Eksekutif biro perjalanan wisata ( BPW) tengah melayani tamunya di acara TTC Travel Mart. Bisnis BPW tergerus penghasilannya dari berkurangnya komisi Dan insentif penjualan tiket penerbangan ( Foto: Warta Event/ Fatoer).
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Tingginya harga tiket sekarang dan pembebanan bagasi berbayar menjadi faktor turunnya daya beli masyarakat untuk melakukan perjalanan udara. Sementara sumber penghasilan biro perjalanan wisata ( BPW) juga terpangkas hingga 80%-90%,” ujar Bahriansyah, Managing Director Bee Holiday.
“Diawali hapusnya insentif penjualan bulan November 2018 oleh kelompok LION , membuat berkurang lagi pendapatan bisnis tiket. Pada bulan Januari kelompok GARUDA- SRIWIJAYA juga memberlakukan zero comission dari 5% meski kemudian di koreksi dari zero menjadi 2%. Akhirnya persentase turunnya penghasilan BPW sudah 70-80%,” ungkapnya.
Menurutnya, anjloknya penghasilan dari bisnis ticketing dan naiknya harga tiket penerbangan domestik memberikan efek domino yang tak terhindarkan karena berimbas pada minat berlibur, penjualan souvenir, bisnis ekspedisi udara dan usaha terkait lainnya.
“ Mau destinasinya sebagus apapun kalau kunjungan wisatawannya turun maka efek kumulatifnya dapat memicu peristiwa lainnya, biasanya tidak diinginkan, dan tak terhindarkan. Tingginya harga tiket domestik, membuat masyarakat berakhir pekanpun tidak lagi ke Bali tapi ke Thailand,”.
Efek domino beralihnya kunjungan wisman pada satu destinasi akan berdampak luas terutama pada masyarakat setempat sehingga dalam membuat kebijakan baik pemerintah maupun swasta harusnya berhati-hati agar target kunjungan wisman 2019 sebanyak 20 juta orang bisa tercapai.
“Pemerintah terutama Kementrian Pariwisata bertekad sektor pariwisata menjadi sumber penghasil sumber devisa utama, namun kebijakannya tidak mendukung. Tanggal 28 Febuari 2019, kalangan Biro Perjalanan Wisata ( BPW) dibawah ASITA sudah mengantongi izin untuk demo besar-besaran ke Istana, Kemenpar dan ke Kementrian Perhubungan,” jelasnya.
Sebagai pendiri Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI), Bahriansyah mengatakan bahwa visi dan misi dari organisasi yang disebutnya sebagai Tourism soldier ini menjadi wadah pemersatu bagi seluruh pekerja yang bergerak dibidang Industri Pariwisata.
Anggotanya antara lain Biro Perjalanan Wisata, Penerbangan, Hotel, dan lain lain yang berkaitan langsung dengan industri pariwisata Indonesia. “ Meski penghasilan BPW tergerus hebat, namun kami akan tetap menjunjung tinggi profesionalisme insan pariwisata dalam melaksanakan tugas sehari—hari sesuai misi ASPPI,” jelas pria yang akrab dipanggil Momod ini.
Menurut dia, sejak masuknya investor market place raksasa seperti Tiket.com Traveloka, Nusatrip dan lainnya di bisnis tiket maka travel konvensional atau semi konvensional ( setengah online) seperti Bee Holiday penghasilannya menurun.
“Dulu penghasilan BPW konvensional mencapai Rp1 Milyar sebulan, sekarang 100 juta sudah bagus karena sebagai mitra penerbangan untuk menjual tiket pesawat komisi turun, bahkan Lion hilangkan insentif penjualan” kata Bahriansyah.
Pihaknya berharap masalah yang di hadapi BPW dan efek domino dari kebaikan harga tiket hampir dari seluruh maskapai agar segera diatasi pemerintah karena Bahriansyah tetap optimis pemerintah tidak berniat membunuh usaha BPW yang didominasi kelas UKM.
“Kami sejak lama telah mempersiapkan seluruh anggota ASPPI untuk menyongsong era perdagangan bebas dunia atau era liberalisasi pariwisata, Namun tanpa dukungan pemerintah Dan industri wisata lainnya mustahil pariwisata bisa berkembang,” tegasnya.