ART & CULTURE DAERAH EVENT

Pasar Keroncong 2019 kelima, Jadi Icon Kotagede Untuk Jaring Wisman

JOGJAKARTA, bisniswisata.co.id: Perhelatan Pasar Keroncong Kotagede 2019 kelima kalinya akan berlangsung akhir pekan ini dengan menggandeng grup orkes dari berbagai daerah seperti Solo, Klaten, Salatiga dan Semarang, kata Natsir Dabey, Ketua Panitia Pasar Kroncong Kotagede , hari ini.

” Acara akan berlangsung pada 19 Oktober 2019 mulai jam 19.30. Seperti tahun-tahun sebelumnya,tiga panggung Pasar Kroncong tahun ini akan hadir di sekitaran pasar Kotagede dengan tema “Kroncong Tak Kunjung Padam”. ujar Natsir

Acara yang berlangsung di seputaran Pasar Kotagede menjadi kemeriahan di Kawasan Kerajaan Mataram. Pemilihan lokasi dinilai tepat karena selama ini Kotagede menjadi Heritage City dan merupakan tonggak budaya Mataram, cikal bakal Jogyakarta.Di sini, banyak potensi budaya tapi belum terlalu populer.

Inilah saatnya pecinta dan pemain musik keroncong berkumpul kembali dalam acara tahunan dan tiga panggung serta belasan grup orkestra keroncong akan menghibur penonton di panggung Sopingen, panggung Kajengan dan panggung Kudusan. Acara ini gratis dan terbuka untuk umum, ungkap Batsir Dabey.

Tak hanya menikmati alunan musik keroncong yang syahdu, pengunjung juga bisa selfie dan menikmati jajanan tradisional khas Kotagede, serta berbincang ria dengan teman-teman disana. Di kawasan pasar utamanya pada siang hari pengunjung bisa menikmati makanan dan minuman tradisional.

Minuman jejamuan dan sedikitnya empat macam jajan pasarnya yang populer adalah Kipo atau enten-enten, Ketan lupis, cenil dan sate kulit yang menggugah selera. Pengunjung juga bisa berbelanja merchandise sebagai oleh-oleh untuk orang-orang di rumah.

“Musik Keroncong bukan hanya diperuntukkan untuk para orang tua. Anak muda pun sekarang banyak yang menekuni musik keroncong. Musik keroncong dikemas sedemikian rupa sehingga nyaman didengar oleh kaum milenial,” kata Natsir.

Pagelaran tahunan musik keroncong ini juga diharapkan mampu menjadi pelopor pelestarian musik keroncong di Jogyakarta maupun Indonesia terutama di Kotagede sendiri. Meski tahun ini penyelenggaraan agak keluar pasar karena adanya perbaikan jalan yang sedang berlangsung di depan Pasar Kotagede.

Menariknya, pada tahun-tahun sebelumnya pagelaran Pasar Keroncong Kotagede ini sering dikunjungi oleh wisatawan asing lho. “Tahun 2018 kemarin banyak wisatawan asing, vokalis keroncong asing yang datang ke Pasar Keroncong Kotagede,” ujar Rose Sutikno, Sekretaris Dinas Pariwisata DIY,

Dinas Pariwisata Kota DIY sendiri berharap agar Pasar Keroncong Kotagede ini nantinya bisa menjadi wadah bagi masyarakat untuk belajar maupun menyatukan kembali berbagai perbedaan dalam iklim politik yang tengah memanas. 

M Natsir yang menjadi penggagas Pasar Keroncong Kotagede ini mengatakan, hajatan ini juga upaya untuk melestarikan musik keroncong yang kini mulai banyak ditinggalkan. Kehadiran musik dangdut dan juga balutan musik modern diakui memang telah membuat musik keroncong kian terpinggirkan. 

“Nasib seniman keroncong mulai terpinggirkan. Upaya regenerasi musik keroncong seolah terhenti karena tidak ada pementasan keroncong secara reguler yang dilakukan,” ujarnya.

Kini, pihaknya berupaya kembali menghidupkan musik keroncong di kawasan Heritage Kotagede. Dengan memberikan panggung pementasan, diharapkan akan semakin banyak generasi muda yang mengenal dan mencintai musik keroncong sebagai salah satu pendukung kebudayaan di tanah air. 

“Kami juga berharap agar keroncong ini juga menjadi ikon baru di Kotagede sehingga mampu menarik lebih banyak wisatawan,” ujarnya.

Musik keroncong sudah di mainkan di Kotagede sejak tahun 1930 dengan adanya OK Terang Bulan. Pada periode setelahnya ada group OK Keluarga yang seluruhnya personil merupakan keluarga  dari Subarjo dan OK Cahaya Muda.

Pada tahun 1950 para pemain keroncong menggunakan jas ketika tampil.Tidak seperti sekarang yang lebih beragam tampil ketika di atas panggung. Keluarga Subarjo juga pada tahun 60-an para pelaku keroncong mengenakan jas saat tampil.

Musik keroncong di Kotagede terus berkembang dari sisi jumlah pemain, penampilan maupun musikal keroncong yang dulunya memainkan bentuk klasik lama. Alhasil  pada tahun 2000 sudah ada 17 group Keroncong di Kotagede yang aktif.

Usia keroncong di Kotagede beriring dengan usia Kemerdekaan Indonesia yang menua tetapi selalu memuat semangat muda dalam pelestariannya. Tidak hanya menjalankan niat mulia melestarikan keroncong, pada tahun 2015 bersama rekan-rekannya M Natsir menginisiasi Pasar Keroncong sebagai dokumentasi nyata perkembangan musik keroncong Indonesia.

Pasar keroncong ini termasuk mendokumentasikan proses sejarah perkembangan keroncong dari tahun ke tahun. “Dokumentasinya jelas,ada videonya ada fotonya ada pemainnya yang bisa dijadikan data sekaligus sumber sejarah yang otentik disetiap tahun” jelas Natsir.

Melhat potensi dan perkembangan musik keroncong di Kotagede yang ada, masyarakat Kotagede bersama M Natsir mengembangkannya menjadi seni pertunjukan yang dikemas sedemikian rupa sehingga bisa dinikmati sekaligus menginpirasi khalayak luas. 

Pasar Keroncong 2019 akan menampilkan grupKeroncong Pemuda Kekinian (Salatiga), OK Zigma(Solo), OK Serenade (Klaten), OKSVARAMA (Semarang), Sri Rejeki, Orkes Pasar Keroncong Feat Brian Brian Prasetyoadi, OK Lintang Kanistha dan Keroncong Akar.

Akan tampil pula OK X-Bening, OK Sakpenake, OK Adi Gita Gama (UGM), OK Madu Sari Feat Subarjo, OK Irma Kasih Feat Cinta, Subarjo HS, Komunitas Keroncong Nusantara,.Angkung RW X Prenggan Kotagede dan Grup Sintren.

 

Satrio Purnomo