JAKARTA, bisniswisata.co.id: – Dalam bulan Oktober ini, aktivitas terkait pegitasi pesisir mangrove sedang semarak. Terakhir Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo melakukan peninjauan khusus ke sekawasan hutan mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai di Bali.
Menurut Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar saat mendampingi rombongan Presiden RI keberhasilan konservasi hutan mangrove di Mangrove Conservation Forest beriringan dengan alih usaha dari budidaya tambak menjadi multi usaha lain berbasis ekosistem mangrove. Seperti budidaya ikan tangkap, hasil pengolahan produk mangrove non-kayu, serta pariwisata. Upaya tersebut menunjukkan bahwa pemulihan ekosistem mangrove dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal mau pun regional.
Dari kunjungan kerja tersebut, Presiden berharap mendapat gambaran mengenai prestasi dan komitmen ekonomi hijau Indonesia yang dapat ditunjukkan kepada para anggota delegasi G20 pada KTT G20 tahun 2022 di Bali nanti.
Taman Hutan Raya seluas 268 hektare, merupakan lahan eks tambak ikan dan udang yang terbengkalai. Sejak 1992 direhabilitasi dan berhasil dengan baik. Saat ini terdapat 92 jenis burung dan 33 jenis tanaman mangrove.
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, luas lahan mangrove di Provinsi Bali mencapai 2.143,97 hektare. Dari luas tersebut, 19 hektare di antaranya termasuk kategori kerapatan jarang, serta seluas 263 hektare berpotensi untuk ditanami manggrove.
Uni Eropa
Akhir pekan ini sejumlah duta besar untuk Indonesia peserta Pekan Diplomasi Iklim 2021 Uni Eropa melakukan aksi menanam pohon mangrove di Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk – Jakarta Utara.
Partisipan antara lain Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Piket, Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN Igor Driesmans, Duta Besar Finlandia Jari Sinkari, – Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns dan Ina Lepel, Duta Besar-designate Jerman untuk Indonesia. Aksi juga diikuti oleh delegasi Uni Eropa dari Rumania, Perancis, Belgia, Denmark, Austria dan Republik Ceko.
Duta Besar Piket menyampaikan, penanaman mangrove ini menjadi rangkaian terakhir dari kegiatan Pekan Diplomasi Iklim 2021 Uni Eropa, yang dimulai pada 11 Oktober lalu. Mangrove sendiri merupakan ekosistem yang tumbuh sepanjang garis pantai tropis dan sub tropis.
” Senang pula kami dapat berbagi khususnya mengenai hal mengurangi kadar emisi karbon. Secara khusus kami sangat mengapresiasi mitra lokal kami – Carbonetchics, untuk sama-sama berjuang dalam mengatasi krisis iklim,” ungkap Duta Besar Piket.
Penanaman mangrove ini merupakan salah satu aksi nyata untuk mengatasi perubahan iklim, dan sebagai salah satu cara untuk mengurangi pemanasan global yang diprediksi akan bertambah 1,50 C dalam beberapa tahun ke depan.
“Menanam mangrove sangat penting karena mangrove dapat menyimpan karbon yang dapat menyebabkan pemanasan global. Dengan menanam mangrove berarti kita telah membantu mengurangi pemanasan global. Indonesia dan beberapa negara bagian lainnya telah kehilangan mangrove setiap tahunnya yang secara tidak langsung juga menghilangkan penyerap karbon potential. Sangatlah penting untuk segera dilakukan pemulihan melalui restorasi mangrove,” lanjutnya.
Setidaknya 75 pohon mangrove ditanam oleh Vincent Piket bersama Delegasi Negara Anggota Uni Eropa. Mereka tidak sungkan untuk turun ke air melakukan penanaman mangrove. Rombongan berkeliling menyaksikan keanekaragaman hayati yang ada di TWA Angke menggunakan speed boat.
Menurut Andhika Rauli Danangputra, Wakil Direktur TWA Kapuk, kawasan konservasi mangrove yang beralamat di Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara ini, sangat dibutuhkan di Jakarta, ibu kota Indonesia yang kekurangan lahan hijau terbuka, tingkat polusi udara cukup tinggi serta mulai mengalami erosi dan abrasi garis pantai. Untuk di TWA, mangrove berada di lahan seluas 99,82 hektar.*