JAKARTA, bisniswisata.co.id: Bango memang luar biasa. Merek kecap produksi PT Unilever Indonesia Tbk, bukan hanya peduli melestarikan sekaligus mempopulerkan kuliner tradisional Indonesia, namun juga peduli mencetak regenerasi petani. Melalui Program Petani Muda, langkah nyata ini demi mendorong regenerasi petani agar kelezatan asli kuliner Indonesia tetap terjaga dari generasi ke generasi.
Selain itu, seluruh pecinta kuliner juga dapat menunjukkan dukungan mereka terhadap program ini dengan bergabung dalam gerakan PetaniUntukIndonesia yang disebarluaskan Bango melalui kemasan khusus berlebel Cita Mallika.
Regenerasi petani bagi Bango dirasakan sangat penting, juga memiliki nilai strategis. Bango juga melihat penerapan prinsip pertanian yang berkelanjutan merupakan hal yang harus dijalankan, salah satunya melalui regenerasi petani yang kini semakin dibutuhkan.
Petani yang tidak teregenerasi dapat menyebabkan penyusutan lahan serta penurunan produktivitas maupun kualitas hasil pertanian. Jika bahan pangan yang berkualitas jumlahnya semakin terbatas, akan sulit bagi kita untuk terus menikmati dan melestarikan aneka kuliner khas Indonesia yang selalu dibanggakan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan dalam jangka waktu dua tahun (2016 – 2018), terjadi penurunan jumlah petani di Indonesia cukup signifikan, yaitu sebanyak 4 juta petani, dimana salah satu penyebab masih kurangnya regenerasi petani. Dan, 65% dari jumlah petani di Indonesia kini berusia di atas 45 tahun, dengan produktivitas yang relatif rendah.
Sementara di wilayah perdesaan, hanya sekitar 4% anak muda berusia 15-23 tahun, tertarik bekerja menjadi petani. Sisanya memilih bekerja di sektor industri, sektor industri kecil-menengah atau sektor informal kota, karena dipandang lebih potensial untuk menjamin kesejahteraan di masa depan.
“Sejak tahun 2001, Bango melalui Yayasan Unilever Indonesia menggandeng Universitas Gajah Mada dan mitra lainnya mengembangkan komunitas petani kedelai Mallika melalui program “Program Pengembangan Petani Kedelai Hitam”. Langkah ini untuk mengantisipasi penurunan produktivitas maupun kualitas kedelai,” lontar Director of Foods and Beverages PT Unilever Indonesia Tbk. Hernie Raharja dalam keterangan resminya, Rabu (25/09/2019).
Hernie melanjutkan sebagai brand yang selalu berkomitmen mengangkat dan mempopulerkan kuliner Indonesia, Bango sangat membutuhkan kedelai berkualitas jenis Mallika. Mengingat dalam prakteknya, 100% kedelai hitam lokal digunakan untuk memproduksi Kecap Bango memenuhi Unilever Sustainable Agriculture Code (USAC), yaitu standar cara bertani ramah lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani binaannya, sejalan pilar Unilever Sustainable Living Plan (USLP).
Karena itu, lanjut dia, untuk mendorong regenerasi petani dan menjamin ketersediaan pasokan bahan pangan berkualitas dalam jangka panjang, Bango kini menggagas Program Petani Muda berkolaborasi dengan The Learning Farm Indonesia.
“Program ini secara bertahap akan memberikan pembinaan intensif bagi masing-masing 30 hingga 40 petani muda potensial tentang keterampilan hidup lewat pendidikan bercocok tanam yang memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan. Kesempatan yang langka ini juga akan membuka peluang bagi mereka untuk menjadi agen perubahan,” lontar Herrnie serius.
”Melalui program ini, Bango berharap regenerasi petani dapat tercapai karena generasi muda akan memiliki kepercayaan diri dan minat lebih tinggi terhadap profesi bertani. Dengan regenerasi yang terjaga, ketersediaan bahan pangan akan ikut terjamin dan pelestarian kelezatan asli kuliner Indonesia dapat terus dilakukan,” tutup Hernie.
Senior Brand Manager Bango, Nando Kusmanto membenarkan berkurangnya petani muda di Indonesia menjadi keprihatinan di sektor pertanian. Generasi milenial melihat sebelah mata profesi petani dan lebih memilih bekerja di perkotaan. Dalam kenyataannya, menjadi petani sangat menjanjikan di masa depan. ” Anak-anak muda sekarang itu belum terinspirasi untuk menjadi petani. Mungkin petani dianggap sebagai profesi yang tidak inspiratif,” ucapnya.
Karena itu program petani muda ini juga bertujuan untuk membuat komunitas sustainable agriculture, yaitu pertanian berkelanjutan. “Pertanian berkelanjutan adalah sebuah prinsip pertanian yang ramah linkungan. Pertanian ini akan memberikan dampak seminimal mungkin bagi lingkungan, serta menghasilkan produksi yang efisien, menguntungkan, dan kompetitif,” paparnya.
Kepala Bidang Program dan Kerjasama Pendidikan Pertanian, Kementerian Pertanian Dr. Setyabudi Udayana, SPT, M perlu dukungan banyak pihak untuk regenerasi “Kita memiliki program tahunan yang dijalankan untuk pertumbuhan wirausahawan muda pertanian dalam rangka regenerasi. Belum optimal kalau tidak dilakukan oleh pelaku usaha juga,” tegasnya.
Untuk itu Bango sebagai brand yang melibatkan petani, memperkenalkan Program Petani Muda sebagai upaya mendorong regenerasi petani agar tetap menjaga kelezatan asli kuliner Indonesia tetap terjaga dari generasi ke generasi. “Saya sangat mengapresiasi terhadap Program Petani Muda, sebab regenerasi bisa juga untuk pembelajaran dan mengubah stigma yang selama ini melekat. Stigmanya kan petani itu kotor, tidak pasti. Dengan adanya kepastian yang kuat dapat merubah mindset mereka agar mau untuk menjadi petani,” tandasnya.
Executive Director The Learning Farm Indonesia, Nona Pooroe Utomo mempertegas Bango dan The Learning Farm bersama-sama mengembangkan kurikulum Program Petani Muda untuk mendorong semangat, pengetahuan dan keterampilan generasi muda dalam melanjutkan regenerasi petani.
Selama 100 hari, seluruh peserta mendapatkan 60% materi pertanian yang terbagi dalam empat kelompok besar yaitu tanah, budidaya tanaman-perikanan dan ternak, pemupukan dan pengendalian hama, serta analisa usaha tanam. 40% materi lainnya, berfokus pada pengembangan soft skills seperti manajemen waktu dan keuangan, entrepreneurship, healthy life style, Bahasa Inggris, komputer, dan komunikasi.
” Nantinya, kami harap para peserta akan mampu menyebarluaskan ilmunya dan menginspirasi lebih banyak generasi muda di kampung halaman mereka untuk menjadikan bertani sebagai pilihan profesi yang menjanjikan.” ungkap Nona.
Nona Percaya semangat mendorong regenerasi petani akan membawa dampak yang lebih besar melalui upaya bersama, Bango mengajak seluruh pecinta kelezatan asli kuliner Indonesia untuk mendukung program ini melalui Bango kemasan khusus Cita Mallika. “Pasalnya setiap kemasannya akan berikan pelatihan tani untuk pemuda Indonesia,” tambahnya.
Bango kemasan khusus Cita Mallika didesain oleh fashion designer kebanggaan Indonesia, Didiet Maulana. ”Perjalanan mengunjungi para petani Mallika di Desa Lendah, Kulon Progo, membukakan mata saya pada sebuah brand yang dibangun dengan cinta,” cerita Didiet.
Pemilihan warna, karakter visual dari tenun, cerita dari perjalanan tertuang dalam motif ‘Cita Mallika’. “Semoga dapat menggambarkan kebahagiaan, optimisme dan keindahan kerja sama yang akan terus terjalin antara Bango, petani dan setiap penikmat kelezatan asli kuliner Indonesia.” tambahnya sambil menambahkan di balik kemasan juga tertera kisah-kisah inspiratif dari empat petani kedelai hitam Mallika yang ditulis ulang penulis kenamaan, Dee Lestari.
Penyanyi sekaligus penulis, Dee Lestari menceritakan berdasarkan pengalaman saat berinteraksi langsung dengan para petani kedelai hitam binaan Bango, membuahkan tulisan dengan tema Dari Tanah Tani ke Piring Saji; berupa prosa singkat mengenai suka duka, perjuangan, dan mimpi para petani. (endy)