Adhi Tirtawisata, 87, pendiri PT Panorama Tours & Travel
BOGOR, bisniswisata.co.id: Sabtu pagi mulai jam 10.00 suasana ruang meeting di sisi kolam renang Hotel 101 Bogor penuh dengan keluarga dan kerabat dekat dari Adhi Tirtawisata, pendiri Panorama Tours & Travel yang kini menjelma menjadi perusahaan pariwisata terbesar dan terintegrasi di Indonesia.
Andri, pengemudi Gojek yang tinggal dan mangkal dekat hotel itu ikut senang karena hari itu pak Adhi Tirtawisata merayakan ulang tahun ke 87. “Rumah masa kecil beliau di seberang hotel bu, saya senang melayani tamu-tamu hotelnya karena banyak tamu keluarga yang suka kuliner jadi saya mondar-mandir terus ke hotel yang laris ini,” ujar Andri singkat.
Selain padat dengan kendaraan mobil pribadi, bis-bis Panorama dan rangkaian bunga di halaman, para petugas hotel yang membaur dengan banyaknya tamu juga melayani tamu undangan dengan senyum ketulusan.
Benar juga ucapan Andri si tukang Gojek tadi bahwa salah satu kebanggaannya menjadi tetangga hotel di kawasan Suryakencana, Babakan Pasar, Bogor, tempat Adhi Tirtawisata dibesarkan adalah para karyawannya yang helpful.
Muncul dari belakang hotel yang bertetangga dengan pemukiman rumah penduduk, seorang satpam langsung membimbing tamunya ini menuju lift dan mendampingi hingga tiba di tempat resepsi ultah.
Acara kebaktian baru saja selesai, tayangan perjalanan hidup sang tokoh dan tema perayaan ” Adhipelago” terpampang di atas panggung. Marcel, cucu pertama dari Adhi Tirtawisata yang menjadi ketua panitia perayaan ultah opanya langsung menjelaskan mengapa tema itu yang dipilihnya.
Adhi Tirtawisata menjadi ikon dunia pariwisata di Indonesia. Pionir paket City Tour Jakarta dan fokus bisnisnya ke inbound tour, mendatangkan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Tidak heran kalau dia diakui sebagai pelopor pariwisata inbound di Indonesia.
“Negara kita sebagai negara kepulauan disebut Archipelago. Akar katanya adalah ‘archi’ yang berarti terpenting atau terutama, dan ‘pelagos’ berarti laut atau wilayah lautan. Saya pakai tema Adhipelago untuk menggambarkan sosok perjalanan hidup opa,” kata Marcel, cucu pertama dari 12 cucu dan 4 anak yang dimiliki Adhi Tirtawisata.
Dalam hal ini Marcel memang jenius memakai tema Adhipelago, mewujudkan satu kata untuk menunjukkan sosok kebanggaannya ini dan bukan sekedar memakai istilah plesetan. Soalnya kata Archipelago pertama kali dipakai oleh Johan Crawford dalam bukunya the history of Indian Archipelago (1820).
Lahirnya asas Archipelago mengandung pengertian bahwa pulau-pulau tersebut selalu dalam kesatuan utuh, sementara tempat unsur perairan atau lautan antara pulau-pulau berfungsi sebagai unsur penghubung dan bukan unsur pemisah.
Asas dan wawasan kepulauan ini bagi keluarga dan kerabat cocok sekali menggambarkan sosok Adhi Tirtawisata. sebagai pemersatu. “Opa Adhi kan dalam perjalanan hidupnya sangat cinta Indonesia, banyak berkeliling Indonesia, menjual paket wisata ke Indonesia pada dunia,” kata Marcel.
Adhi juga menunjukkan pada anak, mantu dan cucunya bagaimana dia memiliki beragam komunitas baik keagamaan maupun dilingkungan industri pariwisata yang tergabung dalam Indonesia Tourism Senior Club ( ITSC).
Seperti kata Johan Crawford, maka sosok Adhi adalah penghubung dan bukan unsur pemisah. Dalam berbagai kesempatan dia berupaya mempersatukan semua unsur dalam silaturahmi yang erat dan saling asih, asah dan asuh.
Tak tanggung-tanggung, dalam komunitas ITSC ini dia menyatukan rekan media, teman industri dari airlines, perhotelan, travel agent, mantan pejabat pemerintah dan semua unsur pariwisata yang pernah mewarnai kehidupannya sehari- hari.
Tourism is creating from nothing to something.
Ada kalimat-kalimat yang kerap diungkapkannya berulang-ulang dalam berbagai kesempatan yaitu Tourism is creathing from nothing to something. Pariwisata itu menciptakan sesuatu yang tidak ada apa-apanya, menjadi sesuatu yang bernilai.
Lahir pada 12 Oktober 1932, Adhi Tirtawisata memiliki nama asli Thung Tjiang Kwee. Selagi muda dia punya passion mengajar dan menjadi guru SD lalu kuliah di bidang hukum karena ingin menjadi pengacara.
Sempat dua tahun menjalani profesi sebagai pengacara, namun, praktik di dunia hukum dan pengadilan yang ditemuinya banyak yang tidak sesuai dengan hati nuraninya sehingga dia beralih ke pekerjaan lain.
Sebenarnya sewaktu menjadi guru, Adhi juga jadi juragan becak karena tetangganya kepepet butuh uang dan menjual empat buah becaknya pada Adhi. Dia berharap becak itu akan mengantarnya memiliki bis-bis wisata, namun setelah menikah dengan Leony Thung dan kelahiran anak-anak, akhirnya penghasilan juragan becak sekedar menopang hidup.
Adhi mulai mengenal dunia bisnis kepariwisataan memang setahun sebelum lulus kuliah karena bekerja di sebuah perusahaan perjalanan wisata di bagian penjualan tiket pesawat.
Perjalanan hidupnya juga berubah setelah mengenal dunia pariwisata dan mengganti namanya dengan Adhi Tirtawisata untuk memenuhi seruan pemerintah bagi keturunan Tionghoa agar ganti nama dan lebih mudah bepergian ke luar negri.
Mendirikan perusahaan sendiri sejak 47 tahun yang lalu. Panorama tours & Travel melalui era 1972 sebagai masa pioneering dan banyak ditangani sendiri sebagai bisnis keluarga. Tahun 1995 mulai bertransformasi dan merekrut kalangan profesional.
Tahun 2009 di saat globalisasi melanda, bisnis Panorama sudah berbasis Information and Communication Technologies (ICT), punya jaringan internasional dan kantor perwakilan di luar negri dan banyak menggandeng mitra bisnis dari mancanegara hingga sekarang.
Bisnis Panorama group kini berkembang dengan 4 bidang utama yaitu Inbound, Travel & Leisure, Media and Transportation serta Hospitality dengan jaringan hotel dan properti lainnya.
Dia mengemukakan motto kerjanya telah ditanamkan pada empat anak laki-lakinya yaitu, Budijanto Tirtawisata, Satrijanto Tirtawisata, Dharmajanto Tirtawisata, dan Ramajanto Tirtawisata. Mereka paham motto Tourism is creating from nothing to something menuntut untuk selalu berinovasi dan berkreasi sesuai perkembangan jaman.
Tourist is a king
Tourist is a king atau Turis adalah Raja, begitu pendapat Adhi dan sejak awal berbisnis dia berupaya keras untuk menjadi pemimpin yang berkualitas dan menjadi teladan. Hal itu membutuhkan kompetensi, konsistensi, komitmen, pikiran positif, dan visi kedepan, ungkap Adhi.
Perjuangannya membesarkan perusahaan selalu dipenuhi dengan tantangan dan pilihan. Namun ia tetap tegar berdiri meski seringkali persoalan yang dihadapinya juga sulit.
Filosofi bisnis yang membuat usahanya bisa besar seperti sekarang adalah keyakinan bahwa konsumen adalah raja “Tourist is the client and the client is the king, and the king can do no wrong”. Baginya, bisnisnya adalah bisnis jasa, karena itu pelayanan adalah hal utama.
Bukan hanya menjadi filosofi atau slogan biasa. Anthony yang bekerja di maskapai Cathay Pacific (mantan klien) diawal pendirian perusahaan era 1972 -1974 ingat betul bagaimana Adhi sangat bertanggung jawab atas janji pelayanannya.
“Waktu itu kami memakai jasa Panorama untuk menjemput dan mengantar crew Cathay Pacific dari dan ke bandara. Cathay Pacific masuk ke Jakarta secara reguler via bandara Halim Perdana Kusuma,” ungkap Anthony.
Salah satu kekhawatirannya yang terbesar adalah supir kendaraan Panorama terlambat menjemput. Tapi nyatanya hal itu tidak pernah terjadi.” Tapi saya pernah lihat pak Adhi menjadi supir, menjemput sendiri para pilot dan pramugari Cathay Pacific karena supir berhalangan datang,” kata Anthony.
Dia mengaku sangat terkesan dengan komitmen Adhi Tirtawisata dan sangat yakin beliau akan sukses di bisnisnya itu dan kini terbukti kegigihan Adhi dalam membangun usaha dengan sangat total membawa perusahaannya sukses masuk lantai bursa dan terus berkembang.
Memahami berwisata harus nyaman dan aman, biasanya, sebelum membuka paket wisata baru ke kota tertentu, Adhi juga melakukan survei dahulu. Ia turun tangan sendiri dalam proses survey ini dengan menggunakan mobil dan ditemani stafnya ke berbagai kota di Jawa, Bali, dan Sumatera pernah dijelajahinya.
Budi Tirtawisata, mantan bankir dan putra sulung dari empat putra Adhi Tirtawisata yang juga CEO Panorama mengatakan ayahnya sejak kecil memiliki jiwa pelayanan dan ketekunan yang membuahkan hasil sebagai perusahaan jasa pariwisata terkemuka.
Di saat papanya berusia 87 tahun, dia bangga karena sifat melayani tidak pernah luntur . Begitu pula dalam hal kerja keras, konsisten, rendah hati dan keteladanan yang ditunjukkan pada anak, mantu, cucu serta Panoramanian–sebutan untuk anggota Panorama Group yang bersepakat menjadikan Panorama menjadi milik dunia dan sebaliknya.
“Selamat ulang tahun papa, semoga panjang umur dan selalu dekat dengan anak, cucu dan keluarga besar,” kata Budi, ayah tiga anak yang sulungnya -Marcel, menjadi ketua panitia perayaan ini.
Budi bercerita walau papanya saat ini sudah banyak memandatkan tugas-tugas pokoknya di Panorama kepada empat anak laki-lakinya, namun Adhi seakan tidak ingin beristirahat. Ia tetap aktif pergi berkantor dan pulang seperti biasa setiap hari.
” Papa jam kerjanya mulai jam 9.00 pagi hingga jam 15.00 sore dan hal ini dilakukannya secara konsisten” kata Budi Tirtawisata.
Meity Robot, mantan ketua ASITA dan rekan Adhi Tirtawisata di berbagai organisasi pariwisata mengatakan pendiri Panorama ini seolah tidak tahu cara berhenti bekerja seperti teman-temannya yang sudah pensiun.
” Pak Adhi terus bekerja dan terus berfikir di usianya sekarang. Bahkan beliau mengecek langsung bidang-bidang bisnisnya sehingga tidak pikun dan terus aktif,” kata Meity yang menjadi komisaris independent PT Panorama Sentrawisata Tbk selama 12 tahun.
Menurut Meity Robot, koleganya ini juga suka menanyakan kondisi teman-temannya yang dari awal membangun bisnis pariwisata di negri ini dan yang sudah pulang ke haribaan Allah selalu di doakannya. Kalimat yang sering diucapkannya adalah “Jasamu tak pernah dilupakan.”
Tourism will never die.
Tourism will never die, pariwisata tidak ada matinya, begitulah yang kerap diungkapkan Adhi Tirtawisata. Dia selalu yakin bahwa usaha pariwisata tidak pernah dimakan jaman.
“Setiap generasi memiliki warna, situasi, dan kebutuhan yang selalu berubah. Namun, alam ciptaan Tuhan akan selalu ada. Pariwisata juga akan selalu ada ketika masih ada pergerakan dan keingintahuan manusia dari satu tempat ke tempat yang lain,” jelas Adhi.
Namun usaha pariwisata tidak selalu ada karena itu pengelolanya harus selalu inovatif, kreatif dan tentunya juga memegang 4 prinsip yang berlaku buat siapa saja yaitu: 1. Rajin, 2. Jujur, 3. Setia dan ke 4. Ingat pada Tuhan.
Empat prinsip inilah yang secara intens dipelajarinya sejak usia 7 tahun saat ikut kepanduan ( pramuka) dan ditularkannya pada semua orang termasuk Broer, anak, menantu, cucu dan seluruh karyawan, mitra dan komunitasnya hingga sekarang.
” Saya teman main sejak kecil di lingkungan rumah, teman main gundu, teman sekolah hingga SMA. Meski beda usia 4 tahun lebih muda, Adhi Tirtawisata adalah teman yang setia dan selalu mengayomi teman-temannya,” kata Broer Kesuma, Arsitek yang kini berusia 84 tahun.
Hidup dalam susah dan senang sejak jaman pendudukan Jepang, Broer melihat sifat melayani dengan hati sudah menjadi karakter sahabatnya ini sehingga bisa meraih kesuksesan hidup dan melakukan suksesi usaha yang dibangun pada anak-anaknya dengan lancar.
Achmad Sari Alam, salah satu anggota ITSC juga mengakui bahwa suksesi, penggantian kemimpinan tertinggi di lingkungan Panorama Group berjalan dengan lancar. ” Perusahaan kompetitor Panorama Group tidak ada yang sesukses pak Adhi melakukan suksesi usahanya pada generasi penerus,” katanya.
Saat ulang tahun ke 87 tahun, Achmad Sari Alam juga menandai begitu banyak perhatian dan ungkapan kasih sayang serta kedatangan teman-teman komunitas, mitra kerja bahkan para mantan klien yang hadir di luar keluarga inti.
” Kita yang hadir bisa belajar bagaimana menanamkan nilai-nilai bisnis yang sesuai dengan ajaran Allah. Usia sepuh masih banyak memiliki teman adalah luar biasa,” kata Achmad Sari Alam, mantan Ketua PHRI Banten.
Bondan Nurdiyanto, salah satu eksekutif di Panorama yang sudah 20 tahun mendampingi Adhi mengatakan cara bagaimana mengelola perusahaan dan menurunkan ilmu bisnisnya dengan sukses kepada empat putranya memang bisa menjadi acuan bagi semua pebisnis lainnya.
“Sejak awal setiap anak diberikan tanggung jawab masing-masing, Budi menjadi CEO, Anto mengurus transportasi, Dharma mengurus inbound dan Rama Tirtawisata menangani outbound,” kara Bondan.
Setiap anak bekerja di bidangnya masing-masing dan saling melengkapi serta terintegrasi dalam memberikan pelayanan sehingga proses suksesi usaha berjalan mengalir tanpa ada hambatan.
“Pegawai di bidang transportasi kami ada yang bekerja dari awal perusahaan dan sekarang anak dan cucunya juga bergabung. Artinya suksesi dan nilai-nilai yang ditanamkan juga bukan sebatas dilingkungan keluarga,” kata Bondan.
Para Panoramanian juga menularkan virus kebaikan itu pada keluarganya sehingga mampu lolos bekerja di perusahaan Tbk tentunya dengan persyaratan tinggi lainnya.
Bagi Bondan sendiri yang 25 tahun sebelumnya bekerja di Pacto Tours & Travel, perjalanan karirnya 20 tahun bersama Adhi Tirtawisata memang bukan sekedar karir, tapi proses spiritual dan kedekatan Adhi pada pada Allah yang membuatnya betah bersama tokoh pariwisata Indonesia ini.