Sepiring menu vegetarian yang eksotis di sebuah restoran. ( foto: unsplash.com)
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Banyaknya wisatawan India ke Bali, Lombok dan destinasi wisata lainnya membuat pemerintah daerah mendorong kalangan swasta untuk mendirikan restoran yang menyediakan menu vegetarian sesuai pola hidup wisatawan yang beragama Hindu itu.
Masyarakat India memang memiliki preferensi makanan yang beragam. Ada yang vegetarian dan ada yang tidak, ada juga yang punya pantangan makanan tertentu
Itulah sebabnya Bali yang banyak dikunjungi wisatawan India diharapkan pengusaha restorannya punya menu yang lebih variatif. Jika bertambah banyak hadir restoran India maka akan menarik minat turis India untuk mengunjungi Bali, Lombok dan tujuan wisata utama lainnya.
“Karena budaya atau kepercayaan tertentu membuat orang India ketat dalam memilih makanan. Oleh karena itu untuk rekan-rekan pengusaha lainnya saya dukung untuk mendirikan restoran vegetarian, tidak perlu khusus India saja bisa untuk pangsa pasar lainnya,” kata Achmad Sari Alam, Ketua PHRI BPD Banten untuk masa bakti 2017-2020, hari ini.
Pemilik Restoran A Mi Rang, Korea dan Restoran Jepang Asa di Cilegon ini mengatakan bahwa menu masakan vegetarian kini banyak diminati oleh masyarakat Indonesia pula bukan hanya wisman. Oleh karena itu prospek kehadiran resto vegetarian di daerah cerah.
Makkum dengan banyaknya proyek dan kawasan industri, di Cilegon banyak ekspatriat dari Korea dan Jepang yang juga banyak makan sayuran meski mereka juga makan daging sapi dan ayam. Dia mentediakan banyak menu khas Korea dan Jepang dengan menu halal.
“Untuk wisatawan India sebaiknya memang bisa mudah mendapatkan restoran vegetarian sehingga pengeluaran mereka untuk kuliner saja akan makin tinggi,” tambahnya.
Menurut Achmad Sari Alam, pengusaha yang mau investasi restoran vegetarian tetap harus memperhatikan yaitu akses, ‘atraksi’ atau dalam hal ini menu dan kenyamanan yang dalam industri pariwisata dikenal dengan 3 A: Acces, Atraction, Amenities.
” Dulu restoran menu utama vegetarian sepertinya untuk segment usia 50 tahun ke atas karena anak-anak muda lebih suka junkfood. Namun kini banyak anak muda atau kalangan milenial yang sudah menerapkan pola hidup sehat dengan banyak makan buah dan sayur sehingga pengunjung restoran vegetarian tidak terlalu segmented,” kata Achmad Sari Alam yang juga mendirikan lembaga sertifikasi pariwisata ( LSP) Hospitality Cakrawala Indonesia.
Menurut dua, prospek restoran vegetarian terutama di Bali dimaksimalkan dulu untuk memenuhi kebutuhan wisatawan India dan mancanegara lainnya yang membutuhkan. Keberadaan restoran jenis ini diyakininya akan mendapatkan pangsa pasar domestik pula karena orang Indonesia juga sudah menuju ke vegetarian.
“Di restoran kami di Cilegon, menu A Mi Rang dan di Asa banyak menu-menu sehat terutama sayur-sayuran sehingga restoran yang masing-masing berkapasitas 100 orang dan 60 orang tetap tinggi pengunjungnya. Letak restoran berdampingan sehingga bisa sharing tempat,” kata Achmad Sari Alam yang restorannya kini dikelola anak-anaknya.
Kunjungan Wisatawan India ke Indonesia hingga Desember 2019 dilaporkan mencapai sebesar 1,225,672 naik dibanding bulan sebulannya, yaitu November sebelumnya 1,091,946. Padahal Kemenpar hanya menargetkan 800.000 orang.
Mengenai kecendrungan masyarakat Indonesia memilih menjadi vegetarian dia menilai selain ada kesadaran tinggi dengan kesehatan juga seluruh dunia tiap tahun juga sudah merayakan Hari Vegetarian Sedunia untuk menyebarkan semangat vegetarian ke seluruh dunia. Gaya hidup vegetarian ini dinilai membawa manfaat dari segi etika, lingkungan, kesehatan, dan kemanusiaan.
Pola makan vegetarian untuk tujuan diet diperkirakan sudah ada sejak 700 tahun sebelum Masehi. Selain vegetarian, muncul pula istilah vegan. Acap kali vegan dikira singkatan dari vegetarian. Padahal dua hal yang berbeda, tapi juga memiliki beberapa persamaan.
Vegetarian Society mendefinisikan vegetarian sebagai gaya hidup yang dijalani oleh seseorang dengan menu makanan biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan, jamur, dan beberapa makanan non-hewani lainnya seperti garam dengan atau tanpa produk susu, madu dan/atau telur.
Sedangkan, tipe vegan dianggap paling ketat dan ekstrem. Diet ini tidak mengonsumsi produk hewani sama sekali termasuk susu dan telur untuk menghindari semua bentuk eksploitasi dan kekejaman hewan sebanyak mungkin.