ART & CULTURE FASHION

Strategi Kemenparekraf Memberdayakan Penari di Tengah Pandemi

Para penari dari Sanggar Tari Chakil Square Art Community, Yogya, menghibur peserta Rakor Desa Wisata. ( Foto: @adjitropis)

Direktorat Pengembangan Destinasi Pariwisata Regional I Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Parekraf mengundang bisniswisata. co.id untuk menghadiri Rapat Kordinasi Desa Wisata Super Prioritas Borobudur di Hotel The Phoenix Hotel Yogyakarta – MGallery Collection. Berikut tulisan ke tujuh

YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: Komitmen Kemenparrkraf untuk memberdayakan pelaku ekonomi kreatif di masa pandemi dibuktikan dengan melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan.

Mendorong para pelaku terus berkarya dengan melibatkan mereka dalam kegiatan webinar hingga kegiatan Meeting, Incentive, Conference & Exhibition ( MICE) kerap dilakukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenparekraf untuk memberdayakan kalangan seniman.

Seperti yang dilakukan pada Rapat Kordinasi Pengembangan Desa Wisata Destinasi Super Prioritas ( DSP) Borobudur dilanjutkan sosialisasi program Cleanliness, Healthy, Safety & Environment Sustainability (CHSE) di Yogya dan Magelang serta Visitor Management dari 22-26 September 2020.

Sebuah tarian tradisi kreasi baru yang dibawakan empat  penari wanita yang muda dan cantik dari Sanggar Tari Chakil Square Art Community, Yogya mengawali kegiatan Rakor.

“Selama pandemi Covid-19, panggilan untuk pementasan tari sangat berkurang. Banyak event yang cancel, otomatis kita terkena dampaknya langsung,” kata Bramantyo Fendy, Sekretaris Sanggar Tari Chakil Squad Art Community. Belakangan ini kegiatan kepariwisataan yang melibatkan Ekraf sudah mulai menggeliat lagi.

Pihaknya sudah beberapa kali tampil antara lain 2 kali mengisi opening webinar Kemenparekraf. Selain itu juga tampil merayakan sewindu keistimewaan DIY dan  minggu lalu ditunjuk Bank Indonesia DIY untuk mengikuti Fesyar secara daring, terang Bramantyo seraya berharap agar setiap event yang diadakan Kemenparekraf selalu melibatkan seniman.

Kali ini dia bersama empat penari yaitu Tutu Wisti, Agatha Ratu, Tiara, dan Cindy membawakan Tari Merak ciptaan Tejo Sulistyo pada pembukaan rakor yang berdurasi sekitar 7 menit.

Salah satu ragam tarian kreasi baru ini mengekspresikan kehidupan  burung merak yang diangkat ke pentas oleh Tejo Sulistyo,” ungkap Bramantyo disela-sela acara rakor.

Tarian tersebut, lanjut Bramantyo bisa dibawakan penari perempuan secara tunggal, kelompok kecil maupun kelompok besar atau kolosal.

“Sanggar kami pernah membawakan tarian itu secara kolosal sebanyak 50 penari perempuan di sebuah acara di Klaten,” terangnya.

Selain untuk pembukaan acara formal seperti rapat, rakor, gathering, dan lainnya, Tari Merak ini juga biasa ditampilkan untuk acara pernikahan dan lainnya.

Kesenian Kubro Siswo dari para penari tingkat Sekolah Dasar. ( Foto: HAS) been

Di hari berikutnya Kesenian tradisional Kubro Siswo juga menyemarakkan acara penyerahan dukungan barang CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety & Environmental Sustainability) di Taman Buah, Desa Wisata Karangrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (23/9/2020).

Bantuan alat kebersihan dan kesehatan ini diberikan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) lewat Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur kepada empat desa wisata di Destinasi Super Prioritas (DSP) Borobudur.

Dr. Ir. Hari Sungkari, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf menjelaskan pihaknya sengaja meminta kesenian tradisional Kubro Siswo yang ditampilkan dibawakan oleh para pelajar SD.

“Tujuan untuk melestarikan dan memperkenal-kannya ke masyarakat luas serta sekaligus mengangkat kearifan lokal yang ada di desa wisata ini,” kata Hari Sungkari.

Menurut dia, setiap desa wisata semestinya  memang harus mengangkat kearifan lokal dan kesenian tradisionalnya yang dibungkus dengan kemasan kekinian agar kaum milenial mau melihat dan mendengarkan. 

Itulah ekonomi kreatif atau Ekraf karena pariwisata era sekarang digabungkan dengan Ekraf. Mengingat kondisi saat ini masih pandemi Covid-19 dan harus menerapkan protokol kesehatan, maka pertunjukan seni baik musik, tari dan lainnya bisa dilakukan secara virtual, tambahnya.

“Jangan karena belum ada atau masih sedikit wisatawan yang datang terus tidak ada pertunjukan seni yang bermuatan lokal. Sebagai solusinya bisa dengan pertunjukan virtual atau secara daring supaya desa wisata di DSP Borobudur ini bisa tetap eksis dan terpromosikan aktivitasnya di medsos dan lainnya,” jelas Hari.

Para penari dari siswa-siswi SD setempat  kelas 2 hingga 4. Mereka tampil di awal acara mengenakan kaos dan celana pendek seperti pakaian bola namun dengan rompi yang meriah. Gerakan mereka cukup enerjik seperti  gerakan yang menggambarkan suasana perang.

Tarian mereka diiringi musik tradisional seperti suling, jedhor, kendang dan bende. Sepanjang atraksi diiringi beberapa lagu yang dinyanyikan dua pria dewasa. Kedua penyanyinya kadang membunyikan peluit untuk memberikan aba-aba pergantian gerakan tarian.

Kubro Siswo  merupakan kependekan dari Kesenian Ubahing Badan Lan Rogo yang memiliki arti “kesenian mengenai gerak badan dan jiwa”. Kesenian Kubro Siswo yang mirip kuda lumping ini berkembang di daerah Magelang dan Yogyakarta.

Pada awalnya kesenian tradisional ini menggam-barkan penyebaran Islam di Pulau Jawa. Lagu-lagu pengiring tarian Kubro Siswo umumnya berisikan ajakan untuk melakukan ibadah salat lima waktu, sedekah, dan ajakan kebaikan lainnya.

Biasanya tarian ini dipentaskan oleh para penari lelaki yang terdiri atas 15-20 orang di acara-acara penting seperti peringatan hari kemerdekaan Indonesia, pesta pernikahan, khitanan, dan pembukaan acara peresmian sebagai hiburan.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)