NASIONAL NEWS

Belajarlah Membentuk Kebiasaan Baik dan Mendidik Lingkungan Keluarga.

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Filsuf Yunani Aristoteles menulis bahwa “Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang kali. Dengan demikian, kecemerlangan bukan tindakan, tetapi kebiasaan,”

Belajarlahlah untuk membentuk kebiasaan baik dan bukan terbentuk oleh kebiasaan.Itulah satu hal yang selalu ditanamkan pada Refiza Pandu (24) dilingkungan keluarganya untuk membentuk kebiasaan baik tentunya.

Ucapan filsuf Yunani yang bersama dengan Socrates dan Plato dianggap menjadi seorang di antara tiga filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat itu sederhana saja dan di era pandemi COVID-19 justru sangat sulit bagi kebanyakan orang dalam menerapkannya.

Coba simak kasus konfirmasi virus COVID-19 di Indonesia yang terus bergerak naik dan  telah memberikan kekhawatiran bagi banyak pihak, termasuk oleh para orang tua kepada anak-anaknya.

Di wilayah DKI Jakarta, kasus Corona harian pecah rekor,  jumlah yang terpapar Sabtu 21 November capai 1579 orang. Tak heran masa PSBB Transisi Jakarta Diperpanjang hingga 6 Desember, diperpanjang selama 14 hari.

Perpanjangan PSBB transisi itu disampaikan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melalui siaran pers PPID DKI Jakarta, Minggu (22/11/2020). Dimulai terhitung Senin, 23 November sampai dengan 6 Desember 2020.

“Seperti diketahui bersama, Pemprov DKI Jakarta dapat menerapkan kebijakan rem darurat atau emergency brake policy apabila terjadi kenaikan kasus secara signifikan atau tingkat penularan yang mengkhawatirkan sehingga membahayakan pelayanan sistem kesehatan,” ujar Anies.

“Berdasarkan data-data epidemiologis selama penerapan PSBB Masa Transisi dua pekan terakhir, kondisi wabah COVID-19 DKI Jakarta masih terkendali dan menuju aman karena itu harus semakin waspada dan semakin disiplin dalam protokol kesehatan,” sambungnya.

Sulitnya bagi kebanyakan orang untuk menerapkan kebiasan baru wajib pakai masker terutama saat beraktivitas di luar rumah banyak dilanggar sehingga membuat keprihatinan yang mendalam bagi Refiza Pandu.

Dia prihatin ditengah pandemi global yang masih terus berlangsung dan menjalani sekian bulan nyaris setahun rutinitasnya hanya dirumah tapi kasus harian Corona di DKI Jakarta dan daerah lainnya malah mencapai rekor.

Padahal orang dewasa bekerja dari rumah dan popuoerlah istilah seperti work from home, begitu juga dengan para mahasiswa dan pelajar sekolah lainnya yang juga harus melakukan kegiatannya secara daring.

“Dari dulu saya memang terbiasa kemana-mana memakai masker bahkan sebelum pandemi, kerap memakai sarung tangan dan bepergian dengan motor maupun kendaraan pribadi,” ungkap Refiza Pandu.

Oleh karena itu ketika wabah datang secara tiba-tiba  mengubah cara hidup seseorang,  Refiza mudah beradaptasi dan menerapkan kebiasaan baru seperti sering mencuci tangan, segera mandi jika kembali ke rumah dan menerapkan protokol kesehatan lainnya meskipun di dalam rumah dilingkungan keluarga sendiri.

Saat ini, ujarnya, masyarakat memang lebih peduli kesehatan, tiap week-end dan ada Car Free Day  ( CFD) banyak yang giat melakukan olahraga, namun tak jarang ditengah aktivitas olahraga dan rekreasi seperti bersepeda, jalan santai, akhirnya diikuti kuliner, lalu lepas masker dan lupa memakainya kembali padahal ditengah kerumunan bahaya virus terus mengintai.

Beruntung bagi Refiza, keluarganya punya kebiasaan berkumpul di rumah sehingga ketika pandemi berlangsung selama delapan bulan terakhir, semua anggota keluarga betah berada dalam rumah mencegah penyebaran virus.

” Kalau keluarga lain merasa suntuk, tidak betah di dalam rumah seolah merasa terkurung, maka selama pandemi perasaan seperti itu tidak ada dalam keluarga kami. Merasa seperti biasa-  biasa saja makanya perubahan di era New Normal tidak begitu signifikan buat saya,” kata Refiza.

Dia juga mengaku selama pandemi bisa dihitung dengan jari berapa kali dia berkumpul dengan teman terutama komunitasnya  Karena terbiasa bersama keluarga tentu saat pandemic ini tetap memilih untuk hangout bareng pacar atau keluarga.

“Saudara-saudara saya pun juga tempat tinggalnya masih disekililing komplek, pergi pun juga bersama keluarga dibandingkan dengan teman atau tetangga, paling hanya bertegur sapa saja selayaknya hidup bertetangga pada umumnya,” jelasnya.

Tapi tentu pandemi ini tidak boleh disepelekan begitu saja. Walaupun dia dan keluarga tidak mengalami perubahan yang siginifikan tapi harus tahu protokol kesehatan dan mematuhinya.

Tidak merasakan perubahan bukan berarti lalai menjaga kebersihan dan mengikuti protokol kebersihan. Banyak orang yang sudah sering bepergian, berkumpul dimana-mana tapi tidak memperhatikan kebersihan dan kepentingan bersama.

Menurut dia, kebiasaan  ini yang salah. Jika memang sayang dengan keluarga maka seharusnya kita sadar kita sedang berada di masa pandemi yang sudah merenggut banyak nyawa. Jadi setelah bepergian sesegera mungkin mandi, membersihkan diri.

“Setidaknya kita tidak boleh cuek dengan pandemi ini, karena menyangkut kepentingan bersama, maka dari itu dengan menjaga diri kita sendiri  kita bisa menjaga orang-orang terdekat kita untuk tidak terinfeksi COVID-19,” tutup Refiza.

Evan Maulana