JAKARTA, bisniswisata.co.id: Pelabuhan Tanjung Priok tak pernah lelah beraktifitas. Hiruk pikuk penumpang dan barang ekspor impor ditambah lagi perdagangan dalam negeri seakan tak ada habisnya. Datang pergi silih berganti, mulai pagi hingga pagi lagi. Tak bisa dipungkiri, pelabuhan terbesar di Indonesia merupakan pelabuhan tersibuk. Apalagi saat musim libur Lebaran tiba, terminal penumpang Pelabuhan Tanjung Priok dipadati hilir mudik para pemudik.
Itulah gambaran nyata suasana Pelabuhan Tanjung Priok, yang memiliki sejarah panjang keberadannya. Sejak zaman dulu, Pelabuhan ini menjadi alternatif tempat penyebaran Hindu, dan era kolonial Belanda dikembangan menjadi kawasan pelabuhan komersial abad ke-18.
Sebelum menjadi Pelabuhan, dulu kawasan ini merupakan tanah partikelir Tanjung Priok dan tanah partikelir Kampung Kodya Tanjung Priok yang dikuasi beberapa tuan tanah yaitu, Hana birtti Sech Sleman Daud, Oeij Tek Tjiang, Said Alowie bin Abdulah Atas, Ko Siong Thaij, Gouw Kimmirt dan Pattan. Setelah itu diambil alih pemerintah Hindia Belanda.
Mulanya pemerintah Hindia Belanda Mengembangkan kawasan Tanjung Priok Sebagai Pelabuhan baru Batavia menggantikan Pelabuhan Sunda Kelapa di pasar ikan, karena dianggap terlalu kecil untuk menampung peningkatan lalu lintas perdagangan yang terjadi akibat pembukaan Terusan Suez, yang merupakan transportasi air untuk mempersingkat dari Eropa ke Asia tanpa mengelilingi Afrika.
Pelabuhan baru mulai dibangun pada Mei 1877 dan selesai pada tahun 1886. Kawasan Tanjung Priok juga memiliki beberapa fasilitas yang mendukung fungsi pelabuhan seperti stasiun Tanjung Priok, kawasan perdagangan hingga tempat rekreasi.
Era kini Pelabuhan Tanjung Priok berkembang sangat pesat dan sudah memiliki banyak dermaga, fasilitas modern serta layanan berteknologi informasi untuk melayani aktifitas kapal besar yang beroperasi penuh di bawah perusahaan IPC PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero). Bukan hanya kapal besar untuk penumpang dan barang, namun kapal pesiar atau cruise yang membawa ratusan wisatawan asing diterima dengan tangan terbuka, dilayani dengan sepenuh hati.
”Pariwisata menjadi sektor yang sangat menjanjikan, apalagi keberadaan wisatawan yang menumpang kapal pesiar harus mendapat pelayanan yang terbaik agar mereka berkesan dan diharapkan bisa datang lagi, sekaligus dapat memberikan informasi kepada wisatawan lainnya tentang pelayanan dan kondisi kami,” papar Supervisor Pelayanan Pelanggan dan Humas Cabang Pelabuhan Tanjung Priok Arif Nugroho kepada bisniswisata.co.id, Ahad (17/11/2019).
Arief melanjutkan pelayanan wisatawan asing dengan menghadirkan garbarata sepanjang 30 meter dengan tinggi 5 meter, sehingga penumpang dapat naik dan turun kapal sama seperti ketika naik pesawat tanpa perlu menggunakan tangga lagi. Penumpang cukup masuk ke sebuah lorong penghubung antara gedung ruang tunggu ke kapal. “Keberadaan garbarata ini bukan hanya untuk melayani turis kapal pesiar, namun juga untuk penumpang umum, bahkan memudahkan penumpang difabel,” tambahnya.
Selain itu Pelabuhan Tanjung Priok menyediakan ruang tunggu VIP dilengkapi penyejuk udara dan toilet bersih, juga ada toilet khusus wisatawan dan penumpang penyandang disabilitas. Di dalam toilet terdapat hand railing sekaligus ruang yang cukup luas untuk kursi roda bermanuver. Rencananya juga akan tersedia ruang laktasi dan area bermain untuk anak. “Di dalam toilet terdapat hand railing sekaligus ruang yang cukup luas untuk kursi roda bermanuver.
“Kami juga menyediakan area wisata belanja untuk souvenir, kuliner hingga Pusat Informasi Pariwisata yang menggandeng Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta yang menyajikan destinasi wisata Jakarta sehingga memudahkan turis asing ke destinasi wisata yang dituju,” lontar Arief.
Namun selama ini, lanjut dia, wisatawan kapal pesiar sudah memiliki jadwal kunjungan ke lima destinasi utama di wilayah Jakarta. Hal ini sesuai dengan paket tournya. Mulai kawasan Kota tua, Monumen Nasional (Monas), Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Nasional Indonesia atau Museum Gajah dan Taman Mini Indonesia Indah.
“Namun juga ada yang berwisata ke Taman Safari Indonesia dan Kebun Raya Bogor. Umumnya turis kapal pesiar di Jakarta cuma satu hari kemudian berlayar ke Pelabuhan Jawa Tengah atau Bali kemudian kembali ke Singapura dan negara lainnya. Nah, kami ingin turis kapal pesiar ini bisa menginap di Jakarta sehingga lama tinggal wisatawan lebih lama, yang dampaknya akan mempengaruhi pendapatan negara maupun masyarakat bertambah,” ungkapnya.
Saat ini, tengah menjadi bahasan stakeholder pariwisata bagaimana agar wisatawan kapal pesiar bisa menginap di Jakarta. Sekaligus tertarik dengan destinasi wisata yang ada di Jakarta lainnya, bukan cuma lima destinasi wisata ungulan itu. Mengingat destinasi wisata di Ibukota tercatat ada 48 objek wisata. “Ini PR (pekerjaan rumah) bagi kita semua, agar Jakarta menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi wisata seperti daerah lainnya,” harapnya.
Harapan ini memang sangat realita karena kunjungan kapal pesiar yang berlabuh di Terminal penumpang Pelabuhan Tanjung Priok tahun 2018 sebanyak 11 ship call dengan total penumpang sebanyak 9.693 turis asing dari negara Belanda, negara-negara Eropa, Australia dan Singapura. Dan tahun 2019 sampai Oktober 2019 tercatat sebanyak 5 ship call yang bertambat di Pelabuhan Tanjung Priok dengan memuat penumpang asing sebanyak 2.585 orang.
“Rencananya pada 22 Desember 2019 ada kapal pesiar Ms. Seven Seas Voyager akan datang ke Pelabuhan Tanjung Priok, kami belum mendapat informasi lengkap jumlah penumpangnya juga dari negara mana saja. Namun sudah ada pesanan dari management Ms Seven Seas Voyager akan datang ke Jakarta. Juga pada tahun 2020, ada beberapa kapal pesiar yang akan ke Tanjung Priok,” jelas Arief.
Direktur Operasional Pelindo II, Prasetyadi mengatakan pelabuhan Tanjung Priok kini jauh lebih baik setelah dilakukan renovasi dilakukan beberapa waktu lalu. Kini pelabuhan itu jauh lebih baik dengan fasilitas lengkap seperti garbarata untuk penumpang dari Terminal Pelabuhan hingga ke Kapal.
“Kami juga telah mengeruk sedimen lumpur. Jadi kapal pesiar dengan kedalaman 12 meter masih bisa bersandar di Priok,” ungkap Prasetyadi saat menyambut ship tour Explorer Dream yang transit di Terminal Penumpang, Pelabuhan Tanjung Priok, pertengahan Oktober 2019.
Assiten Deputi Jasa Kementerian Koordinator Maritim Okto Irianto mengakui daya tarik Indonesia yang cukup besar sebagai negara maritim membuat pengelola kapal pesiar mempertimbangkan Indonesia sebagai salah satu titik keberangkatan pelayarannya. Kini sudah ada lima pelabuhan yang siap disinggahi kapal bertonase besar. “Kita sebenarnya sudah siap dengan lima Pelabuhan yang siap menerima kunjungan cruise seperti pelabuhan di Belawan Medan, Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Perak Surabaya, Benoa Bali dan Makasar,” katanya.
Meski begitu, sudah banyak pelabuhan yang bersandar internasional. Setiap minggunya, Okto menambahkan kapal besar sudah sering merapat kita pelabuhan tersebut. “Pelabuhan yang siap untuk dilayari atau dkunjungi itu banyak. Mohon maaf gak bisa disebut satu-satu. Tapi yang pasti kita bisa menjual destinasi Indonesia Kita jual ke pantai banyak Indonesia seperti Nias, Teluk Bayur,” jelasnya.
Sayangnya 6 juta wisatawan menumpang cruise, hanya 200 ribu yang masuk ke Indonesia. Jumlah ini sangat kecil, mengingat potensi wisata Indonesia begitu luas. Obyek wisata Indonesia sangat beragam, dan Indonesia bisa menjual destinasi, tidak seperti negara lain yang hanya menjual fasilitas kapalnya “Karena itu kita tengah menggenjot, supaya wisatawan kapal pesiar yang ke Indonesia bisa lebih banyak, apalagi larangan menaik-turunkan penumpang asing di Indonesia telah dicabut. Sehingga wisatawan asing bisa lebih mudah naik turun di Indonesia,” katanya
Menurutnya, Pengembangan wisata laut via cruise memiliki dua tujuan utama. Yakni, mendatangkan wisatawan asing ke Indonesia dan memfasilitasi wisatawan Indonesia yang ingin berlayar. Karena itu, upaya terus dilakukan untuk memacu pertumbuhan industri kapal pesiar di Indonesia. Sebab, sektor ini diyakini akan terus tumbuh dan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Semoga. (endy)