YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: Pembukaan pameran lukisan umumnya digelar secara monoton. Sambutan, gunting pita, keliling melihat lukisan diakhir ramah tamah, bubar dan wassalam. Namun seniman Yogyakarta Erica Hestu Wahyuni merubah cara menoton itu. Dengan melakukan inovasi berupa atraksi yang membuat tamu maupun pengunjung terkagum-kagum.
Atraksi yang dipersembahkan seniman kelahiran 1971 itu, dilakukan saat membuka pameran seni tunggal. Erica dengan penuh percaya diri
melukis di atas kain panjang. Atraksi dimulai Erica berjalan ke belakang panggung dengan lampu yang minimalis.
Lampu menyorot badan Erica, yang mulai melukis dengan gaya seolah menari balet. Kuas yang dipegangnya seolah mulai menari membentuk warna dan bentuk yang indah. “Ini bagian dari perform, jadi pembukaan tidak hanya omong-omong trus selesai tapi ada atraksinya, ini agar tidak ada beban ketika melihat pameran lukisan,” lontar ibu tiga anak yang ngaku tak butuh waktu lama untuk menyiapkan atraksi ini.
Atraksi lainnya dimeriahkan dengan pertunjukan seni Batik Shadow persembahan seniman Yogyakarta Nurohmat dan Franky dari Dongaji Batik Shadow yang berkolaborasi dengan Erica Hestu. Pameran seni yang diselenggarakan di lantai 1 Mezanine area Hotel Melia Purosani ini dapat dinikmati sampai dengan tanggal 30 Agustus 2019 mulai dari pukul 10.00 pagi hingga 21.00 WIB.
Pameran berjudul “Soul Odyssey Journal” atau “Jurnal Pengembaraan Jiwa” ini dimulai dari 26 Juli hingga 30 Agustus 2019 pukul 10.00 pagi hingga 21.00 WIB di Hotel Melia Purosani Yogyakarta.
Pembukaan pameran seni tunggal dengan cara berbeda ini merupakan trobosan para seniman Yogyakarta. Atraksi yang diperlihatkan hanya untuk membuat para pengunjung di pamerannya rileks, santai untuk menikmati karyanya. “Atraksi ini baru kali ini. Juga spontan. Ini kan dari batik kan dan ada alamnya dari Indonesia yaitu batik kan. Nanti kain buat perform akan dibatik dan ditambahin lagi,” paparnya
Pameran tunggal Erica menampilkan 16 karyanya yang menarik tentang kehidupan. terutama saat kecil yang memiliki impian dan angan-angan indah untuk alam. Setiap hal, sekecil apapun pasti memiliki makna dan pengaruh yang besar bagi perjalanan hidup semua orang.
“Karya ini dibuat sejak 2013, namun tidak kami kerjakan kemudian kami lanjutkan untuk pameran tunggal kali ini. Ya karena kesibukan keluar negeri. Jadi baru bisa kerjakan di pameran tunggal ini,” sebut wanita jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Beberapa karya terlihat sangat Cheerfull dan penuh dengan eprmainan warna cerah. Gambar yang ditampilkan juga sangat nyaman bagi anak-anak terutama bergambar gajah. “Saya sering ya gambar gajah, sejak kecil suka gajah soalnya. Filosofinya juga bagus dan mulai punah kan, jadi kita harus melestarikan itu saya seneng gabung dengan pelestari gajah,” tambahnya meyakinkan.
Juga ada lukisan keramik yang ditampilkan dipenuhi dengan keceriaan dan komposisi ledakan bentuk dan warna dari elemen kehidupan di dunia dan alam semesta dan menjadi sumber optimisme kita terhadap masa depan.
Disisi lain, Lukisan dengan dominasi warna kuat dan cerah menjadi ciri khas karyanya. Permainan warna dasar dengan gambar bertema anak-anak menjadi gaya lukisannya. “Daun-daun warna hijau lebur dengan warna lainya. Ini seperti dunia main-main. Mengalami anak anak kan selalu rindu masa itu mungkin pas di sungai atau lainnya setiap orang mempunyai hak merindukan masa anak anak. Saya seneng style dunia anak,” sambungnya.
Beberapa karyanya bagi Erica memiliki pesan kedamaian bagi semesta alam. Sehingga bagi pengunjung pameran seni tunggalnya dapat merasakan pesan yang disampaikannya. “Peacefull, seni ini untuk merasakan damai bukan untuk politik dan persaingan. Seni ini untuk stabilkan dan harmonis. Juga menggambarkan alam semesta ini style anak-anak muatannya mungkin ringan, tapi sebenarnya untuk save energi dan go green juga,” tambahnya.
Erica memang kerap memvisualisasikan gambaran pengalaman pribadinya dalam bentuk karya Lukisan dengan tampilan naif dan lucu. Erica mulai melukis sejak di Sekolah Dasar dan bergabung dalam sanggar menggambar anak, Sanggar Katamsi. Dia melanjutkan studi melukisnya di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta dan Surikov Intitute of Art, Russia.
Lukisan yang dibuat Erica umumnya menampilkan berbagai macam subjek yang memadati satu kanvas penuh sebagai bentuk ekspresi atas pengalaman pribadinya yang di anggap tidak pretensius. Visual karya yang diciptakan cenderung naif layaknya lukisan anak-anak, namun terkesan rumit. Setiap karya yang diciptakan menceritakan mengenai pandangannya akan dunia dan memiliki narasi yang menarik.
Karya Lukis yang diciptakan Erica menampilkan subjek padat yang disajikan dalam satu kanvas penuh. Subjek yang ditampilkan memiliki kisahnya tersendiri dalam bentuk sebuah adegan dengan viusal yang terpecah-pecah. Meskipun lukisan yang di visualisasikan terkesan terpecah-pecah, kisah yang disampaikan dalam lukisan tersebut dapat di lihat dan tersampaikan dalam satu kanvas.
Pada 1989, Ia menerima penghargaan yaitu pada bidang Sketsa dan Lukisan Cat Air Terbaik, serta Lukisan Terbaik dalam merayakan Dies Natalis Institut Seni Indonesia, Yogyakarta yang ke-9 tahun 1993. Pada 1995, Erica mengadakan Pameran tunggalnya di Purna Budaya yang pada saat itu dibuka oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Selain itu di tahun 2000, Erica juga pernah diundang untuk turut ikut serta dalam pameran yang di adakan di Museum of Contemporary Art di Moskow, Russia.
Karya Erica dipamerkan di berbagai tempat: International Triennal Competition of Painting, Osaka, Japan (1993), “Exhibition of Indonesian Women Painters at Taman Mini”, Jakarta (1994), “At Tresors: The International Fine Art Fair”, Singapore (1997), “Women Imaging: Women Group Exhibition”, Philippines (1999), “Balinese Feast: Group Exhibition”, Jakarta (2005), “Celebration of South East Asian Paintings: Group Exhibition”, Singapore (2005), serta Pameran lainnya yang di adakan baik di dalam maupun luar negeri. (redaksibisniswisata@gmail.com)