DAERAH NEWS

Taman Topi Nasib Keberadaannya Menghitung Hari 

BOGOR, bisniswisata.co.id: Akhir pekan warga Jakarta kerap memanfaatkan kereta api Commuter Line untuk berwisata kuliner, wisata alam maupun wisata lainnya ke obyek wisata buatan di kota hujan ini.

Nah tiba di stasiun Bogor, ada destinasi murah meriah untuk dijelajahi yaitu Taman Topi yang bersebelahan dengan Stasiun Bogor atau cukup berjalan kaki sejauh 200 meter saja. Taman Rekreasi gratis ini berdiri di lahan seluas dua hektar dengan beberapa bangunan dengan atap mirip topi raksasa warna-warni.

Namun ada juga yang bagian atasnya dibentuk serupa buah-buahan.takkan dikenakan tiket masuk. Menariknya lagi, di kawasan ini terdapat objek wisata lain bernama Taman Ade Irma Suryani. Sejatinya nama tersebut merupakan sebutan asli dari komplek taman ini. 

Masuk Taman Ade Irma Suryani, banyak wahana permainan anak seperti bom-bom car, monorail, gajah terbang, komidi putar, hingga flying fox cocok untuk wahana bermain anak-anak. Ada juga food court dengan aneka jenis kuliner, termasuk soto mie – sajian khas Bogor dan di bagian lain, terdapat deretan warung makan dan gerobak kali lima yang menawarkan aneka menu berbeda.

Taman Topi Bogor atau biasa juga disebut Plaza Kapten Muslihat dulu lebih dikenal sebagai Taman Ade Irma Suryani. Taman tersebut merupakan taman tertua di Bogor yang dibangun pada tahun 1975 dan sangat terkenal pada era 1990 an karena banyak anak-anak yang pergi ke taman ria ini karena harganya yang sangat terjangkau terutama oleh keluarga muda.

Nama Kapten Muslihat adalah salah satu pahlawan yang berasal dari kota Bogor. Pahlawan tersebut bernama Tubagus Muslihat yang memimpin perang melawan penjajahan Inggris. Meski usia masih muda dan pada masa itu berpangkat letnan, namun dia seorang yang gagah berani membela bangsa dan akhirnya tewas terbunuh. 

Pemerintah mengabadikan namanya menjadi nama jalan di Bogor dan ia menjadi icon Taman Topi Bogor. Namun kini ada wacana yang menyatakan bahwa taman ini akan beralih fungsi. Pemerintah akan menyulap taman ini menjadi taman terbuka hijau selain menyediakan wahana permainan yang menarik.

Konsep dari taman ini menggunakan konsep taman terbuka. Pepohonan dan tanaman hijau menambah suasana asri. Banyak pula acara yang bisa dilangsungkan di taman ini. 

Mendengar Taman Topi akan berganti wajah cukup membuat syok warga yang biasa menyambangi sarana rekreasi favorit di Kota Bogor ini.  Kini, masyarakat khususnya warga Kota Bogor juga penasaran apa yang bakal menimpa Taman Topi pada akhir 2019 ini.

Seperti diketahui orang nomor satu di Kota Bogor, Bima Arya medio Juli 2019 lalu mengatakan Taman Topi akan diubah menjadi ruang terbuka hijau sebagai alun-alunya Kota Bogor yang akan dimulai perombakannya pada Desember 2019. Kabar inilah yang menjadikan apa yang ada di Taman Topi kini seolah mati segan hidup tak mau.     

para penghuninya yang biasa berjualan atau menjajakan jasanya sedang galau menanti akan seperti apa Taman Topi kedepannya. Apalagi pergantian tahun tinggal beberapa waktu lagi. Dan memasuki bulan Desember yang tinggal hitungan hari ini menjadi penantian yang menyiksa.

Kegamangan pun tergambar pada orang-orang yang sudah puluhan tahun menjadi penghuni Taman Topi Bogor, salah satu tujuan wisata kuliner dan rekreasi favorit keluarga  sejak tahun 1975 an hingga 2019. 

Senyum getir itu terlihat jelas dari wajah Tofik penjual es duren yang sudah berjualan selama 20 tahun di Taman Topi. Seolah ingin berkata apakah es durennya akan menjadi kenangan? Hal itu pula yang membuat dirinya gusar.  

 Pria asal Cirebon ini berkisah suka duka berjualan di area Taman Topi.  Jauh sebelum booming  penggunaan duren sebagai minuman dan makanan, Tofik dan bapaknya sudah menjadikan duren sebagai isian rasa es krimnya dan menjualnya di Taman Topi sejak 1980-an.

Kemudahan mengakses Taman Topi membuat ramai pengunjung, jualan es duren Topik pun laris manis. “Kalau akhir pekan bisa bawa pulang sampai Rp1 juta. Kalau hari bisa antara Rp400.000-Rp500.000,” ucap Bapak dua anak ini dengan senang, kemarin.

Seiring berjalan waktu, masa jaya Taman Topi berangsur meredup terlebih saat terjadi pembenahan tata kota Bogor. Berawal dari kemacetan yang terjadi di depan pintu masuk atau patung Plaza Kapten Muslihat, Taman Topi membuat aparat berwenang ( Pemerintah Kota Bogor ) membuat pagar di tengah jalan sebagai penghalang masyarakat untuk menyebrang sembarangan dan hanya bisa menyebrang di Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) yang tersedia.

Tofik menilai dengan adanya pagar di tengah jalan tersebut membuat orang malas menggunakan JPO dan akhirnya lambat laun banyak pembeli es duren langganannya menjadi berkurang. Hal itu sudah berlangsung hampir tiga tahun belakangan ini. 

Namun penurunan omzet yang drastis menurut Topik terjadi saat kontrak pengelola Taman Topi dengan Pemerintah Kota Bogor berakhir Desember 2018 silam. “Sekarang untuk mendapatkan Rp200.000 sehari susah. Semakin sepi sekarang ini. Apalagi kebersihan Taman Topi juga tidak seperti dulu lagi,” lirih Tofik. 

Dia tak tahu lagi harus bagaimana, sementara waktu terus berjalan. Mau tidak mau dirinya hanya bisa memanfaatkan waktu sebelum Desember tahun ini berskhir. Harapannya pedagang seperti dirinya diakomodasi oleh Pemerintah Kota Bogor meski nantinya Taman Topi sudah tak ada lagi.

 Desember pun menjadi tanya besar bagi orang-orang yang juga mendiami Taman Topi seperti Herman. Herman seorang pemandu wisata yang kerap bermarkas di gerai Tour Information Center  juga sudah mengetahui Taman Topi dalam waktu dekat akan mejadi kenangan. 

Herman yang sudah melang melintang 29 tahun memandu wisatawan asing ini hanya menunggu waktu saja. Dia lalu menceritakan keberadaan gerai informasi wisata di Taman Topi yang telah berjasa banyak  bagi Herman. 

Berawal dari suka mengunjungi Kebun Raya hingga kini ia menjadi pemandu wisata, gerai yang di Taman Topi itulah saksi bagaimana dia mengawali menjadi pemandu wisata. Menurut Herman perubahan situasi dan kondisi hanya perlu disikapi dengan semangat bekerja lebih baik lagi. 

Herman menyebut dirinya pun pernah merasakan masa sibuk sebagai pemandu wisata  yakni pada masa sebelum 2013. Ia membandingkan saat itu sehari bisa mengantar tamu asing hingga 40 orang. Sementara lima tahun belakangan ini untuk mengantarkan tamu yang mau jalan-jalan sehari dua orang saja susah bukan kepalang. 

 Zaman yang berubah diakui Herman sebagai salah satu faktor peminat jasanya terjun bebas. Dahalu orang masih butuh mobil dan butuh pemandu wisata untuk menuju destinasi wisata. Zaman now semuanya bisa dilakukan sendiri melalui gawai. Dengan internet semuanya jadi mudah. 

Dia masih tetap bersyukur gempuran teknologi canggih tersebut tak membuat orang asing berkurang menggunakan tenaganya. Terbukti, Herman berterus terang 90 persen yang masih menggunakan jasanya menuju lokasi wisata adalah orang asing.

“Memang kalau bawa tamu lokal bingung juga mau jelaskan apa. Semuanya mereka bisa akses informasinya. Jadi untuk tamu lokal kita sekarang lebih ke fasilitator saja. Kita siapkan sarana prasarananya,” ungkap Herman yang sering mengantarkan turis dari Belanda menuju destinasi alam Bogor seperti Gunung Salak.

Bagi Herman, Taman Topi ada atau tidak ada lagi, dirinya akan mengikuti kemana nasib membawanya. Jika masih ada tempat seperti Tour Information Center ini ia akan tetap menawarkan jasanya untuk mengantarkan pelancong ke pelosok Bogor. “Saya siap antar ke seluruh tempat wisata,” ujarnya.

 

Hana Fahila