Qantas rilis program ‘flight to somewhere’ bertarif mulai Rp 25 juta (foto: CNN)
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Setelah sukses dengan program “flight to nowhere” alias penerbangan tanpa tujuan atau ke antah-berantah, Qantas menawarkan sesuatu yang bahkan lebih besar.
Maskapai penerbangan Australia ini menyebutnya “flight to somewhere” atau penerbangan ke suatu tempat dengan pengalaman tak biasa.
Pandemi COVID-19 telah mendorong banyak perbatasan nasional di seluruh dunia ditutup. Maskapai penerbangan dituntut untuk kreatif agar bisa survive.
Program yang ditawarkan Qantas Airways ini membuktikan hal itu. Baru saja rilis, tiket penerbangan “flight to somewhere” ini sudah ludes terjual hanya dalam 10 menit.
“Kami kewalahan dengan respons terhadap penerbangan wisata kami, saat sebagian besar perbatasan masih diberlakukan,” kata Eksekutif Qantas Group, Alan Joyce, dalam siaran pers seperti dilansir CNN Travel.
“(Tiket) itu terjual habis dalam waktu 10 menit dan respons dari penumpang di dalamnya sangat fantastis. Bahkan, orang yang sering terbang mengatakan tak pernah mengalami penerbangan keliling Australia seperti itu. Dan, kru kami senang bisa kembali ke kapal,” dia menambahkan.
Program “flight to somewhere” Qantas dirancang khusus bagi pelancong Australia yang hingga kini masih belum dapat meninggalkan negara.
Mereka diizinkan keluar dan berlibur tetapi di dalam negeri. Konsep program ini adalah mengajak wisatawan untuk melakukan perjalanan ke beberapa tujuan khusus, salah satunya Uluru di Australia.
Liburan 24 jam dari Sydney ke Uluru ini akan berlangsung dari 5-6 Desember 2020. Wisatawan akan diajak tamasya dan menginap di hotel.
Cara ini mungkin bisa menjadi penawar bagi orang-orang yang sudah tak sabar melakukan wisata dengan menaiki pesawat.
“Sekarang setelah lebih banyak perbatasan mulai dibuka, kami bermitra dengan operator pariwisata di lapangan untuk menawarkan penerbangan khusus ke tujuan khusus,” kata Alan.
Untuk pengalaman penerbangan kali ini, penumpang tak hanya merasakan sensasi terbang di pesawat. Tapi, juga berlibur semalam di Sails in the Desert, sebuah hotel resort Ayers Rock.
Selama penerbangan, penumpang akan menikmati penerbangan tingkat rendah dan menyaksikan keindahan landmark populer Australia itu, termasuk Sydney Harbour.
Menurut siaran pers dari Qantas, pelancong yang ikut program ini akan meninggalkan Sydney pada pukul 08.00 pagi menuju Northern Territory. Setibanya di Uluru, mereka akan diajak menyaksikan pameran Field of Light di malam hari.
Makan malam tiga menu di bawah bintang-bintang dan menyaksikan pertunjukan didgeridoo tradisional untuk mendengarkan anggota komunitas pribumi bercerita tentang sejarah dan makna Uluru.
Malam itu juga para tamu akan diinapkan di Sails in the Desert, sebuah resort kelas atas. Para pelancong disarankan untuk bangun lebih awal agar dapat menikmati matahari terbit di atas Uluru. Setelah itu, mereka akan makan siang sebelum kembali ke pesawat untuk terbang pulang ke Sydney.
Penerbangan dari Sydney ke Ulura akan memakan waktu sekitar tiga setengah jam. Rute ini biasa dioperasikan oleh maskapai penerbangan bertarif rendah milik Qantas, Jetstar yang sejak pandemi virus corona telah berhenti beroperasi.
Uluru, yang sebelumnya dikenal dengan nama kolonial Ayers Rock, adalah tempat suci bagi masyarakat Pribumi Australia. Tempat ini memiliki arti khusus bagi orang Anangu, yang memiliki hubungan sejarah panjang dengan situs tersebut.
Uluru resmi ditutup bagi para pendaki pada Oktober 2019 untuk menjaga kelestariannya. Sebelum pandemi COVID-19, lebih dari 300.000 orang datang ke Uluru setiap tahunnya.
Tarif eknomi untuk paket “flight to somewhere” tour 24 jam ini dibandrol dengan harga 2.499 dollar Australia atau sekitar Rp 25,7 juta. Sedangkan untuk kelas bisnis tarifnya 3.999 dollar Australia atau Rp 41,1 juta.