Uncategorized

Susi Air Buka Penerbangan Perintis, Berwisata ke Abdya Jadi Lebih Praktis

Salah satu obyek wisata di Kabupaten Aceh Barat Daya. ( foto: Wikipedia/Google).

BLANG PIDIE, Abdiya, bisniswisata.co.id: Kabupaten Aceh Barat Daya yang disingkat Abdya ini merupakan salah satu Kabupaten yang berdiri dari hasil pemekaran dari Aceh Selatan pada tahun 2002 silam. Kabupaten yang terdiri dari 9 Kecamatan ini memiliki sejuta daya tarik yang patut untuk diketahui, baik dari segi wisata maupun dari segi sejarah.

Dulu kalau mau berwisata ke Aceh Barat Daya (Abdya) dari Medan, tak ada pilihan selain lewat darat. Waktu tempuhnya bisa 10-14 jam berkendara mobil. Tapi sekarang, jauh lebih praktis, cuma satu jam dengan pesawat penerbangan perintis.

Maskapai penerbangan yang melayani penerbangan perintis itu adalah Susi Air jelang akhir Januari 2020 mengoperasikan rutenya dari Kuala Namu ke Kuala Batu.

Kuala Namu International Airport (KNIA) berada di Medan, Sumatera Utara (Sumut). Sedangkan Bandara Kuala Batu terletak di Desa Pulau Kayu/Geulima Jaya, Kecamatan Susoh, Kabupaten Abdya, Provinsi Aceh, berjarak sekitar 6 Km dari Blangpidie, Ibukota Abdya.

“Susi Air terbang perdana untuk tahun 2020 melayani rute Kuala Namu ke Kuala Batu pada 27 Januari lalu,” kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Abdya, Rahwadi AR ST seperti dikutip Serambinews.com. 

Susi Air bertolak dari Kuala Namu sekitar 10.30 WIB dan mendarat Kuala Batu sekitar pukul 11.30 WIB. Sewaktu berangkat, pesawat bermuatan 12 tempat duduk ini mengangkut tujuh penumpang, sebagian merupakan warga keturunan yang berdomisili di Blangpidie.

Ketika kembali ke Medan, pesawat itu membawa delapan penumpang warga Abdya. Penerbangan perintis yang disubsidi Pemerintah Pusat (Kementerian Perhubungan RI) melalui APBN 2020, sementara ini memang terbang seminggu sekali dari Kuala Namu setiap hari Senin, pukul 10.30 WIB menuju Kuala Batu (PP). Tarif tiket penerbangan Susi Air rute Medan-Blangpidie Rp 400.900 per seat. Sedangkan dari Blangpidie-Medan Rp 315.900 per orang.

Hasbullah, salah seorang warga Blangpidie menyambut positif kehadiran penerbangan perintis tersebut. “Semakin mudah akses, kemungkinan kedatangan wisatawan ke Abdya dari Medan semakin besar,” ujar Hasbullah yang juga seorang peneliti muda di Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh. Kalau naik mobil dari Medan ke Blangpidie memang jauh lebih murah tapi waktu tempuhnya amat panjang.

Menurut Bullah, begitu panggilan akrabnya, banyak mobil travel dari Medan ke Blangpidie. “Biasanya mangkal di Jalan Laksana. Kalau gak salah ongkosnya antara Rp150 ribu – Rp 200 ribu per orang pakai mobil Innova,” terangnya.

Penumpangnya bisa diantar sampai tujuan misalnya hotel, resto, dan objek wisata yang ada di Blangpidie, termasuk sampai rumah.”Berangkatnya kalau minta dijemput di hotel juga bisa ,” kata Bullah yang rumah orangtuanya di Guhang, dekat Masjid Agung Abdya, Blangpidie. 

Daya Tarik Wisata

Objek wisata di daerah yang dijuluki Negeri Breuh Sigupai ini antara lain Pantai Jilbab, Pantai Bali, Pulau Gosong, dan Bendungan Irigasi Krueng Susoh di Kecamatan Susoh. 

Susoh memang menjadi menjadi rujukan wisata bahari karena terletak di pesisir pantai barat Aceh dan tidak memiliki wilayah pegunungan. Selain itu juga ada Pantai Kuala Kutang, Pemandian Krueng Baru, Pantai Ujong Ketapang, dan lain-lain.

Kuliner khasnya antara lain Mie Kocok. Pedagang Mie Kocok di Blangpidie cukup banyak, salah satunya di Warung Muslim yang berada di Jalan At-Taqwa No.14 yang sudah beroperasi sejak 1968.

Kata Bullah di kabupaten hasil pemekaran dari Aceh Selatan pada tahun 2002 silam ini juga ada objek wisata sejarah. Tinggalan sejarah yang ada di Abdya antara lain tangsi militer Belanda di Blangpidie yang sekarang jadi asrama Kodim.

Ada juga Makam Teungku Peukan yang gugur saat menyerang tangsi Blangpidie tahun 1926. “Ada situs Kuala Batu yang pernah diserang Amerika 6 Februari 1832. Selain dari Medan, biasanya wisatawan yang datang ke Abya banyak juga dari Banda Aceh ke Blangpidie lewat darat.

“Ada yang menyewa mobil travel, banyak juga yang naik Toyota Hiace Jumbo Rp 150 ribu per orang dengan waktu tempuh sekitar 7-8 jam,” ungkapnya.

Bullah berharap, kedepan bukan cuma pesawat Susi Air yang terbang dari Kuala Namu ke Kuala Batu tapi juga pesawat yang berkapasitas lebih besar seperti pesawat jenis fokker. 

Bukan cuma itu, rute penerbangan Bandara Kuala Batu – Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Blangbintang, Aceh Besar kalau bisa juga diaktifkan lagi.

Sebagai informasi, Bandara Kuala Batu punya prestasi tersendiri. Bandara ini satu-satunya yang bisa beroperasi untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan ke wilayah Barat-Selatan Aceh saat terjadi tsunami 2004 silam.

Ketika itu lebih dari 80 kali/hari penerbangan pesawat mondar mandir ke bandara ini, termasuk pesawat jenis senok milik Amerika Serikat yang menyalurkan bantuan kemanusian untuk korban tsunami. 

Saat ini panjang runway atau landasan pacu bandara ini sudah 1.800 meter, jadi pesawat jenis fokker pun sudah bisa landing di sini, dengan kata lain sudah mengimbangi Bandara Cut Nyak Dhien di Kabupaten Nagan Raya.

Sekarang tinggal bagaimana Pemkab Abdya memanfaatkan kehadiran penerbangan perintis ini dengan cara mengemas semua daya tariknya.

Tak ketinggalan membuat berbagai kegiatan wisata (culture, sport tourism, culinary, dll) lalu mempromosikannya lewat beragam media termasuk medsos agar wisatawan tertarik datang.

Kalau wisatawan terus berdatangan ke Abdya, otomatis rute penerbangan Medan-Blangpidie berumur panjang dan akan terus berkembang. (kembaratropis@yahoo.com, ig:@adjitropis).

 

Yusuf Roneo