ENTREPRENEUR NASIONAL NEWS

Perekonomian Bali anjlok 90%, Pengusaha Atraksi Wisata Harapkan Wisnus

CANGGU, Bali, bisniswisata.co.id: Perekonomian Bali bagi pengusaha atraksi wisata di Tanjung Benoa, Bali sudah anjlok 90% oleh karena itu kucuran dana hibah Kemenparekraf sangat diharapkan, kata Jimmy, Direktur Bintang Bali Beach Club, Dive & Watersport 

” Versi pemerintah pertumbuhan ekonomi Bali hanya minus 9,8%, tapi bagi kami ekosistem bisnisnya sudah berhenti, anjlok semua 90%,” kata pria bernama I Wayan Sumartha ini.

Menurut dia, setelah periode mantab alias makan tabungan dan manset  ( makan dari menjual aset), opsi lain untuk bertahan hidup adalah segera buka border Bali untuk masuknya wisatawan mancanegara  ( wisman) dan mendorong kunjungan wisarawan domestik atau disebut wisnus.

Namun dia menyadari negara asal wisman juga belum membuka perbatasannya ( border) seperti Australia yang baru buka tahun depan ( 2022), sementara negara tetangga seperti Malaysia, Singapura juga lockdown.

“Harapan kami pemerintah segera gerakan wisatawan nusantara ( wisnus)  karena bantuan pemerintah entah hibah, soft loan atau apapun belum menjamah usaha atraksi wisata seperti kami,” kata Jimmy.

Biasa menangani incentive group hingga 1500 pax per hari, Jimmy mengaku mau teriak kemana agar dana hibah bisa dijatuhkan pada usaha marine sport yang dirintisnya 3 tahun lalu mengingat setelah perhotelan, prioritas berikutnya ke biro perjalanan wisata bukan ke semua pelaku pariwisata yang ada seperti marine sport yang jadi unggulan atraksi di Pulau Dewata ini.

” Di kawasan Tanjung Benoa ini, usaha atraksi wisata Bintang Bali Beach Club yang pertama memiliki sertifikasi di era New Normal setelah obyek wisata di Bali buka Agustus 2O20 dan kini kami satu-satunya yang lebih dulu pemilik sertifikat CHSE,” kata pria yang akrab disapa Jimmy ini.

CHSE adalah program Kemenparekraf berupa penerapan protokol kesehatan yang berbasis pada Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan).

Dia bercerita 22 Maret 2020 masih punya tamu dengan 75 karyawan, namun setelah itu dunia pariwisata di Bali berhenti total. Maret- Agustus tahun lalu usahanya sudah mati suri. Saat jelang Lebaran karyawan yang pulang kampung dipanggil hingga 25 orang tapi kebijakan tidak boleh mudik menbuat pupus semua harapan.

” Selama pandemi lima karyawan dan kami sendiri sebagai owner dan direktur turun tangan kerja serabutan kadang jadi supir agar kami bisa bertahan dengan investasi peralatan yang terus butuh perawatan,”

Uang tabungan plus penjualan aset pertama sebesar Rp 800 juta sudah habis di periode makan uang tabungan ( ‘Mantab’ ). Restrukturisasi utang di BTN sudah dua kali dilakukan.

” Aset berupa villa jadi incaran para spekulan sesama pebisnis dari Jakarta dan kota besar lainnya. Tapi penawarannya tidak masuk akal namanya juga spekulan. Harga tanah saja kalau bisa mereka beli dengan harga 10% dari harga normal,”

parasut
Bintang Bali Beach Club di Tanjung Benoa tawarkan atrsksi wisata marine sport  yang lengkap.

Sementara Jimmy mengaku, sebagai pebisnis lokal dia tidak putus-putus memikirkan nasib para nelayan di Kedongan, Tanjung Benoa, Jimbaran, Nusa Dua dan daerah lainnya yang biasa memasok hasil perikanan ke restoran dan hotel di Bali.

” Nelayan Kedongan sebelum pandemi banyak mendapat pasokan dari P.Jawa dan semua stok bisa habis untuk kebutuhan di Bali. Kini semua terpuruk produksi mereka kemana ?, ekspor ke Jepangpun tidak sanggup dan permintaan berkurang,”

Pariwisata memiliki multiplier efek yang luas. Dampak bergandanya ke semua sektor. Oleh karena itu jika pemerintah membiarkan spekulan merajalela, membiarkan ekosistem pariwisata ini siklusnya jeda berkepanjangan maka Bali bukan lagi milik putra daerahnya.

Jimmy sedikitnya memiliki 6 paket terdiri dari parasailing adventure, banana boat, jet ski dengan biaya Rp 1,2 juta per orang. Ada lagi paket diving, Fly Fish dan banana boat dimana sebelum diving peserta berlatih dahulu di kolam yang tersedia di Bintang Dive Watersport lalu menyebar ke titik penyelaman.

” Titik penyelaman ada di Nusa Dua, Amed, Tulamben, Padang Bai, Candi Dasa, Nusa Penida/ Lembongan serta Pulau Menjangan. Aktivitas kami di sana pastinya berdampak ekonomi pada masyarakat lokal yang juga terus menjaga lingkungan,” kata Jimmy.

Dia berharap para pengambil keputusan memahami betul dampak berganda pariwisata baru dari satu bidang atraksi wisata yang ditekuninya ini, belum dari bidang lainnya yang terkait langsung maupun tidak langsung. “Karena itu segera membuka border dan membangkitkan pariwisata Bali kembali,” tegasnya.

Menurut dia, setelah program Work from Bali bergulir yang dimotori oleh para pegawai BUMN, baru minggu kemarin usahanya menggeliat dan dapat 50 pax per kunjungan dengan mobil pribadi,”. kata Jimmy sambil mengenang sebelum pandemi dari satu travel agent turis China saja bisa dapat 300 orang dengan bis-bis wisata berjejer 

Dia sangat mengharapkan ada program baru dari pemerintah untuk menggerakkan wisatawan nusantara ( wisnus) ke Bali dengan harga-harga paket yang disubsidi seperti yang terjadi di Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang dan negara lainnya. 

Soal mendapatkan kembali wisatawan untuk melakukan aktivitas di Tanjung Benoa, bisniswisata sendiri diburu motor oleh para karyawan perusahaan marine sport di Tanjung Benoa yang pro-aktif mencari calon tamu dan menawarkan paket-paket menarik.

Mereka tetap menjalankan motor, mensejajarkan posisi di samping supir kendaraan wisatawan sambil menawarkan produk tanpa memperdulikan keselamatan sendiri demi sesuap nasi bagi keluarga yang menunggu di rumah.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)