IG Awan Rahargo ( kanan) , selaku Senior Manager Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) menyerahkan plakat pada Bupati Benny Laos. ( foto: dok. Kemenpar).
DARUBA, Malut, bisniswisata.co.id: Pertunjukan musik bambu tada yang diiringi tarian kolosal dibawakan oleh lebih dari 2.000 peserta berhasil memecahkan rekor MURI.
Bupati Pulau Morotai, Benny Laos mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak terutama para penampil Bambu Tada yang telah berlatih keras demi mempersiapkan tampilan terbaik untuk memecahkan rekor MURI.
“Jumlah warga Morotai yang terlibat dalam Rekor MURI setiap hari bertambah sehingga jelang hari H sedikitnya 2.541 pemain musik bambu tada dan penari pecahkan rekor MURI,” kata Bupati Benny Laos.
Tim verifikasi MURI yang hadir adalah IG. Awan Rahargo, selaku Senior Manager Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) dan Lutvi Syah Pradana, Selaku Deputy Manager Museum Rekor Dunia – Indonesia (MURI).
Rangkaian acara Festival Morotai 2019 diadakan di eks lokasi Sail Morotai, Desa Juanga, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara.
Ikut menyaksikan penyerahan rekor MURI tersebut adalah Menteri Pariwisata Arief Yahya dan pejabat Kemenpar lainnya. Bupati Pulau Morotai, Anggota DPRD Morotai, Forkompimda.
Acara kolosal mengkaloborasikan musik tradisional, musikal porimoi Morotai dan musik kolosal bambu terdiri dari musik tradisonal yanger, tide-tide, bambu hitada. Musikal Porimoi Morotai merupakan drama musikal yang menceritakan perjuangan, persatuan serta kerukunan di tanah morotai.
Ada juga marching band Gita Praja Wibawa terdiri dari Satpol PP Kabupaten Pulau Morotai. Penampilan Kolosal ini dipimpin dan dikreasikan oleh Eko Supriyanto atau dikenal sevaga Eko Pece dan Institut Seni Indonesia – ISI Surakarta.
Koreografer Eko Pece pada wartawan di panggung festival mengatakan, ada banyak tradisi leluhur yang masih bertahan hingga kini, salah satunya musik tradisional khas Morotai Bambu Tada yang digelar hari ini dan mendapatkan rekor Muri tingkat Dunia 2541 orang.
Eko tak mampu menyembunyikan isak tangisnya di tepi panggung setelah rekor MURI diterima Bupati Benny Laos. Kesuksesan meraih rekor Muri bukanlah hal yang mudah, namun membutuhkan kekompakan pada seluruh peserta.
Kini mereka berhasil membuktikan itu. Dari kesuksesan ini, musik bambu hitada bakal akan dipromosikan ke tingkat nasional bahkan sampai ke luar negeri. Dari mereka Morotai memiliki harapan baru dalam pentas seni dunia, kata koreografer yang pernah bergabung dengan artis Madona ini.
“Musik Bambu Tada merupakan orkestrasi musik dari instrument yang terbuat dari bambu. Dimainkan secara berkelompok, masing-masing orang memegang dua bambu yang berlainan nada, yaitu nada satu dan nada dua, yang lain nada tiga tinggi dan nada tiga rendah,” kata Eko.
Menurut Ekoĺ, musik Bambu tada dikenal di Pulau Morotai dan hingga kini masih bertahan di hampir setiap desa. Selain sebagai hiburan masyarakat, musik tradisional khas Morotai ini juga merupakan salah satu bentuk kebersamaan warga, mulai dari anak-anak, remaja, dan dewasa, baik pria maupun wanita.
“Peserta musical Porimoi sebanyak 500 penari dari tingkat SMP SMA bahkan SD. Generasi muda yang ikut dalam tarian kolosal semuanya di dukung oleh masyarakat pulau Morotai. Tidak hanya itu, peserta bambu tada di ikuti oleh 15 desa.,” ujar Eko.
Mereka adalah putra putri terbaik yang dimiliki oleh masyarakat pulau Morotai. Mereka mampu menghipnotis seluruh peserta yang hadir dengan irama gesekan bambu nan enak di dengar oleh suluruh tamu undangan.
“Saya merasa ini adalah kesempatan terakhir untuk membuka pola pikir mereka bahwa ternyata mereka punya talenta yang luar biasa dan mereka harus bangga karena sudah membuktikan dengan sendirinya bahwa mereka punya kesenian yang luar biasa dan harus didukung oleh pemerintah daerah setempat maupun pemerintah pusat,” jelas Eko.