Taman Jati Larangan: tempat wisata kuliner dan riligi (foto: Kabupaten Bantul)
BANTUL, bisniswisata.co.id: Pandemi COVID-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Presiden Joko Widodo beberapa hari lalu bahkan mengingatkan akan adanya gelombang kedua virus Corona. Di tengah keadaan seperti itu, rekreasi outdoor menjadi pilihan bijak untuk sekadar jalan-jalan melepas penat.
Di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, ada tempat wisata yang baru dibuka yang patut ditengok, namanya Taman Wisata Jati Larangan. Taman ini berada di tengah hutan yang menawarkan suasana layaknya sebuah desa terpencil dan berhawa sejuk.
“Taman Jati Larangan ini awalnya merupakan lahan milik warga setempat, terdapat 6 sertifikat resmi milik warga yang disumbangkan untuk membangun suatu kawasan dengan harapan mampu menjadi pusat sektor perekonomian di Dusun Iroyudan,” kata Kepala Dusun Iroyudan, Muhammad Hisyam (45), seperti dikutip dari website resmi Pemerintah Kabupaten Bantul.
Untuk menjangkau taman, pengunjung akan masuk melalui pintu gerbang yang memiliki ornamen berupa dua patung yang dihiasi akar-akar saling menyatu. Wisatawan kemudian akan menemukan jalur setapak dari bebatuan putih yang di kiri kanannya diapit semak belukar dan pepohonan rindang yang masih asri. Tak begitu jauh, pengunjung akan tiba di sebuah taman.
Lokasi taman kebetulan juga berdampingan dengan makam Mbah Wiroyudho, tokoh setempat yang dikenal sebagai teman seperjuangan Pangeran Diponegoro dan seorang punggawa dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dusun Iroyudan sendiri diambil dari namanya. Muhammad Hisyam berharap taman wisata ini juga akan menjadi tempat wisata religi.
Sementara itu di area taman terhampar berbagai jenis bunga dan semak-semak, serta pohon-pohon kecil yang membentuk beberapa taman kecil. Pihak pengelola juga menyediakan beberapa tempat duduk unik yang bisa disinggahi dua sampai tiga orang.
Lingkungan sekitar taman telah ditata sedemikian rupa sehingga menarik untuk dijadikan sebagai latar belakang foto. Selain itu, wisatawan bisa juga menjelajahi jalur menanjak di tengah hutan. Jangan lupa siapkan lotioan anti nyamuk agar tubuh tidak gatal digigit nyamuk.
Taman Jati Larangan ini sebenarnya telah resmi dibuka pada 15 Maret 2020. Namun baru sehari buka, pemerintah mengumumkan ada kasus COVID-19 di Bantul, maka taman pun ditutup. Taman kembali dibuka pada bulan ini setelah keluar maklumat New Normal.
Selain sebagai tempat rekreasi alam, Taman Jati Larangan juga menyediakan kedai makan atau angkringan berupa bangunan rumah tradisional khas Jawa dari kayu.
Ada pilihan tempat makan, outdoor bagi yang memilih makan di luar and indoor. Pengelola juga menyediakan bangku di halaman dan di dalam restoran, atau tikar untuk mereka yang memilih makan sambil lesehan.
Ada makanan tradisional yang merupakan khas desa ini, yakni tembak dan peso. Tembak adalah tempe dan rambak, sedangkan peso merupakan tempe dan so. So adalah daun melinjo yang masih muda dan diolah menjadi campuran makanan atau sayur so.
Menurut keterangan, Taman Jati Larangan kelak akan menjadi pusat segala kegiatan, bukan hanya pusat perekonomian. Tamannya sendiri dibangun dengan biaya murni dari dana swadaya masyarakat. Dana yang sudah dikeluarkan mencapai kurang lebih 150 juta rupiah dan itu merupakan pinjaman dari warga yang berkecukupan.