ART & CULTURE TRANSPORTASI

Tari Kecak Sambut Penumpang Udara di Bandara Ngurah Rai

BADUNG, bisniswisata.co.id: Tari Kecak yang ditampilkan oleh puluhan penari Bali, menyambut kedatangan para penumpang pesawat di Terminal Kedatangan Domestik Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. Tari khas Bali ini akan mewarnai kedatangan penumpang selama musim liburan akhir tahun 2019.

“Penampilan Tari Kecak yang kami kemas dalam kegiatan bertajuk Bali Airport Cultural Show itu diharapkan dapat memberikan kesan pertama yang baik bagi seluruh penumpang yang tiba di Bandara Ngurah Rai,” ujar Communication and Legal Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Arie Ahsanurrohim, di Mangupura, Selasa (31/12/2019).

Selain untuk menyambut para penumpang yang tiba di Bandara Ngurah Rai, kesenian Tari Kecak tersebut ditampilkan dengan harapan dapat mengenalkan kebudayaan Bali bagi wisatawan dan masyarakat umum.

Menurutnya, pemilihan Tari kecak karena Kecak merupakan kesenian yang sangat khas dan sangat identik dengan Pulau Dewata. AP I ingin membawa kebudayaan Bali ini lebih dikenal lagi oleh masyarakat. “Tidak hanya penumpang tapi juga para masyarakat umum baik pengantar maupun penjemput penumpang pesawat karena Bali Airport Cultural Show ini kami tampilkan di area publik kawasan bandara,” kata Arie.

Kegiatan yang pertama kali diselenggarakan pada 28 Desember lalu tersebut rencananya akan menjadi atraksi reguler yang akan dipentaskan di kawasan Bandara Ngurah Rai. “Tapi untuk sementara akan kami pentaskan dulu hingga 31 Desember untuk menyambut para wisatawan liburan akhir tahun. Selanjutnya akan kami lakukan evaluasi terkait waktu dan lokasi titik pementasan Tari Kecak ini,” ujar Arie seperti dilansir Antara,

Ia berharap, pementasan seni budaya Bali itu dapat menjadi nilai tambah dari pelayanan pengelola bandara bagi para penumpang. “Kami ingin memberikan pengalaman dan kesan tersendiri untuk para penumpang yang baru saja tiba di Pulau Dewata. Itu juga dapat menjadi nilai tambah pelayanan kami terhadap pengguna jasa bandara,” katanya.

Tari Kecak biasa disebut Tari Cak atau tari api. Tarian ini merupakan tarian pertunjukkan hiburan masal yang menggambarkan seni peran dan tidak diiringi alat musik atau gamelan. Hanya diiringi paduan suara sekelompok penari laki-laki berjumlah sekitar 70 orang, yang berbaris melingkar memakai kain penutup kotak-kotak berbentuk papan catur. Tarian ini sangat sakral, terlihat dari penarinya yang terbakar api, namun mengalami kekebalan dan tidak terbakar.

Tari Kecak juga sering disebut Tari Sanghyang, yang dipertunjukkan sewaktu-waktu untuk upacara keagamaan. Penari biasanya kemasukan roh dan bisa berkomunikasi dengan para dewa atau para leluhur yang disucikan. Penari diadikan sebagai media untuk menyatakan sabda-Nya. Saat kerasukan, mereka juga akan melakukan tindakan yang di luar dugaan, seperti melakukan gerakan berbahaya atau mengeluarkan suara yang mereka tidak pernah keluarkan sebelumnya.
Asal mula nama Kecak

Wayan Limbak merupakan sosok yang menciptakan Tari Kecak. Pada tahun 1930, Limbak sudah mempopulerkan tarian ini ke mancanegara dan dibantu oleh Walter Spies, pelukis asal Jerman. Para penari laki-laki yang menari kecak akan meneriakkan kata ‘cak cak cak’. Dari situlah nama Kecak tercipta. Selain teriakan tersebut, alunan musik Tari Kecak juga berasal dari suara kincringan yang diikatkan pada kaki penari pemeran tokoh-tokoh Ramayana.

Di dalam lingkaran, para penari lainnnya beraksi. Mereka memainkan tarian yang diambil dari episode cerita Ramayana yang berusaha menyelamatkan Shinta dari tangan jahat Rahwana. Tak jarang, Tari Kecak juga melibatkan pengunjung yang tengah menonton aksi tarian tersebut. (*)

Endy Poerwanto