LABUAN BAJO, bisniswisata,co.id: SEBANYAK 18 Komunitas dari berbagai aktifitas pariwisata di kawasan wisata Komodo, Labuan Bajo Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat apresiasi dan menyambut postif lahirnya Koperasi Pariwisata Republik Indonesia (KoparRi) Cabang Komodo, yang dikukuhkan di Aula Kampus Politeknik eLBajo, Labuan Bajo, Sabtu (21/12/2019).
Pengukuhan ditandai pembacaan Surat Keputusan Pendirian Cabang Komodo oleh Sekjen KoparRi Aventinus Janur dan penyerahan petaka bendera KoparRi dari Ketua Umum KoparRi pusat Yosef Tor Tulis kepada Ketua Pengurus Cabang Komodo, Reynes Sahadun yang didampingi sekretaris Edigius Jehadut dan bendahara Elisabeth Gelora.
Pengukuhan KoparRi Cabang Komodo mendapat sambutan positif dari perwakilan 18 komunitas antara lain komunitas petani sayur, komunitas ternak, komunitas nelayan, komunitas kuliner, komunitas pengrajin/penenun, komunitas travel, komunitas warung dan kios, komunitas pemasok sayur, komunitas homestay, dan komunitas rumah makan.
Penyerahan SK dan Petaka KoparRi disaksikan Direktur Promosi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Vincensius Jemadu, dan tokoh Manggarai Marsel Agot. “Saya mengucapkan selamat kepada para pendiri dan penggerak yang telah mendeklarasikan KoparRi Komodo tepat dua bulan lalu, 21 Oktober 2019. KoparRi sebagai gerakan ekonomi rakyat memang sesungguhnya muncul dari inisiatif masyarakat di akar rumput,” papar Yosef Tor dalam rilisnya, Rabu (25/12/2019).
Marsel Agot, pejuang keadilan dan kelestarian destinasi wisata Labuan Bajo – Komodo, mengapresiasi gagasan dan misi KoparRi dalam memperjuangan keadilan dan kelestarian destinasi wisata Komodo, Labuan Bajo yang tak ternilai. Selama ini, 80 hingga 90% masyarakat Labuan Bajo dan Manggarai Barat hanya menjadi penonton di tengah geliat pembangunan dan kemajuan Komodo – Labuan Bajo sebagai destinasi wisata kelas dunia.
“Saya tertarik dengan gagasan besar dan arah perjuangan KoparRi. Jika KoparRi mampu menjalankan perannya sebagai komunikator dan fasilitator pemberdayaan masyarakat dan UMKM di Labuan Bajo dan sekitarnya, saya yakin hasilnya akan memberikan dampak positif yang nyata bagi masyarakat dan kelestarian ekosistem destinasi,” lontarnya.
KoparRi Cabang Komodo menjadi cabang utama pertama sejalan prioritas pemerintahan Joko Widodo – Ma’ruf Amin yang menempatkan Komodo sebagai destinasi nomor satu, sehingga disebut super-prioritas. Dari 11 destinasi prioritas dikerucut menjadi 5 destinasi premium, dari 5 destinasi premium menjadi 2 destinasi super-premium, yaitu pertama Komodo – Labuan Bajo (NTT) dan kedua Mandalika (NTB).
Dilanjutkan, KoparRi adalah wadah penggerak ekonomi masyarakat di daerah-daerah wisata sebagai simpul pertumbuhan ekonomi. Ia mengutip visi dan misi Presiden Joko Widodo meredesain struktur ekonomi negara yang timpang di mana ada 62 juta lebih UMKM di Indonesia namun hanya menyumbang 14% dari total ekspor Indonesia.
Padahal, kontribusi UMKM Indonesia terhadap perekonomian nasional mencapai 60%. Bandingkan dengan Cina yang 70% ekspornya disokong oleh produk UKM, Korea Selatan 60%, Jepang 55%, dan Thailand 35%. “Intinya, 62 juta lebih UMKM kini lahir secara alamiah tanpa desain. Dengan berhimpun dalam koperasi sebagai wadah usaha bersama, UMKM naik kelas. Skala mikro naik menjadi kecil, kecil menjadi menengah, menengah menjadi besar,” ujar Yosef.
Diharapkan, KoparRi mampu ikut dalam upaya pemerintah meredesain struktur ekonomi negara yang timpang itu. “Hanya saja, kami jadikan destinasi wisata sebagai simpul gerakan. Dengan berhimpun dalam KoparRi, UMKM-UMKM di dalam maupun di sekitar destinasi wisata memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas dan nilai produk mereka,” kata Yosef.
Perkuatan Berbasis Komunitas
Nurhayati Alwi, koordinator komunitas UMKM kuliner, mengatakan sangat senang dengan kehadiran KoparRi. Ia mengakui dirinya sudah cukup lama menggeluti makanan dan oleh-oleh khas Flores. Tapi, belum banyak orang lokal yang fokus ke situ. Padahal, lanjut Nurhayati, itu jatidiri kita yang menjadi kekuatan destinasi dari aspek budaya lokal.
“Saya menaruh harapan besar pada KoparRi untuk menggerakkan masyarakat kita agar mampu mengikuti arus perkembangan Labuan Bajo yang sangat cepat. Peluang sangat banyak dan terbuka. Jangan sampai semua peluang itu direbut orang luar dan masyarakat kita hanya menonton kemajuan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata premium,” ujar yang sempat heboh dengan masakan cumi raksasa yang ditayangkan dalam acara Hitam Putih asuhan Deddy Corbuzer.
Donatus Matur, representasi dari komunitas travel agent, berharap KoparRi tidak hanya mengangkat UMKM di Kota Labuan Bajo dan sekitarnya, tetapi juga di desa-desa di Manggarai Raya. Dikatakan, produk yang diperlukan wisatawan di Labuan Bajo seharusnya disuplai oleh desa-desa di Manggarai Raya.
“Namun, masyarakat di desa-desa memerlukan perencanaan yang matang dan fokus. Bukan hanya pendidikan dan pelatihan, tapi juga pendampingan yang intensif sehingga produk mereka bermutu sesuai kebutuhan pasar dan berkelanjutan. Untuk itu, pembangunan infrastruktur jangan hanya terfokus di Labuan Bajo tetapi merata di seluruh destinasi di desa-desa wisata. Ini juga bagian dari gerakan promosi desa wisata,” ujar Donatus.
Wati Ontong, koordinator komunitas penenun, menyampaikan beberapa persoalan yang melilit UMKM di desa, khususnya para penenun. Wati bercerita, pihaknya masih kesulitan dalam hal akses jalan raya ke sentra-sentra tenun, masalah kualitas bahan baku benang, sumber daya manusia penenun, hingga alat produksi.
“Ketika pasar (wisatawan) meminta tenunan yang lebih ringan dengan motif yang lebih variatif, dalam jumlah tertentu, di situ kami mentok. SDM kita tidak siap mendesain kain tenun yang sesuai selera pasar. Kita juga terkendala kualitas bahan baku dan mesin produksi yang masih tradisional sehingga sulit memenuhi permintaan konsumen,” ujar Wati Ontong. (redaksi@bisniswisata.co.id)