JAKARTA, bisniswisata.co.id: Akomodasi non-hotel kini semakin menjadi tren yang banyak diminati kalangan turis Indonesia millenial. Hal itu lantaran pilihan akomodasi non hotel dinilai lebih kompetitif secara harga. Juga turis Indonesia sering traveling dalam grup sehingga membutuhkan akomodasi yang bisa dipakai “keroyokan” untuk menginap.
Hasil riset dari Agoda, situs yang melayani pembelian akomodasi seluruh dunia mencatat booming wisatawan memilih penginapan non hotel terjadi sejak 2018. Dan hingga kini grafiknya terus meningkat.
Menurut Statista, pertumbuhan penguna NHA diproyeksikan mencapai 174 juta pada tahun 2022. Banyaknya jumlah wisatawan yang ingin menginap di fasilitas non-hotel diantisipasi Agoda.
“Jadi Agoda mengamati perubahan dalam pilihan meninginap para pelancong ini, dan Agoda mengeluarkan program baru yakni Agoda Homes. Tujuannya untuk melayani para wisatawan memperoleh informasi lebih banyak dan luas terkait keberadaan penginapan non hotel,” papar Country Director Agoda Indonesia Gede Gunawan di Stasiun Gambir Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Dijelaskan, Agoda Homes adalah fasilitas penginapan non-hotel bisa berupa apartemen, villa, homestay, rumah pohon dan lainnya. Property Agoda 2,5 juta di seluruh dunia, termasuk 62.000 properti di Indonesia.
Saat ini, Agoda memiliki lebih dari 1 juta Agoda Homes di seluruh dunia dan di Indonesia ada sekitar 19.000. “Jumlah fasilitas Agoda Homes akan terus bertambah, karena itu hanya di Jawa Bali. Dan Agoda Homes akan menyasar di penjuru Indonesia,” jelasnya.
Di Bali juga terjadi pergeseran wisatawan yang lebih banyak menginap di hotel non-bintang. Hasil Survei Perilaku Wisatawan Mancanegara (Superwisman) yang diadakan Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, menduga pergeseran minat ke hotel non-bintang disebabkan semakin banyaknya suplai hotel non-bintang yang tersebar di Bali. Juga dikaitkan menurunnya pengeluaran wisman untuk biaya akomodasi wisata, yang di dalamnya termasuk biaya penginapan.
Dilanjutkan, alasan pelancong lebih memilih fasilitas non-hotel karena ingin mencari sensasi pengalaman baru. “Jadi saat ingin menginap di hotel, pengunjung biasanya akan membayangkan suasananya. Namun saat memutuskan menginap di fasilitas non-hotel, maka akan ada pengalaman baru dan kejutan yang membuat wisatawan tambah semangat,” lontarnya.
Misalnya saat nginap di Italia, turis bisa merasakan tidur di kastil tua. Atau saat travelling ke Finlandia bisa merasakan suasana pedesaan karena tinggal di rumah-rumah penduduk. Atau ingin merasakan menginap di rumah pohon di tengah hutan pinus yang ada di Lembang maupun daerah lain di Indonesia. “Jadi karakteristik turis saat ini gemar menjelajah dan mencoba hal-hal baru yang belum terjamah,” ucapnya,
Selain itu, lanjut dia, wisatawan yang mengajak serta keluarga, sanak famili, atau teman-teman memilih penginapan non-hotel karena dapat memuat banyak tamu. Umumnya yang memilih fasilitas penginapan berkelompok berkapasitas lebih dari empat orang. “Mereka menginap di fasilitas non-hotel umumnya relatif terjangkau dan bisa dibayar dengan cara urunan. Misalkan satu homestay berkapasitas empat orang seharga Rp 1 juta, maka setiap orang membayar Rp 250 ribu,” tambahnya.
Disisi lain menginap secara berkelompok di fasilitas non-hotel memungkinkan untuk melakukan aktivitas bersama. Misalkan memasak bareng di dapur, bernyanyi bersama di ruang keluarga, atau bermain di taman, dan sebagainya. “Juga Bagi yang ingin berwisata dengan tujuan menjauh dari kebisingan kota, maka fasilitas menginap non-hotel bisa menjadi jawaban. Penginapan non-hotel ini biasanya jauh dari kota dan menawarkan suasana yang tenang,” sambungnya.
Dengan pergeseran atau perubahan karakteristik wisatawan, Agoda cepat mengantisipasinya sehingga selanglah lebih maju dalam pelayanan dan selalu memenuhi keinginan para pecinta traveling. “Selain menjamin harga terbaik juga menyediakan program Agoda Homes yang berbeda untuk dapat membantu pemesanan pengguna kami selanjutnya,” tutupnya. (emd)