JAKARTA, bisniswisata.co.id: Tahun 2020, bantuan pemerintah (Banper) Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) akan menyasar pelaku ekonomi kreatif yang berada di lima destinasi wisata super prioritas. Kelima destinasi baru itu, Mandalika (NTB), Labuan Bajo (NTT), Borobudur (Jawa Tengah), Danau Toba (Sumatera Utara), dan Likupang Manado (Sulawesi Utara).
“Dipilihnya kelima destinasi baru ini sesuai dengan misi Presiden Joko Widodo yang mengembangkannya agar lebih maju pariwisatanya. Sebenarnya Banper Bekraf sejak awak sudah memberikan bantuan ke wilayah itu, namun ke depan akan kami fokuskan sehingga para pelaku ekonomi kreatif di wilayah itu tambah maju lagi dalam memajukan pariwisata unggulan,” papar Deputi infrastruktur Bekraf Hari Santosa Sungkari disela-sela penyerahan simbolis Banper Bekraf 2019 di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Senin (16/12/2019) malam.
Banper Bekraf ini, sambung Hari Sansoto, benar-benar dibutuhkan para pelaku ekonomi kreatif dalam menghasilkan karya mulai musik, fashion, kuliner hingga pertunjukan untuk bisa menghasilkan lebih bagus, lebih kreatif, lebih keren lagi. “Juga harus ada peningkatan ekonomi setelah menerima bantuan ini, sehingga para pelaku ekonomi kreatif bisa berkarya dan bertambah nilai ekonomi,” harapnya.
Dijelaskan untuk tahun 2019, jumlah Banper Bekraf mencapai total Rp48 miliar untuk 44 pelaku ekonomi kreatif di beberapa wilayah Indonesia. Bantuan itu untuk revitalisasi 24 bangunan, juga untuk sarana sekitar 11, dan 14 teknologi informasi dan komunikasi (TIK), diharapkan bantuan ini dapat digunakan sebagai modal rintisan dari pemerintah dalam upaya meningkatkan talenta para pelaku ekonomi kreatif.
Pemberian bantuan ini, merupakan akhir dari program Banper Bekraf 2019 yang telah dilaksanakan sejak Desember 2018 hingga Desember 2019. Tahun ini yang mengajukan banper Bekraf cukup banyak. Pelaku ekonomi kreatif yang mengajukan proposal permintaan bantuan 1167 proposal yang masuk. Dari jumlah itu diseleksi secara ketat. Mulai kelengkapan administrasi, seleksi teknis, dan verifikasi lapangan untuk melakukan pemantauan dan pengecekan kebenarannya.
Hasil penyeleksian tinggal 44 pelaku ekonomi kreatif yang layak mendapat bantuan Bekraf. Ada tiga jenis bantuan yang didapat pelaku ekonomi kreatif (ekraf). Pertama adalah infrastruktur ekonomi kreatif berupa ruang kreatif, kedua sarana, dan ketiga teknologi pendukung. “Kami harapkan bantuan ini mempercepat lahirnya SDM Kreatif unggul yang akan berkreasi, memproduksi dan mendistribusikan karyanya serta memberikan tempat atau platform untuk konsumen menikmatinya,” tambahnya.
Ditambahkan, bukan hanya cuma bantuan modal dalam bentuk sarana, ke depannya Kemenparekraf akan menyediakan pelatihan bagi pelaku ekonomi kreatif hingga akses permodalan. “Selain diperlukan infrastruktur kita juga akan banyak workshop, pelatihan teknis sampai akses permodalan. Sehingga nantinya akan timbul sinergi ekosistem yang saling menunjang,” katanya.
Dicontohkan, workshop dan pelatihan teknis bagaimana membuat cinderamata yang praktis, mudah dibawa, simple sehingga digemari wisatawan untuk dibawa pulang. “Saya pernah meninjau cideramata di Labuan Bajo dengan mengangkat ciri khasnya yakni komodo. Nah, selama ini kerajinan komodo dibuat besar-besar, sehingga terkesan serem dan nggak mungkin turis membawa pulang patung komodo yang sangat besar. Nah, kita latih bikin cinderamata yang praktis, simple dan sesuai keinginan turis. Ya saya syukur berhasil,” paparnya.
Hari Santoso menambahkan saat nti konsep setiap destinasi sudah final, dan komunitas kreatif di desa-desa sekitar destinasi yang sudah dapat bantuan dari Bekraf bahkan yang memiliki potensial akan diberikan bantuan pemerintah (Banper) agar menyesuaikan dan meningkatkan kualitas karya ekonomi kreatif yang sesuai dengan target kunjungan wisatawan, namun tetap mengangkat kearifan lokal.
Sementara Direktur Fasilitasi Infrastuktur Fisik Selliane Halia Ishak menambahkan sejak 2017 hingga 2019, tercatat sebanyak 59 Ruang Kreatif yang direvitalisasi. Selain itu, ada 9.490 unit Sarana dan 1.713 Teknologi Informasi dan Komunikasi telah diberikan kepada 136 penerima Banper yang tersebar dari Sabang sampai dengan Kabupaten Asmat.
“Tahun ini ada 44 penerima dari 24 revitalisasi bangunan, sarana ada 11, TIK ada 14 dan total anggaran yang dibantu di 2019 sebesar Rp48 miliar. Semua dilakukan melalui tender, utamanya memberikan bantuan untuk memberikan pendapatan buat Ekraf, serta menambah tenaga kerja,” katanya.
“Tahun 2019, TIK itu lebih kepada software, kamera dan bisa memberikan layanan IT service-nya. Semua sub sektor dijual melalui digital, berharap untuk mengangkat pelaku Ekraf secara konvensional secara digital, baik melalui kriya maupun lainnya dalam bentuk digital,” jelas Selliane. (end)