ART & CULTURE EVENT

17 - 19 Desember 2019, Festival Maradika Mamuju

MAMUJU, bisniswisata.co.id: Sebanyak 93 raja atau perwakilan dari berbagai kerajaan di Indonesia turut menyaksikan prosesi “Masossor Manurung” atau pencucian keris pusaka yang digelar pada rangkaian Festival Maradika Mamuju 2019. Prosesi Masossor Manurung digelar mulai 17 dan 19 Desember 2019, yang dipusatkan di lima tempat. Diantaranya Anjungan Pantai Manakarra, Rumah Adat Mamuju, Kemudian Hotel Maleo Town Square, Grand Hotel Maleo dan Pulau Karampuang.

Masossor/Manossor Manurung adalah ritual pencucian keris yang dilakukan oleh kerajaan Mamuju. Keris pusaka yang dibersihkan dalam upacara dari Kerajaan Badung, Bali. Rangkaian tradisi tersebut dilakukan setiap dua tahun sekali di kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.

Tradisi pembersihan keris merupakan peninggalan dari hubungan Kerajaan Mamuju dan Badung, Bali di masa lampau. Pengertian Masossor Manurung dari kata Masossor berarti penyucian atau pembersihan dan Manurung berarti benda kerajaan. Ritual Masossor Manurung tak hanya dilakukan orang Mamuju namun juga masyarakat Bali yang tinggal di lokasi itu, dengan ritual khas dari Bali. Hal itu dilatarbelakangi hubungan keduanya yang terjalin pada 1500 Masehi.

Menurut legenda, masa itu seorang putra mahkota Mamuju bernama Pattulawalu yang merupakan anak dari Raja Tommejammeng menikahi putri dari Raja Badung, Bali. Pernikahan pasangan tersebut dikaruniai seorang putra yang memiliki kembaran sebuah keris. Benda yang dianggap sebagai kembaran sang putra tersebut kemudian dinamakan Manurung.

Keris tersebut menjadi sebuah benda penghormatan dan tanda ikatan atas kedua kerjaan. Tak hanya menjadi benda pusaka, keris itu juga memiliki panggilan khusus yaitu Maradika Tammakkana-kana yang berarti raja yang tidak berbicara.

Dalam melakukan pembersihan dari keris pusakanya ada beberapa pihak yang hadir dan memiliki hak untuk ikut melakukan prosesi tersebut. Pertama adalah kehadiran Maradika atau raja dari Mamuju, selanjutnya adalah kehadiran Galaggar Pitu yang merupakan pemangku adat kawasan setempat. Tak hanya pihak kerajaan Mamuju pihak dari kerajaan Badung pun kerap hadir dalam acara tersebut.

Tradisi Masossor Manurung sendiri dipercaya memiliki kesaktian yang dapat memberikan berkat pada masyarakat. Mulanya tradisi tersebut dilakukan saat masyarakat Mamuju mengalami masa sulit yaitu kekeringan. Hal tersebut mendorong raja untuk memerintahkan Galaggar Pitu agar memandikan dan mensucikan keris pusaka kerajaan.

Setelah melakukan pembersihan, air hasil cuci keris tersebut coba untuk disebar ke kebun, sawah dan laut. Penyebaran air tersebut akhirnya meredakan kekeringan yang terjadi pada rakyat setempat. Karena kemunculannya yang bersamaan dengan putra makhota terdahulu Kerajaan Mamuju, umur keris pusaka tersebut saat ini juga mencapai ratusan tahun. Perlu dilakukan upaya untuk terus menjaga dan melestarikan keberadaan dan tradisinya.

Raja Mamuju H Andi Maksum Dai, menyampaikan apresiasinya kepada panitia yang telah bekerja keras dalam mempersiapkan kegiatan pencucian pusaka itu sehingga terkesan cukup sakral dan sukses. Prosesi pencucian keris pusaka itu disaksikan langsung 93 kerajaan se-nusantara. “Banyak raja yang menyaksikan ini dan menyampaikan ke saya bahwa ini sudah sangat baik. Jadi tentu kita bersyukur kalau semua merasa begitu,” kata Pue Andi Maksum Dai.

Jalannya prosesi pencucian keris pusaka yang diyakini adalah kembaran dari raja pertama Mamuju bernama Lasalaga tersebut semakin hikmad dengan perpaduan prosesi adat dari Kerajaan Bali. Prosesi itu memberikan nuansa etnik yang sangat kental antara dua kerajaan, yakni Bali dan Mamuju yang diceritakan memiliki ikatan pertautan.

Bupati Mamuju Habsi Wahid mengatakan, Festival Maradika Mamuju merupakan kegiatan yang pertama kali dilaksanakan dengan skala nasional, sehingga menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat di daerah itu. Diharapkan, Festival Maradika Mamuju dapat menjadi media pemersatu semua kerajaan dan keraton se-nusantara. Juga sebagai sarana promosi terhadap kekayaan budaya dari setiap daerah.

Selain Masossor Manurung, pada hari pertama Festival Maradika Mamuju akan dilanjutkan dengan karnaval budaya dan Mamuju Fashion karnaval serta pameran pasar budaya. Hari kedua akan dilakukan visit Karampuang, musyawarah agung “Sitammu Uju” serta pemberian penghargaan dari Raja Mamuju kepada Bupati, Wakil Bupati dan Ketua DPRD Mamuju.

Inilah jadwal festival. Selasa 17 Desember Pukul 08.00 – 12.00 Wita akan digelar ritual adat Massossor Manurung (pencucian benda pusaka kerajaan Mamuju) yang akan diawal dengan tarian Pattu’du di Rumah Adat Mamuju dihadiri seluruh tamu kerajaan dan para undangan dari jajaran Pemda dan Muspida.

Usai ritual adat Massossor Manurung. Pukul 14.00 – 16.00 Wita dilanjutkan dengan Kirab Budaya dan Mamuju Fashion Carnaval dari Rumah Adat menuju Anjungan Pantai Manakarra Jl Yos Sudarso, Kelurahan Binanga.

Setelah karnaval dilanjutkan Pembukaan Festival Maradika Nusantara dan Pasar Budaya di Anjungan Pukul 16.00-18.00 Wita. Kemudian dilanjutkan pesta seni yang akan menampilan kreasi tradisional, musik dan peragaan busana krasi tenun khas Mamuju.

Rabu 18 Desember Pukul 08.16.30 Wita tour wisata Pulau Karampuang. Para tamu kerajaan akan berangkat dari Pelabuhan TPI menuju Pulau Karampuang menggunakan Kapal Rakyat.

Di Pulau Karampuang, sejumlah rangkaian acara akan dilaksanakan. Diantaranya penurunan rumah ikan oleh ketua Forum Silaturahim Keraton Nusantara Sultan dan Majelis Adat Keraton Nusantara dari Kesultanan Surakarta.

Pukul 19.30-22.30 Wita akan dilangsungkan acara inti, musyawarah agung “Sitammu Uju'” di Ballroom Grand Maleo Hotel Mamuju Jl Yos Sudarso yang akan diawali laporan ketua panitia dan sambutan selamat data Raja Mamuju H Andi Maksum Dai.

Kamis 19 Desember Pukul 08.00 – 09.00 Wita, para tamu chek out, rombongan tamu VIP diantara menuju Bandara Tampa Padang Mamuju untuk kembali ke daerah masing-masing. (*)

Endy Poerwanto