NEWS Uncategorized

Tak Layak, 100 Museum Jarang Disambangi Wisatawan

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Jumlah museum yang terdaftar di seluruh Indonesia sebnyak 435 museum. Dari jumlah sebanyak itu, ternyata sekitar 100 museum kategori tidak layak, kondisinya kurang perhatian bahkan jarang dikunjungi wisatawan. Lebih menyedihkan lagi, sebagian dari museum itu terpaksa tutup karena tidak mempunyai dana operasional.

“Tercatat ada 100 museum yang termasuk kategori tidak layak menampung koleksi sejarah,” lontar Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Fitra Arda Ambas seperti dikutip dari laman resmi Sekretariat Kabinet, kemarin.

Dilanjutkan, menurunnya fungsi museum sebagai ruang publik terjadi beberapa penyebab seperti Perubahan kelembagaan, juga dituntut untuk menghasilkan dana. Bahkan ada museum yang tidak mengantongi data yang akurat serta informasi koleksinya tak memuaskan. Juga SDM yang menangani museum tidak kompeten.

Penyebab lainnya akibat keterbatasan anggaran operasional dan ada museum tidak memiliki program yang jelas. “Artinya museum dimaknai sebagai penyimpan alias gudang saja. Sedangkan poin paling penting dari museum adalah cerita di balik benda-benda sejarah, yang tidak ada sehingga tidak menjadi daya tarik untuk dikunjungi,” jelas Fitra.

Selain itu, sambung dia, penurunan fungsi museum itu juga tidak terlepas dari diserahkannya urusan pengelolaan museum ke daerah seiring dengan era otonomi daerah. Sementara bagi daerah pengelolaan museum tidak menjadi prioritas. Akibatnya, banyak museum yang merana, dan lebih berfungsi sebagai penyimpan artefak.

Fitra membandingkan dengan berkembangnya museum yang dikelola oleh pihak swasta, seperti Museum Bank Indonesia maupun Museum Bank Mandiri, di Jakarta yang berjalan sangat bagus dan banyak dikunjungi wisatawan.

“Agar bisa kembali berfungsi dengan baik, pengelola museum harus bisa mengemas koleksi sesuai dengan kebutuhan, sehingga bisa mendongkrak segmentasi pasar, promosi, nilai estetika dan ilmiahnya dengan catatan hendaknya jangan mengganggu fungsi dasar museum sebagai pelestari,” sarannya.

Disisi lain, tambah dia, pengelola museum harus mampu mencuatkan nilai-nilai unggul koleksi yang tersimpan dan disajikan kepada publik, dan merevitalisasi sistem pengelolaan museum agar lebih adaptif dengan perkembangan zaman serta kompatibel dengan ekonomi kreatif dan industri pariwisata.

“Upayakan pemanfaatan museum sebagai area publik, sehingga pengelola museum dituntut untuk dapat memberikan program dan kegiatan publik yang bernuansa kreatif, menyenangkan dan edukatif,” sambungnya.

Sebelumnya, Dinas Pariwisata dan DKI Jakarta menilai museum mempunyai kontribusi besar terhadap tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Jakarta. Menurut dia, 50-60 persen wisman yang berkunjung ke Jakarta adalah pengunjung museum.

“Museum punya peran besar, mungkin lebih dari 50 atau 60 persen target kita dari museum. Kalau target 2,9 juta wisman, 1,5 juta wisman mereka pengunjung museum,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan DKI Jakarta, Edy Junaedi di Jakarta.

Diakui, minat wisman berkunjung ke museum di Jakarta sangat tinggi. Terlebih wisman dari Eropa. “Wisman itu kalau udah ke museum, senang mereka, bisa mengeksplorasi utamanya wisatawan-wisatawan dari Eropa,” ucap Edy.

Disparbud DKI Jakarta mendorong museum-museum yang ada di Jakarta ini mengedepankan event atau pameran. Selain dari segi bangunan, koleksi dan pelaksanaan pameran di museum menjadi penting sebagai daya tarik wisatawan. Jakarta sebagai yang sering disebut kuali peleburan dari seluruh kebudayaan yang ada di Indonesia memang harus menjadi etalase untuk tampilnya kekayaan kebudayaan Indonesia.

Koleksi-koleksi yang dipamerkan di museum memiliki berbagai macam cerita dan merupakan kasanah yang perlu diketahui oleh banyak pihak. “Jadi bagaimana tata pamer dan pameran itu sendiri. Tata pamer yang melekat pada museumnya dan pameran itu menjadi daya tarik juga,” kata Edy. (NDY)

Endy Poerwanto