Kepala Biro Komunikasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Agustini Rahayu, mengundang bisniswisata.co.id menghadiri Rapat Kerja Nasional 2020 di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, pada 25-27 November lalu. Berikut laporannya bagian kedua
NUSA DUA, bisniswisata.co.id: Akselerasi, Reaktivasi dan Pemulihan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi tema bahasan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2020
“Wajah pariwisata di masa depan tidak akan sama lagi. Pandemi COVID-19 telah merubah paradigma masyarakat di berbagai sektor sehingga kesehatan, keamanan, keselamatan menjadi sangat penting dalam memilih tujuan wisata,” kata Menparekraf/ Ketua Baparekraf Whisnutama Kusubandio.
Berbicara saat membuka Rakornas Kemenparekraf/ Baparekraf, Whisnutama yang akrab disapa Mas Mentri mengatakan setelah pandemi, pariwisata Indonesia harus lebih bagus untuk itu pihaknya harus melakukan Restrategi.
Sebelum COVID-19, Kemenparekraf sudah shifting dari quantity tourism menjadi quality tourism. ” Untuk ini butuh sinergitas dan dukungan dari semua stakeholder contohnya dalam membangun konektivitas yang bisa memudahkan akses dari bandara ke destinasi wisata ” katanya.
Memang tidak mudah karena perubahan dari mengejar jumlah wisatawan ( quantity) menjadi kualitas (quality) berwisata yang fokus pada pengalaman ( experience) konsekwensi dan effort banyak yang harus dilakukan.
” Apalagi pemerintah sudah menetapkan 10 destinasi superprioritas dimana infrasfrukrur menjadi dasar utamanya selain keunikan budaya yang bisa kita tawarkan sehingga menjadi suatu pengalaman berwisata yang berkualitas,” kata Whisnutama.
Menurut dia, keunikan budayalah yang menjadi kekuatan destinasi wisata Bali sehingga sebelum pandemi menjadi tujuan nomor satu dari wisatawan mancanegara. Pemerintah daerah lainnya harusnya mampu menawarkan keunikan budaya lainnya karena itulah yang membungkus quality tourism.
Mas Mentri juga mengungkapkan sedang kordinasi terus dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang sudah fokus pada infrastruktur lima destinasi super ini seperti Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.
“Infrastruktur tetap menjadi tulang punggung pembangunan untuk meningkatkan konektivitas. Kami bahas detil misalnya bagaimana menjaring turis Australia dan Eropa dengan konektivitas yang memudahkan mereka untuk tiba di destinasi wisata dengan nyaman,” kata Whisnutama.
Kemenpafekraf membuat grand strategy untuk quality tourism termasuk dengan bahasan intensif dengan pihak kepolisian sejak awal menjadi Menparekraf seperti masalah seragam polisi wisata, peningkatan sadar wisata dan memberdayakan Polsek-polsek terutama di daerah super prioritas untuk menciptakan rasa aman dan nyaman.
” Daya tarik wisata bukan hanya keunikan budaya yang membuat kualitas pengalaman berwisata menjadi tak terlupakan, tetapi rasa aman dan nyaman juga bagian dari quality tourism termasuk clean, health, safety, environmental sustainability. ( CHSE).
Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Sekretaris Utama Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ni Wayan Giri Adnyani menjelaskan, program reaktivasi dan pemulihan akan dilakukan melalui berbagai langkah.
Pertama, mempersiapkan destinasi wisata, membangun infrastruktur konektivitas yang kompetitif dengan negara-negara lain, serta implementasi dan monitoring penerapan protokol CHSE (clean, health, safety, environmental sustainability) di daerah.
Kedua, menciptakan dan membangun daya tarik wisata, meningkatkan kualitas SDM parekraf, serta meningkatkan kuantitas dan kualitas produk ekonomi kreatif.
Ketiga, mendorong kolaborasi dan dukungan pemerintah daerah serta stakeholders, baik melalui program InDonesia Care (I Do Care), bantuan insentif atau stimulus pariwisata, serta program pengembangan kapasitas.
“Diperlukan sinergi model bisnis dengan kementerian/lembaga serta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya mencapai reaktivasi dan pemulihan sektor parekraf,”
Rakornas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2020 digelar secara hybrid (online dan offline) dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, dan seluruh peserta yang hadir diwajibkan menjalani rapid test antigen sebelum pelaksanaan acara.
Rakornas ini juga diikuti sejumlah menteri di antaranya Menteri PPN/Kepala Bappenas, Wakil Menteri Keuangan, Menteri Kesehatan, Menteri Perhubungan, Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, Menteri BUMN.
Hadir pula Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wakil Gubernur Bali serta sejumlah Kepala Daerah dari Bsli, Yogya, Banyuwangi dan Kepri serta perwakilan industri dan asosiasi.
Saat jeda makan siang usai melongok pameran produk UMKM penunjang industri wisata, Menparekraf Whisnutama menyempatkan menjumpai rekan-rekan pers di Orchid Room dan menggelar jumpa pers didampingi Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa dan Jubir Prabu Revolusi yang bertindak sebagai moderator.
Pada kesempatan ini Mas Mentri sapaan akrab Whisnutama menekankan untuk membuka kembali destinasi wisata bagi wisatawan mancanegara tidak sesederhana mengatakannya karena kompleksitasnya cukup tinggi, begitu juga kalau bicara travel bubble.
Wishnutama juga menuturkan, saat ini Kemenparekraf terus melakukan koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait, seperti melakukan koordinasi dengan Kementerian PUPR dalam membangun infrastruktur.
Begitupula dengan Kementerian Perhubungan dalam menyiapkan akomodasi terkait seat capacity dan koordinasi dengan Polri untuk memperkuat keamanan dan keselamatan melalui polisi pariwisata.
Selain itu, Menparekraf juga akan melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Menteri Luar Negeri, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta Menteri BUMN untuk membahas rencana dibuka kembalinya destinasi wisata di Bali bagi wisatawan mancanegara.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa, mengatakan, mengingat saat ini Bali sedang menekan angka penularan COVID-19, maka diperlukan penerapan protokol kesehatan yang ketat untuk membuka kembali destinasi wisata di Bali.
“Bali telah menerapkan protokol kesehatan sejak Juli 2020, bekerja sama dengan industri-industri yang kebetulan sudah memiliki sertifikat LSU, hal ini dilakukan untuk meningkatkan rasa aman dan percaya bagi wisatawan,” kata Putu.
Putu Astawa juga mengatakan Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata, karena sektor itu menampung sebanyak 1. 245.000 tenaga kerja. Selain itu pariwisata juga menghasilkan devisa dan memberikan jumlah kunjungan wisatawan yang cukup tinggi.
“Sehingga diperlukan analisis kajian secara selektif, terbatas, dan bertahap untuk melakukan reopening destinasi wisata,” kata Putu.
Soal pembukaan kembali Bali bagi wisman, masih akan ada pembahasan dengan Kementrian/ lembaga terkaut. ” Saat ini Bali sedang menekan angka penularan COVID-19, maka diperlukan penerapan protokol kesehatan yang ketat untuk membuka kembali destinasi wisata di Bali,”
Dia sepakat dengan Mas Mentri untuk memperluas sertifikasi CHSE karena quality tourism juga ditentukan oleh sejauh mana semua pihak dapat menerapkan protokol kesehatan.