BAHARI

Wisata Kapal Pesiar Belum Banyak Dilirik Turis Indonesia

JAKARTA, bisniswisata.co.id:  Wisata kapal pesiar hingga kini belum banyak dilirik wisatawan asal Indonesia. Data Royal Caribbean International membuktikan jumlah wisatawan pesiar dari Indonesia kurang dari 1 persen atau sekitar 72 ribu orang per tahun.

“Penyebab mengapa minat masyarakat Indonesia dalam berwisata kapal pesiar masih rendah. Antara lain banyak masyarakat menganggap wisata kapal pesiar itu menjenuhkan. Masyarakat juga banyak yang takut mabuk laut dan karena faktor keselamatan,” papar Marketing Manager Royal Caribbean International-Indonesia, Andi Sasmita Indana dalam keterangan resminya, Ahad (18/08/2019).

Selain itu, lanjut dia, banyak masyarakat beranggapan wisata kapal pesiar biayanya mahal. Karena itu, untuk mengubah paradigm masyarakat tentang wisata kapal pesiar, Royal Carribean meluncurkan kampanye baru mulai bulan ini yaitu ‘Stop Wondering, Start Wandering’. Kampanye ini sejalan dengan hari jadi Royal Carrebian International yang 50 tahun.

Kampanye ini menyoroti inovasi Royal Carribean mulai dari FlowRider, simulator skydiving Ripcord by iFly, Zip Line, perosotan Abyss Ultimate dan Bionic Bar hingga yang terbaru trampoline bungee Skypad VR yang menjadi daya tarik bagi semua tamu dari berbagai golongan di seluruh dunia.

Dengan menggunakan kapal Voyager of the Seas dan Quantum of the Seas, pelancong Indonesia dapat mewujudkan dengan impian mereka untuk berlayar bersama orang yang mereka cintai. Wisatawan dapat memilih dari tujuh pelayaran Voyager of the Seas mulai tanggal 21 Oktober yang berangkat dari Singapura, mulai dari 3 hingga 5 malam ke pelabuhan-pelabuhan seperti Phuket, Melaka, Penang dan Kuala Lumpur.

Quantum of the Seas akan menawarkan 34 pelayaran selama 6 bulan mulai tanggal 16 November, yang juga berangkat dari Singapura. Rencana perjalanannya meliputi pelayaran 4 malam ke Phuket dan Kuala Lumpur, pelayaran 5 malam ke Phuket, Kuala Lumpur dan Penang. Serta pelayaran 7 malam ke Bangkok dengan bermalam di kota Ho Chi Minh.

“Untuk harganya beragam, kami fasilitasi semua golongan. Mulai dari Rp 3,8 juta hingga Rp 100 jutaan tergantung kamar yang dipilih. Jadi bisa disesuaikan dengan kantong,” lontarnya.

Presiden Director PT Multi Alam Bahari Internasional Budi Darmawan Gani menambahkan Indonesia dikenal sebagai negara maritim, sayangnya potensi wisata bahari melalui kapal pesiar di Indonesia belum optimal. Penyebabnya adalah kurangnya pelabuhan berstandar internasional di Indonesia. Hingga kini kapal pesiar internasional tidak bisa singgah di Indonesia.

“Memang ada pelabuhan yang cukup memadai di Bali, Surabaya dan bisa disinggahi oleh kapal pesiar internasional. Namun itu juga jarang. Di Jakarta saja misalnya, hingga kini belum ada pelabuhan memadai, Tanjung Priok itu ya jauh dari standar internasional,” ungkapnya.

Dilanjutkan, ada banyak hal yang perlu dibenahi dari pelabuhan Indonesia agar sesuai standar internasional. Misalnya, infrastruktur pelabuhan harus diperluas sehingga mampu menampung kapal-kapal pesiar besar, akses transportasi dari pelabuhan ke pusat kota harus memadai, jalan menuju pelabuhan diperbaiki dan fasilitas-fasilitas lainnya di pelabuhan juga mesti direvitalisasi.

“Kapal pesiar seperti Caribbean itu kan besar, bisa menampung sampai ribuan orang, artinya pelabuhan kita harus cukup menampung jumlah penumpang itu. Apalagi misal banyak turis asing, kan fasilitas, akses dan tranportasi di pelabuhan juga harus memadai,” tegasnya

Agar industri pelayaran di Indonesia terus tumbuh perlu ada pembenahan-pembenahan serius oleh pemerintah. Diharapkan, kian banyak kapal pesiar internasional bisa singgah di Indonesia. “Kalau sekarang karena keterbatasan infrastruktur, konsumen Indonesia mulai berlayar di pelabuhan Singapura atau Malaysia. Tidak bisa naik dari pelabuhan yang ada di Indonesia,” sarannya. (redaksibisniswisata@gmail.com)

Endy Poerwanto