BANDARLAMPUNG, bisniswisata.co.id: Letusan kawah Gunung Anak Krakatau yang pertama terjadi pada 3 Agustus 2018 hingga sekarang ini masih melontarkan abu, pasir, dan lava pijar. Selasa (6/11/2018) gunung berapi di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung ini mengalami kegempaan letusan 281 kali dan visual malam hari dari CCTV teramati sinar api serta lontaran material pijar ke segala arah.
Akibat letusan yang terjadi selama 4 bulan lebih ini, menyebabkan wisatawan pendaki gunung maupun masyarakat dilarang datang mendekati kawah dalam radius 2 km dari kawah.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam rilisnya meneruskan laporan aktivitas Gunung Anak Krakatau oleh Deny Mardiono, staf Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau pada 5 November 2018, terdengar suara dentuman dan dirasakan getaran dengan intensitas lemah hingga kuat sementara ombak laut tenang.
Gunung Anak Krakatau itu sepanjang pengamatan menunjukkan aktivitas kegempaan Letusan 281 kali, amplitudo 40-58 mm, durasi 24-120 detik. Embusan 28 kali, amplitudo 6-24 mm, durasi 17-61 detik.
Selain itu Tremor Harmonik 4 kali, amplitudo 7-39 mm, durasi 11-77 detik. Vulkanik Dangkal 13 kali, amplitudo 7-40 mm, durasi 5-17 detik. Vulkanik Dalam 6 kali, amplitudo 40-45 mm, S-P 1-2,2 detik, durasi 13-17 detik. Kegempaan Tremor Menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 2-27 mm (dominan 8 mm).
Gunung api di dalam laut dengan ketinggian 338 meter dari permukaan laut (mdpl). Kondisi cuaca cerah, berawan, mendung, dan hujan. Angin bertiup lemah ke arah timur dan barat. Suhu udara 25-31 derajat Celsius, kelembapan udara 68-92 persen, dan tekanan udara 0-0 mmHg.
Kondisi gunung kabut 0-III. Asap kawah tidak teramati. Kesimpulannya, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau Level II (Waspada), sehingga direkomendasikan masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 km dari kawah. (EP)