LAMANDAU, bisniswisata.co.id.- SELASA sore (17/7) areal di Kompleks Stadion Hinanggoloa, Nanga Bulik, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah (Kalteng), semarak dengan kehadiran peserta festival Babukung dari 88 desa se kabupaten Lamandau. Festival Tari “ Luha” (topeng) pengantar roh menuju dunia fana – Babukung-Red., ke empat ini diselenggarakan sampai dengan 19 Juli.
Selain menyajikan delapan jenis tari “Luha”, acara dimeriahkan dengan penyelenggaraan lomba foto grafi, pameran dan workshop tarian adat Babukung.
Delapan jenis “Luha/topeng” yang akan ditarikan adalah: Luha Hudang (udang), Luha Bamba (kupu- kupu besar), Luha Nago (naga), Luha Raranga, Luha Lalawar (kelelawar), Luha Pangua (hantu),dan Luha Sadap (merepresentasikan wajah Eropa).
Tari topeng atau Babukung adalah tarian yang dihadirkan dalam ritual kematian masyarakat suku Dayak Kalimantan Tengah, sebagai pengantar roh ke alam baka juga sebagai wujub kebersamaan masyarakat. Diselenggarakan pada malam hari, selain menggunakan topeng, penari juga menghias tubuhnya dengan ornamen- ornamen tertentu. Para penari tidak hanya dari keluarga yang meninggal, juga datang dari kerabat desa tetangga. Dan lazim membawa bingkisan aneka ragam barang untuk membantu keluarga yang berduka, untuk meringankan beban ekonomi keluarga yang ditinggalkan. Sekaligus menjaga ikatan kekeluargaan, nilai kegotong-royongan antar masyarakat.
Sebelum festival dimulai, sejumlah tokoh adat masyarakat Dayak Tomun di Lamandau melaksanakan upacara khusus, untuk meminta ijin kepada pemilik kehidupan, pencipta alam semesta agar Festival Babukung 2018 berjalan lancar. Ada seperangkat alat upakara Hindu Keharingan lengkap dengan tiga ekor ayam dengan bulu berwarna khusus. Ada doa yang dilantunkan, kapur sirih, tepung tawar dan api “ukupan”. Tercatat tarian topeng, luha atau Babukung hanya dilaksanakan di dua negara, yaitu Indonesia dan Afrika Selatan. *Dwi