YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: Jalan Malioboro tampil beda. Kawasan wisata belanja jalanan di Yoyakarta ini, bebas kendaraan bermotor plus bebas Pedagang Kaki Lima (PKL). Uji coba semi Pedestrian Malioboro dimulai Selasa Wage (18/06/2019) pagi pukul 06.00 WIB dan berakhir pukul 21.00 WIB.
Selain Bus Trans Jogja, kendaraan mobil patroli polisi, truk pengangkut sampah, sepada, becak dan andong diijinkan melintas. Jika uji coba sukses dan dianggap berhasil dalam menjaga polusi udara serta membuat gerak wisatawan terasa aman dan nyaman, maka model Car Free Day ini akan diterapkan di lain hari. Atau diperpanjang uji cobanya.
Memang suasana aman, nyaman, tenang, udara lebih segar sangat terasa beda jika dibandingkan hari sebelumnya. Tak terdengar riuh pedagang kaki lima menjajakan dagangan. Juga tidak terdengar bising deru serta kelakson kendaraan melintas. Praktis cuma petugas penyapu jalan dan wisatawan turun ke jalan, melintas secara bebas. Bahkan ada yang selfie di tengah jalan.
Selain itu, masyarakat mengendarai sepeda pancal, mengayuh dengan nyaman. Malah, melintas ke dua arah, walaupun Jalan Malioboro sendiri biasanya hanya berlaku satu arah. Juga di sirip-sirip parkir yang ada di pedestrian Jalan Malioboro, terlihat beberapa wisatawan yang bermain papan skate. Mereka tampak begitu menikmati lengangnya Jalan Malioboro.
Arus kendaraan ditutup mulai depan Parkir Abu Bakar Ali, dan semua kendaraan bermotor yang melintas dialihkan ke Jalan Pasar Kembang. Kecuali, Transjogja, becak, delman dan kendaraan layanan publik lain. Tapi, pengendara masih bisa memasuki Jalan Malioboro melewati Jalan Sosorowijayan. Walaupun, mereka harus ke luar lagi dari Jalan Malioboro melalui Jalan Dagen atau Jalan Perwakilan.
Seorang wisatawan asal Kota Depok, Rina (22 tahun), mengaku tidak tahu akan ada penerapan uji coba Malioboro bebas kendaraan bermotor. Tapi, ia merasa setuju-setuju saja jika memang diterapkan. Salah satu manfaat pelarangan kendaraan bermotor melintas tidak terlihat kemacetan yang biasa menggangu. Belum lagi, bising klakson-klakson yang terjadi jika ada yang berhenti.
“Biasanya macet ini di sini, kalau ada mobil berhenti, atau nurunin penumpang, sana klakson sini klakson,” kata Rina, sambil menunjuk ke sekitaran Malioboro Mall, seperti dilansir laman Republika.
Rina, sepekan di Yogya mengaku hampir setiap sore datang ke Malioboro. Karenanya, tahu betul padatnya Malioboro. Namun kini merasa senang, jika Malioboro bisa bebas kendaraan dan PKL. Meski, Rina paham betul kadang sulit mencari jajanan-jajanan yang biasanya dinikmati ketika melintasi Malioboro. “Konsekuensinya memang tidak ada pedagang ya, adanya di toko-toko,” ujar Rina.
Hal senada dilontarkan, Dadang dan keluarganya, merasa cukup kesulitan untuk bisa berbelanja tanpa adanya pedagang-pedagang kaki lima. Walaupun, ia masih bisa mencari oleh-oleh di toko-toko yang tetap buka. “Ada sensasi yang berbeda jika berbelanja di PKL-PKL. Salah satunya, tidak ada sensasi tawar menawar yang biasanya terjadi jika berbelanja di pesestrian Malioboro,” lontarnya.
Meski begitu, secara umum, Dadang mendukung jika Malioboro bisa bebas kendaraan bermotor. Sebab, setiap ke Malioboro, biasanya Dadang memang memarkirkan kendaraan di Parkir Abu Bakar Ali. “Lah biasanya mah memang parkir di sana, terus jalan ke sini, jadi sama saja, bedanya jalanannya lebih lenggang ya, lebih enak,” kata Dadang.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi meyakini, kondisi bebas kendaraan tidak akan meredupkan ekonomi masyarakat. Uji coba ini dilakukan beberapa kali, tidak cuma Selasa Wage. Bahkan, tidak menutup kemungkinan dilaksanakan pada akhir pekan seperti Jumat malam atau Sabtu malam.
Melalui uji coba ini, Heroe merasa akan ditemukan hal-hal yang masih perlu diselesaikan. Selain itu, membiasakan masyarakat termasuk pedagang. “Ini uji coba tidak hanya sekali, akan kita coba beberapa kali,” kata Heroe.
Soal kekhawatiran pelaku usaha, ia mengingatkan, Pemkot Yogyakarta mendapatkan itu pula ketika ingin membersihkan lokasi parkir. Tapi, ia merasa, semua kekhawatiran akan sirna ketika terbiasa. Sebab, kebijakan ini tidak akan membuat orang-orang merugi. Ia menekankan, kebijakan ini untuk kebaikan bersama dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Malioboro.
Kebijakan ini jelas bukan membuat Malioboro mati, justru menjadikan Malioboro lebih hidup. Karenanya, wajar jika ada kekhawatiran karena semua perlu dibiasakan. “Ini tidak akan meredupkan perekonomian masyarakat, seperti dulu memindahkan parkir, banyak yang menolak, tapi sekarang buktinya lebih baik, uji coba kita lakukan berkali-kali untuk membiasakan,” katanya.
Terkait kantung parkir, ia masih akan melakukan pembicaraan dengan Pemprov DIY. Sekitaran Malioboro sendiri sudah ada Parkir Abu Bakar Ali, di Beskalan, di Perwakilan, di UPN, di Senopati dan di Serwadani. Untuk kantung tidak menutup kemungkinan jumlah bertambah. Hari ini, untuk melihat situasi, Heroe bahkan mengaku akan bersepeda ke sekeliling Malioboro. (NDY)