari daun kedondong, minuman dari mpon-mpon yang bisa instan berubah warna saat di campur dangan air jeruk nipis atau menikmati pisang kepok goreng berselaput karamel yang disantap dengan topping ice cream kekinian.
Kesuksesan restoran Bali Timbungan di Sunset Road Kuta dan di Secret Garden Bedugul, Bali misalnya, memang diikuti dengan upaya dalam berinovasi dan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat domestik atau internasional dengan menjaga cita rasa tradisional tegasnya.
Dari generasi ke generasi
Benarkah menunya patut diperkenalkan dari generasi ke generasi bahkan pada warga atau orang Bali sendiri ? Devi, supervisor restoran di Sunset Road yang mendampingi Anton Thedy dengan gesit menjawab bahwa selama musim libur sekolah saat ini, wisatawan domestik dari berbagai kota di Indonesia datang ke Bali Timbungan Sunset Road.
” Rombongan keluarga yang datang bukan hanya dari domestik, kalangan turis bule juga berlibur sama tiga balita sekaligus misalnya,” kata Devi.
Di Sunset Road, Bali Timbungan yang memiliki kapasitas 118 kursi di lantai bawah dan 100 kursi dilantai atas pada puncak liburan di awal Juli per hari bahkan bisa mencapai 250 orang tamu.
” Pokoknya setelah pelonggaran PCR, karantina dan peraturan lainnya, restoran kami okupansi kursinya mencapai di atas 70% per hari. Namun untuk omzet penjualan saat ini belum ada yang mengalahkan Desember 2021 jelang tahun baru yang akhirnya angka tembus Rp 1 miliar/ bulan,” kata Devi.
Bagi Devi, masuknya wisman dan wisatawan domestik sejak Libur Lebaran Mei lalu di susul libur sekolah Juli 2022 ini memberikan semangat kerja yang tinggi bagi tim restorannya di Bali.
” Kami sudah mengalami banyak hal saat pandemi global COVID-19 mulai dari bergiliran jualan di Supermarket Tiara merayu pengunjung untuk membeli frozen food Bebek Timbungan hingga melayani barbeque door to door hingga ke Tabanan,” ungkap Devi.
Semua itu dilakukan agar pemilik restoran, tidak merumahkan karyawan dan pelanggan tetap bisa menikmati sajian ditengah kebijakan Perberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
“Saat itu jumlah karyawan yang bekerja hanya 40% atau 13 hari kerja saja sehingga kami bergiliran masuk. Selama lima bulan kami melayani barbeque dari rumah ke rumah atau dari villa ke villa yang ingin barbeque di halamannya sendiri akibat PPKM itu,” ungkap Devi.
Mulai September 2021 kreativitas berjualan door to door itu berakhir dan restoran okupansinya mencapai puncak penghasilan yang dirayakan bersama dengan staf party debgan Anton Thedy dan owner Billy Hartono Salim.
Bisnis yang dirintis Billy berawal daril menu populer yang disajikan di The Luwus Restaurant. Selama 3 tahun berturut-turut Bebek Timbungan Heritage Cuisine Resto, adalah juara Balinese Food Festival dan mendapatkan predikat Best of The Best Balinese Food Festival 2016 – 2018 yang digelar oleh Yayasan Tri Hita Karana Bali.
Selanjutnya Bebek Timbungan memenangkan Melapa-Melapi Awards 2018 pada kategori lainnya yaitu Best of Taste, Best of Serving, Best of Presentation.
Lestarikan tradisi megibung
Berada di lokasi strategis dan memiliki area yang mengakomodasi semua jenis pertemuan bisnis, acara, komunitas atau pertemuan keluarga untuk seluruh pelanggan termasuk melayani tamu-tamu dari grup travel agent.
” Lokasi yang mengarah dari dan ke bandara Ngurah Rai membuat banyak tamu yang baru mendarat di Bali langsung menjadwalkan makan di restoran kami, begitu juga yang check-out dari hotel menuju bandara menyempatkan untuk menikmati menu-menu favorit restoran kami,” kata Devi.
Oleh karena itu, kata Devi, restorannya juga mempertahankan budaya Bali dengan menghadirkan tradisi Megibung, yaitu tradisi makan bersama dalam satu wadah dan duduk dengan posisi melingkar.
Makanan megibung disajikan dalam satu wadah bernama dulang Bali yang beralaskan daun pisang. Di dalam dulang Bali nantinya akan disajikan aneka makanan khas Bali.
Beberapa menu yang bisa dinikmati seperti Bebek Timbungan, Ayam Suwir Klungkung, Sate Lilit Ikan Karangasem, Sate Bawah Pohon Jambu, Kerang Bumbu Kedonganan, Sudang Lepet Singaraja, Cumi Goreng, Udang Goreng, Urab Paku, Sup Sari Segara, dan Bakwan Jagung.
Setelah pandemi ini, Bali memang ingin mengembangkan sektor kulinernya, sehingga Bali tidak hanya dikenal dari sektor wisatanya saja. Dengan berbagai kreativitas, dia yakin kuliner peninggalan Raja-jaja Bali ini memberikan kekayaan pengalaman bagi wisman.
” Jangan khawatir kami terus berupaya memberikan pelayanan terbaik. COVID-19 memberikan pengalaman berharga bagi kami dan membuat semangat staff untuk melayani justru lebih tinggi,” katanya.
Sebagai salah satu restoran yang menyajikan masakan otentik Bali, resto ini sebelumnya dikenal dengan nama Bebek Timbungan dan menjadi Bali Timbungan per Maret 2022 lalu.
” Kami sangat berterima kasih pada Sang Hyang Widhi atas penglaman pandemi dan kebangkitan usaha ini,” kata Devi mengakhiri obrolan di tengah makan siang yang nyaman di Bali Timbungan Sunset Road. Au Revoir Devi !