DAERAH DESA WISATA

Wisata Edukasi Desa Pejambon, Bangkitkan Ekonomi Rakyat  di Era COVID-19.

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Wisata desa kini menjadi pilihan warga dunia untuk berwisata di era pandemi global. Tren ini bahkan menjadi tema Hari Pariwisata Dunia tahun 2020 lalu dan menjadi perhatian presiden Jokowi untuk dikembangkan terutama di lima destinasi super prioritas

Pengembangan wisata desa juga menjadi perhatian Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar yang akrab dengan panggilan Gus Menteri. September  tahun lalu, dia meresmikan Wisata Edukasi Pejambon yang terletak di Desa Pejambon, Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur yang kini banyak mendapat kunjungan masyarakat.

Gus Menteri yakin Wisata edukasi pejambon menjadi salah satu contoh bangkitnya perekonomian masyarakat desa yang telah terpuruk akibat pandemi COVID-19. Dia mengajak masyarakat untuk menghidupkan kembali desa-desa wisata yang ada agar ekonomi yang ada di desa kembali menggeliat.

“Namun perlu di ingat, untuk selalu memperhatikan protokol kesehatan dengan memberitahukan kepada pengunjung untuk jaga jarak, menggunakan masker dan selalu cuci tangan dengan sabun,” ungkap Gus Menteri.

Wisata Edukasi Pejambon ini  dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Sarana Mandiri memiliki luasan sekitar 1,5 hektare. Pengembangannya dilengkapi sembilan wahana. Pertama, wisata tengah sawah berisi edukasi pertanian, gazebo serbaguna, dan photo board.

Kedua, kawasan Automatic Transmission Fluid (ATF) yang terdiri dari garasi, track, dan toilet. Kemudian, ketiga, museum pertanian berisi alat-alat pertanian tempo doeloe seperti garu, luku, ani-ani, lesung, dan lain sebagainya, serta panggung terbuka.

“Wisata edukasi ini kita targetkan dapat dikunjungi oleh 700 pengunjung setiap harinya dengan pendapatan sekitar Rp 1 miliar setahunnya,” kata Ketua BUMDes Sarana Mandiri Desa Pejambon Andi Wimratani.

Dilansir dari situs Kemendes PDTT Andi berharap dengan adanya wisata edukasi yang dikelola BUMDes ini dapat meningkatkan perekonomian warga desa.

“Alhamdulillah, dengan adanya wisata edukasi ini dapat menghasilkan pendapatan bagi warga desa karena kami menyediakan tempat untuk berjualan. Para pemuda yang tergabung dikarang taruna juga dapat mendapat penghasilan dari membantu BUMDes sebagai operator,” kata Andi.

Pihaknya  selalu ingatkan agar pengunjung wajib dengan kondisi sehat, cuci tangan dengan sabun, pakai masker, hindari area sentuh area wajah, jaga jarak, hindari kontak fisik, buang sampah pada tempatnya dan bersihkan diri setiba dirumah, tambah Andi.

Desa yang pernah menyabet juara layanan informasi publik dan transparansi terbaik tingkat nasional ini juga dilengkapi wahana outbond yang dilengkapi flying fox, dan playground. Kelima lahan parkir. Keenam outlet kuliner khas pedesaan.

Ketujuh outlet desa yang berisi produk-produk UMKM desa setempat. Kedelapan posko informasi, dan kesembilan,  taman bestari.Wisata tersebut dibangun di jalan masuk desa. Tepatnya di sekitar Kantor Balai Desa Pejambon.

“Wisata ini terintegrasi menjadi satu kawasan di lahan seluas sekitar 3 hektare,” kata Sufyan, Ketua Tim Pelaksana Kegiatan Kemitraan (TPKK) Desa Pejambon.

Menurut dia, anggaran pembangunan sembilan wahana untuk prngembangan wisata desa berbasis edukasi dan ekonomi masyarakat ini bersumber dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi sebesar Rp1,34 miliar.

                                    Area bermain anak ditepi sawah.

Bantuan hibah itu diberikan karena Pejambon dinilai berhasil mengelola dan memanfaatkan dana desa secara transparan. Teknis pembangunannya dilaksanakan secara kemitraan yang melibatkan multi pihak. 

 

Diantaranya off-taker atau pebisnis profesional pendamping program, inkubator (lembaga pendamping), Kelompok Kerja (Pokja) kebudayaan Bojonegoro, dan kelompok ekonomi desa.

Sufyan berharap dengan pengembangan wisata desa ini dapat memberikan multiplier effect bagi masyarakat dalam meningkatkan ekonominya. Seperti tumbuhnya industri-industri kreatif yang mendukung keberadaan wisata desa tersebut.

Setiap desa pasti memiliki potensi lokal, baik itu potensi alam maupun buatan manusia. Namun, harus mempunyai gagasan untuk mengelola dan mengembangkan.

‘’Awal membuat  wisata ini bermula dari visi misi kepala desa. Pada 2016 lalu, sudah merencanakan menuju desa wisata’’ katanya

Dia menjelaskan, dengan adanya Wisata Edukasi Pejambon (WEP) kini mampu menggerakkan perekonomian masyarakat. Karena, mata pencarian masyarakat lokal selama ini pertanian dan wisata ini bisa menambah perputaran ekonomi.

Wisatawan lokal datang dari Seperti Kota Surabaya, Lamongan, Tuban dan pada Desember 2019 lalu, pengunjung pernah mencapai 10 ribu orang. 

“Perputaran ekonomi atau omzet yang didapat mencapai sekitar Rp 60 juta/ hari dan menyerap tenaga kerja lokal seperti pemuda sekitar 32 orang. Itu belum termasuk pedagang,’’ ungkap Sufyan.

Selain wahana yang ada, salah satu daya tarik pengunjung melakukan wisata edukasi Pejambon adalah karena upaya pelestarian budayanya. Bersama sanggar Sastrowidjoyo Desa Pejambon, Kelompok Sadar wisata ( Pokdarwis) dan dengan Lembaga Kebudayaan Desa membuat  pelesetarian seni dan Budaya yang selama ini telah pelan pelan musnah ditelan majunya peradaban Tekhnologi Informasi.

Wisata ini selain menjadi tempat pelestarian mainan anak anak tempo dulu dan menjadi tempat belajar seni dan tari di Sanggar sastrowidjoyo. Selain itu ada replika Rumah Mojopahit dan juga rencananya membangun Kampung Replika Mojopahitan.

Rumah berisikan Rumah Tempo dulu, masakaan khas Mojopahit, barang Replika peninggalan kerajaan juga tentunya ada busana busana tempo dulu pakaian kerajaan Majaphit.

 

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)