SYDNEY, bisniswisata.co.id: Berwisata di Sydney, Australia, jangan lupakan spot menarik satu ini: Sydney Harbour Bridge!. Namun untuk menikmati objek paling spektakuler di Ausie hanya dengan memandangnya dari kejauhan atau dari dekat sekalipun, tentu adalah hal yang biasa. Yang tak biasa adalah menguji nyali menaiki atau menapaki besi-besi kokoh jembatan tersebut hingga mencapai puncaknya.
Bonusnya, seperti dilansir laman Bisnis, Ahad (03/06/2018), selain Anda mengetahui seberapa besar nyali Anda, Anda pun akan dihadiahi pemandangan 360 derajat Kota Sydney. Keren, bukan? Tarif yang dikenakan bervariasi, mulai dari AUD$263—AUD$403 (dewasa) dan AUD$183—AUD$293 (anak) atau sekitar antara Rp1,9 juta hingga Rp4,4 juta.
Besarnya tarif ini bergantung waktu memanjat jembatan tersebut. Harga tersebut sudah termasuk 1 foto gratis yang diberikan oleh pihak “BridgeClimb”. Untuk menebus foto lain yang diambil oleh Climb Leader, Anda harus merogoh kocek lagi. Hmmm…
Selama berlangsungnya Vivid Sydney (25/5/2018 hingga 16/6/2018) sekaligus merayakan ulang tahun festival cahaya yang memasuki tahun ke-10, juga bisa menjajal pengalaman lewat program Vivid Climb. Tentu pemandangan yang disuguhkan jauh lebih menarik karena bisa melihat cahaya berpendar di mana-mana. Menakjubkan, bukan?
Sebelum melakukan petualangan ini, ada hal-hal yang wajib diketahui sebelum melakukan “BridgeClimb”. Tidak diperkenankan melakukan aksi itu, jika alat penguji kandungan alkohol menunjukkan kadar alkohol di atas batas yang disyaratkan. Lebih dari 0,05%, terpaksa harus mengelus dada alias siap-siap kecewa.
Bagi yang hamil dan ngidam melakukan aksi ini? Anda beruntung! Ibu hamil masih diperbolehkan menjajal “BridgeClimb” sepanjang usia kehamilan di bawah 24 minggu. Namun calon peserta harus menunjukkan sertifikat Certificate of Fitness, yang dikeluarkan General Practitioners (GP). Di atas 24 minggu, jangan ambil resiko.
Obat-obatan seperti inhaler, bisa dibawa saat memanjat. Namun, harus memberitahukan hal ini terlebih dahulu dengan staf BridgeCimb. Yang diperkenankan melakukan aksi ini, mereka sehat, fit dan memiliki kemampuan memanjat sendiri alias tanpa bantuan pihak lain.
Karena itu, sesaat sebelum melakukan “BridgeClimb”, mengisi formulir yang menyatakan hal ini. Para petugas berusaha melakukan segala hal untuk membantu mewujudkan niat tersebut, tetapi tetap ada beberapa kondisi yang tidak bisa ditolerasi, antara lain kondisi jantung yang lemah, masalah pernafasan, kecelakaan fisik, tulang patah, dan melakukan operasi dalam kurun waktu 6 bulan terakhir.
Untuk anak-anak, berusia 8 tahun dengan tinggi minimal 1,2 meter yang boleh melakukan pendakian. Anak-anak berusia 8-15 tahun wajib didampingi orang tua.
Proses pendakian secara keseluruhan memakan waktu kurang lebih 3,5 jam. Sebenarnya hanya butuh 2,5 jam berangkat dari titik start, mencapai puncak, dan kembali lagi ke titik terakhir. Namun, 1 jam pertama digunakan untuk mempersiapkan diri. Begitu memasuki ruangan, wisatawan mengisi formulir dilanjutkan mengetes kadar alkohol.
Proses berikutnya, menerima pakaian khusus (suit) yang disiapkan, lalu menuju ruang ganti. Dan tak ada satu pun barang-barang yang boleh dibawa dalam pendakian ini, kecuali pakaian yang menempel di badan dan obat inhaler khusus bagi mereka yang memiliki masalah pernafasan. Semua aksesori yang menempel di tubuh diwajibkan untuk dicopot.
Tahapan berikutnya, seorang tour guide atau climb leader Richard Dzikowsky menuntun ke ruangan berbeda untuk mempersiapkan alat-alat sekaligus melakukan simulasi terlebih dahulu. Ada beragam aksesori mulai dari tali pengaman yang dilekatkan di pinggang, 1 kantong jaket, 1 kantong jas hujan, topi dingin, topi, hingga saputangan. Jaket dan jas hujan untuk mengantisipasi udara dingin atau hujan.
Juga diberi tali pengaman khusus yang disematkan di kostum maupun kacamata, sehingga tidak mudah jatuh. Begitupun yang memakai jilbab. Setelah semua perlengkapan terpasang, lantas dipasangkan headset untuk bisa mendengar suara climb leader, dan selanjutnya melakukan simulasi. Pendakian baru dimulai setelah itu. Ekspresi para peserta beragam antara takjub, takut, dan lainnya bercampur aduk.
Richard menuntun melewati terowongan kecil untuk memulai pendakian, menapaki satu per satu anak tangga, sembari menikmati pemandangan sekitar. Perasaan takjub mulai menyergap ketika mulai menyusuri jembatan. Perlahan-lahan bergerak menuju ke bagian lebih tinggi.
Hari itu adalah hari pertama musim dingin di Sydney, sehingga udara dingin terasa lebih menusuk. Hujan ringan pun menemani perjalanan. Angin begitu kencang, sehingga terasa seperti ingin menghempas. Semakin mendekati puncak, semakin kencang angina bertiup.
Namun, suguhan pemandangan pun makin menarik dan membuat takjub. Dari atas, orang-orang terlihat seperti semut. Melihat ke bawah, disuguhi pemandangan yang membuat merinding, yakni lalu lalang mobil. Begitu tiba di puncak, 134 meter dari permukaan Sydney Harbour, rasa takjub sekaligus haru makin tak bisa ditahan.
Semua orang mengungkapkan kegembiraannya dengan cara masing-masing. Terjawab pula apa maksud saputangan yang diberikan, salah satunya mungkin untuk menghapus air mata Anda. Di atas puncak itu, wisatawan diberi kesempatan untuk menikmati Kota Sydney dari puncak selama beberapa waktu, sebelum akhirnya kembali.
Sang tour guide Richard Dzikowsky mengaku sudah 19,5 tahun memandu ratusan ribu pendaki untuk mencapai puncak. Secara keseluruhan, sudah lebih dari 3,4 juta orang yang mendaki ikon Kota Sydney tersebut. Dalam ingatannya, lebih dari 7.000 pendakian telah dilakukan.
Bagi Richard, memandu para pendaki mencapai puncak merupakan kebahagiaan tersendiri. Ada banyak kisah yang telah disaksikan di puncak Sydney Harbour Bridge, mulai dari pernikahan hingga lamaran. Sampai saat ini, menurut Richard, sudah ada 29 pernikahan yang disaksikan di puncak Sydney Harbour Bridge. Rombongan pernikahan biasanya merupakan kelompok kecil yang hanya terdiri dari pengantin, pendeta, dan beberapa keluarga.
Pendeta akan melakukan upacara singkat di puncak. Yang menarik, para pengantin juga akan bertukar cincin. Untuk menghindari cincin terlepas dari tangan kedua mempelai, cincin akan diikat pada pakaian khusus pendakian.
Selain pernikahan, Richard juga pernah memandu 20 anak asal Aceh pada 2006. Ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan bagi Richard karena anak-anak itu hidup sebatang kara karena ditinggal keluarga saat tsunami besar menimpa Aceh.
Anak-anak Aceh tersebut datang ke Sydney dalam program khusus, sebagai bentuk ucapan terima kasih atas dukungan dan bantuan Australia selama tsunami hingga pemulihan pasca tsunami. “Ini pengalaman paling emosional bagi saya. Mereka bahagia bisa mendaki sampai puncak, tetapi pada saat yang bersamaan sedih karena tak punya siapa-siapa lagi,” kenang Richard.
Sebagai pendaki yang telah memandu begitu banyak orang, Richard juga punya peserta favorit. Adalah Chris Muller, seorang wanita tua yang tercatat sebagai pendaki tertua. Chris Muller mendaki di usia 100 tahun. “She is my favorite!”
Richard juga pernah menyaksikan begitu banyak momen bahagia saat seseorang melamar pasangannya di puncak jembatan. Richard ikut berbahagia, dan bahkan sampai menitikkan air mata.
Namun, Richard juga pernah bersedih. Saat itu, ada seorang pria yang melamar kekasihnya di puncak. Maksud hati ingin memberi kejutan kepada sang kekasih. Tak disangka, sang kekasih menolak pinangan itu. “Itu kejadian paling menyedihkan. Saya melihat wajah pria itu dan tak sanggup berkata-kata apa lagi. Semua orang melihat ke arahnya. Tak terbayangkan malunya pria itu..”
Richard pun cepat-cepat mengalihkan fokus semua orang dari kejadian itu. “Yang kalian lihat di sana adalah …. “ Lalu, semua mata pun tertuju pada objek yang ditunjuk Richard. (BC)