JAKARTA, bisniswisata.co.id: Sepanjang tahun 2020, museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (Macan) yang berada di AKR Tower Level M, Jl. Perjuangan No.5 Kebun Jeruk, Jakarta Barat mengelar beberapa pameran seni skala besar dari karya-karya seniman nasional hingga global. Selain menampilkan karya seni luar ruang, juga mengadakan malam penggalangan dana.
Museum yang pertama di Indonesia dengan koleksi seni Indonesia dan internasional modern dan kontemporer ini, tahun 2020 mempersembahkan karya Melati Suryodarmo (Indonesia), Agus Suwage (Indonesia), Julian Rosefeldt (Jerman), dan Chiharu Shiota (Jepang).
Dalam dua tahun pertamanya, MACAN bersama UOB sebagai mitra pendidikan utama dihadiri lebih dari 150.000 pengunjung ke Ruang Seni Anak dan mensponsori lebih dari 50 kunjungan sekolah dari seluruh Indonesia.
“Museum MACAN terus memperluas area pamerannya. Pada tahun 2020, area teras di lantai 6 digunakan sebagai ruang pamer baru, menampilkan karya seni luar ruang dan menyediakan ruang komunal bagi para pengunjung,” papar Direktur Museum Macan Aaron Seeto dalam siaran pers, Senin (30/12/2019).
Dijelaskan beberapa program MACAN selama tahun 2020, antara lain:
29 Februari – 31 Mei 2020,
Pameran 2020 dibuka karya video masif bertajuk Manifesto ditampilkan di 13 layar karya Julian Rosefeldt. Dalam karya ini, aktris Cate Blanchett tampil sebagai 12 karakter dan membacakan manifesto seni abad ke-20, termasuk Futurists, Dadaists, Fluxus, Situationist, dan Dogma 95, juga tulisan para perupa, penyair, arsitek, penampil dan pembuat film termasuk Kazmir Malevich, Sturtevant, Sol LeWitt, Claes Oldenburg, Mierle Laderman Ukeles, André Breton, Bruno Taut, Lebbeus Wood, Yvonne Rainer, dan Jim Jarmusch. Presentasi ini dibuat dalam kemitraan dengan Art Gallery of New South Wales (AGNSW), sekaligus memperkuat hubungan kerja sama antar museum MACAN di area Asia Tenggara.
29 Februari – 31 Mei 2020
MACAN menampilkan “Why Let the Chicken Run?”, pameran survei museum perupa kontemporer Melati Suryodarmo, yang menampilkan karya pertunjukan penting yang mengeksplorasi konsep tubuh dan dipengaruhi tradisi seni di Solo, kota asalnya. Pertunjukan itu juga dipengaruhi studinya di Jerman, saat ia berguru pada seniman pertunjukan Marina Abramovic dan penari/koreografer Butoh Anzu Furukawa.
“Pameran ini, ditampilkan bersamaan dengan “Manifesto”, berfokus pada sepilihan karya Melati, termasuk “Why Let the Chicken Run” (2001). Pameran dibuat sebagai penghormatan kepada salah satu panutannya dalam seni pertunjukan, Ana Mendieta, dan “EXERGIE -Butter Dance” (2012), salah satu karyanya yang paling populer. Karya-karya yang ditampilkan berdurasi antara 15 menit hingga 12 jam, dan akan ditampilkan di hari-hari tertentu selama 13 minggu. Karya itu menawarkan pemahaman yang menyeluruh akan kekaryaan Melati untuk pengunjung museum,” lontar Aaron Seeto.
Juli – Oktober 2020
Pecinta seni dan masyarakat dapat menyaksikan pameran survei Agus Suwage, perupa kontemporer Indonesia yang dikenal akan pendekatan jenakanya terhadap isu sosial. Pameran berjudul “The Theatre of Me” ini menampilkan potret diri sang perupa, juga sepilihan lukisan, patung dan instalasi buatannya sejak 1980-an hingga kini.
November 2020 – Februari 2021
MACAN mempersembahkan pameran tunggal terbesar Chiharu Shiota, seorang perupa Jepang yang tinggal di Berlin dan mengeksplorasi karyanya selama 25 tahun. The Soul Trembles akan menampilkan instalasi yang kompleks dan indah berupa jaring-jaring merah dan hitam yang terbuat dari benang, yang terentang dan memenuhi ruang pamer, mewujudkan konsep abstrak seperti kenangan, kekhawatiran dan mimpi. “Pameran ini dihelat oleh Museum Macan dan Mori Art Museum di Tokyo,” sambung Aaron Seeto. (redaksi@bisniswisata.co.id)