KOTA MBAY NAGEKEO, bisniswisata.co.id: Geliat pariwisata di Nusa Tenggara Timur (NTT) kian menunjukan perkembangan sangat pesat. Ya, karena eksotisme alam dan budaya yang masih terpelihara secara baik hingga kini. Salah satu keunikan yang selalu menjadi primadona para wisatawannya sudah tentu adalah pantainya yang eksotik dan indah.
Dua pulau besar di NTT, yakni Sumba dan Flores selalu menyajikan wisata pantai yang indah serta kekayaan budaya lain yang semuanya belum tergali dan terekspos secara baik. Seperti halnya pantai-pantai di wilayah Pulau Flores bagian tengah, selepas pantai-pantai di Labuan Bajo yang terkenal akan reptile Komodo dan Pink Beachnya yang sudah mendunia.
Ternyata saat berkunjung ke arah timur Pulau Flores, tepatnya di Kabupaten Nagekeo tepatnya di Kota Mbay ternyata menyimpan keindahan pantai yang luar biasa. Berbagai destinasi wisata yang masih tersembunyi, juga jauh dari publikasi dan promosi.
Berada di pesisir utara Pulau Flores yang langsung berhadapan dengan Pulau Sulawesi, Kota Mbay ternyata masih memiliki pantai eksotik. Salah satunya adalah Pantai Nagelewa lokasinya yang dekat kota menjadi sangat memungkinkan bagi kita untuk menikmati pantai dengan vegetasi hutan pantai serta ekosistem burung sehingga menjadi laboratorium alami dan tempat bersitirahat serta berkemah yang tenang sambil belajar dari alam.
Perjalanan menuju Pantai Nagelewa dari Kota Mbay hanya membutuhkan waktu 20 menit perjalanan dengan berkendara sepeda motor. Memasuki pantai dari jalan utama trans Flores ini, kita akan melewati hutan bakau yang sebagiannya masih terjaga kelestariannya walaupun ada sebagian pohon bakau yang telah tumbang akibat penebangan untuk dijadikan tambak ikan bandeng.
Hanya membutuhkan waktu lima menit akhirnya kita tiba di pesisir Pantai Nagelewa ini. Pantai yang luas dan masih sepi pengunjung ini membuat kita sangat leluasa menikmati suasananya.
Pasir pantai ini sangat halus dengan warnanya perpaduan antara pasir hitam dan putih. Belum lagi ditambah dengan air lautnya yang masih jernih dan ombak tipis sehingga sangat nyaman bila hendak membawa keluarga sekadar untuk menikmati pantai ini. Ketika air laut surut, kita akan disuguhi pemandangan burung-burung air seperti bangau yang sedang mencari makanan di lautan.
“Kami warga desa dekat sini, juga masih terlihat mencari ikan siput dan kerang serta segala untuk kebutuhan makan dalam rumah tangga,” kata Mince, seorang warga Desa Aeramo seperti dilansir laman MediaIndonesia, sabtu (22/06/2019).
Kebersihan laut masih terjaga juga menjadi sumber perkembangbiakan siput kerang, ikan kecil menjadi sumber protein buat warga sekitar tanpa harus membelinya. Sisi barat dan timur Pantai Nagelewa ini terhampar barisan perbukitan memanjang dari selatan ke utara hingga membentuk tanjung yang mengapit pantai ini.
Pada sisi barat dan timur inilah kita bisa leluasa menikmati terbit dan terbenam dengan warna jingga yang memukau apalagi bila ditambah dengan awan-awan tipis mengitari. Sisi selatan terlihat jelas keindahan hamparan bukit savana yang terbentang dari barat ke timur dengan warna kekuningan yang sangat elok.
“Pantai Nagelewa ini cukup lengkap pesona keindahannya karena dari pantai ini kita bisa menyaksikan sunset dan sunrise sekaligus tanpa perlu harus berpindah ke tempat lain lag,” ujar Vian Kassa, salah seorang pengunjung yang datang bersama pasangannya, Nita.
Formasi flora atau tumbuhan pesisir pantai seperti rumput lari SpinifexLlittoreus pada barisan depan menjadi ciri khas penanda wilayah pantai ini. Di berbagai daerah punya nama berbeda seperti rumput landak atau juga pohon matahari dengan pola bunga berduri yang ringan mudah menggelinding atau beterbangan bila terhempas angin. Biasanya terdapat di selatan pulau Jawa atau pesisir selatan Jogja namun di Pulau Flores terdapat di pesisir utara seperti di Pantai Nagelewa ini.
“Rumput ini sangat tahan dengan keadaan tanah pasir tandus, kering dan panas tinggi akarnya kuat sehingga mungkin cocok sebagai penahan abrasi pantai,” kata Vinsen, seorang nelayan di pantai ini.
Di belakang rumput landak ada jenis rumput teki yang lebih pendek tumbuh di atas hamparan pasir pantai serta berjejer jenis tanaman pohon bakau. Jenis cemara kerdil yang mempunyai daun jarum kehijaun dengan batangnya yang kecil melengkung tubuh memenuhi area pada bagian belakang setelah rerumputan dan pohon bakau.
Selain itu, pada hutan Pantai Nagelewa ini kita juga masih bisa menikmati kumpulan burung migrasi Gagang Bayam Timur atau Himantopus Leucocephalus atau White Headed Stilt yang sedang mencari makan.
Berdasarkan informasi Orgnisasi Burung Indonesia, burung migrasi akan berpindah ke belahan bumi bagian selatan ketika memasuki musim dingin dan mencari makan demi melangsungkan hidupnya. Indonesia memiliki keanekaragaman jenis satwa burung keempat terbesar di dunia setelah Kolumbia, Peru dan Brazil.
Menurut Anto, seorang pegiat lingkungan di Nagekeo yang biasa melakukan kemah di sekitar hutan Pantai Nagelewa ini, dari tiga jenis vegetasi hutan pantai yang dikenal di Indonesia ternyata hutan pantai Nagelewa ini memiliki ciri yang mirip dengan vegertasi San Dunes atau Gumuk Pasir berdasarkan ciri flora yang ada dan merupakan vegetasi langkah dan harus dijaga.
“Wilayah pesisir ini juga bisa dimanfaatkan sebagai laboratorium hidup biar para siswa belajar ekosistem hutan pantai sehingga bisa mengetahui manfaat tumbuhan pantai yang dapat mencegah terjadinya abrasi pantai karena mampu mengikat pasir dan menstabilkan subtratnya menghambat kecepatan serta memecahkan tekanan angin.” jelas Anto.
Menjelang malam ketika matahari telah terbenam, pemandangan terasa lengkap. Rupanya kita juga dapat menyaksikan bulan purnama yang kebetulan muncul pada saat hari masih terlihat cerah.
Ternyata Kabupaten Nagekeo memiliki destinasi wisata sangat menarik, antara lain:
#. Wisata bahari pantai
Nagekeo memang dikelilingi wisata bahari pantai. Selain Pantai Nagelewa, juga ada Pantai Marapokot. Pantai Ena Gera. Pantai Nangateke yang memiliki keunikan, keindahan tersendiri. Pantai Marapokot misalnya, pantai ini merupakan pelabuhan utama bagi wisatawan. Aktivitas wisata di pantai ini adalah snorkeling, renang dan menikmati pemandangan alam khususnya sunrise dan sunset. Pantai Ena Gera terkenal dengan kuliner sea food seperti daging gurita, jagung bakar, dan pisang bakar dengan harga terjangkau.
#. Pulau Pasir Rii Taa
Pulau berpantai pasir putih bercampur pink di Desa Tonggurambang, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo. Bukan hanya di Pantai Pink di Taman Nasional Komodo Anda bisa menyaksikan keindahan pantai berpasir pink. Meski warna pink-nya tak terlihat begitu jelas karena bercampur pasir putih, namun pantai ini terkenal. Keunikan Pulau Rii Taa terlihat dari panorama pulau yang hanya dipenuhi hamparan pasir putih. Bahkan Pulau Pasir Putih Rii Taa berada di tengah laut.
#. Air Terjun Ngaba Tata
Air terjun di Kecamatan Aesesa Selatan, atau sekitar 22 km dari kota Mbay. ketinggian air terjun mencapai 80 meter lebih. Dasarnya membentuk sebuah kolam dengan ukuran sekitar 40 meter persegi. Menurut warga kampung, ada sebuah batu besar di puncak air terjun berbentuk bulat panjang seperti atap. Cerita mengenai batu inilah yang membentuk nama Ngaba Tata. Dalam bahasa setempat, Ngaba adalah jurang atau tebing, Tata memiliki arti atap yang di puncak.
#. Peninggalan Perang Dunia II Jepang
Situs ini di Kelurahan Lape, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo. Menurut data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nagekeo, ada 33 gua peninggalan kolonial Jepang yang tersebar di wilayah ada Lape ini. Memang tidak semua gua mudah diakses. Lokasi gua-gua yang terletak tersembunyi di balik perbukitan menyulitkan wisatawan untuk dapat mengunjungi situs peninggalan sejarah tersebut.
#. Situs Prasejarah Stegedon Olabula
Situs ini merupakan sebuah lokasi pegunungan yang membentuk hamparan gunung-gunung seperti patahan tanah. Selain itu, Anda tidak hanya menemukan lokasi penggalian binatang purba, tetapi di puncak gunung tempat penggalian juga terdapat benteng kuno dan perkampungan, Kampung Ola Bula. Lokasi ini merupakan tempat ditemukannya fosil-fosil binatang purba diantaranya gajah, komodo, buaya dan kura-kura. Lokasi ini sudah dieksplorasi oleh arkeolog-arkeolog dunia. Demikian 10 tempat wisata populer di Nagekeo-NTT. Kekayaan pariwisata Kabupaten Nagekeo masih sangat asli dan membutuhkan promosi secara terus menerus ke tingkat internasional, Asia, dan Nusantara.
#. Wisata Kampung Adat
Di Nagekeo terdapat tiga kampung adat yang terkenal. Yakni kampung adat Tutubhada. Kampung Adat Wajo dan Kampung adat Boawae. Kampung adat Tutubhada di Desa Rendu Tutubhada, Kecamatan Aesesa Selatan merupakan situs kampung tua di Kabupaten Nagekeo. Keunikan dari kampung adat ini adalah benda cagar budaya dan ritual-ritual adat yang masih terpelihara dengan baik dan akan menemukan peninggalan benda cagar budaya, melihat atraksi budaya, seperti Tinju Adat (Etu), Potong Kerbau (Para Bhada), Sunat (Tau Nuwa).
Kampung Adat Wajo di Desa Wajo, Kecamatan Keo-Tengah merupakan kampung adat yang mempertahankan musik tradisionalnya, yaitu musik Ndoto. Bahkan, kampung Wajo sudah ditetapkan sebagai kampung wisata karena kekhasan musik Ndotonya. Keunikan dari kampung adat ini adalah pola kampung yang berbentuk lingkaran (Pondo) atau periuk yang memiliki makna persatuan yang kuat. Karakter dan keunikannya itu menjadikan tempat ini sebagai destinasi wisata yang eksotis.
Kampung Kampung Boawae di Kelurahan Natanage, Kecamatan Boawae merupakan situs budaya dengan benda cagar budaya seperti rumah adat, Sa’o Meze, Peo, dan makam Raja Boawae. Di pintu masuk kampung dapat dijumpai ‘Heda’ (museum lokal) sebagai tempat menyimpan benda-benda purbakala dan ‘Ja Heda’ sebagai simbol kekuatan menyerupai seekor Kuda. Di tengah kampung ada ‘Peo’ merupakan lambang persatuan masyarakat. Setiap tahun ratusan orang datang berkumpul di kampung adat Boawae untuk menyaksikan pergelaran tinju adat. (NDY)