KOLOMBO, bisniswisata.co.id: Serangan terhadap tiga gereja dan tiga hotel di Sri Lanka yang terjadi Ahad (21/04/2019), akan berdampak terhadap ekonomi dan pariwisata. Pemerintah Sri Lanka mendesak otoritas penegak hukum untuk menemukan pelaku aksi tersebut.
“Akan ada tren menurun. Pariwisata akan terpengaruh. Mungkin ada aliran dana keluar,” ujar Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, seperti dikutip dari laman economynext, Senin (22/4/2019).
Ledakan bom tersebut telah menewaskan sekitar 215 orang, termasuk 32 wisatawan asing dari Inggris, Amerika Serikat, India, Denmark, Turki, dan Portugal. Selain korban meninggal, tercatat lebih dari 400 orang mengalami cedera berat hingga ringan.
Wickremesinghe pun mengutuk serangan tersebut. Pihaknya telah meminta pasukan keamanan dan polisi untuk mengambil tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab. Juga menolak untuk menyebutkan nama pelaku dan mengatakan polisi akan memberikan informasi setelah penyelidikan.
Sementara itu, operator tur bersiap untuk membatalkan dan menangguhkan tur Sri Lanka setelah beberapa ledakan menewaskan sedikitnya 215 orang di Kolombo, Sri Lanka pada Minggu pagi. Apalagi India merupakan sumber terbesar untuk Sri Lanka yang menerima 2,3 juta wisatawan dari seluruh dunia pada 2018. Disusul turis dari Inggris Tercatat sekitar 8.000 turis Inggris di Sri Lanka.
Sejumlah pakar pariwisata setempat menilai, serangan teror pada awal musim perjalanan akan berdampak terhadap pariwisata dalam jangka pendek. Serangan di Sri Lanka terjadi tepat sebelum puncak musim perjalanan pada musim panas. Sri Lanka selalu menjadi pilihan perjalanan yang disukai bagi wisatawan India.
“Meski masih terlalu dini untuk mengukur dampak insiden ini terhadap perjalanan ke negara itu, kami mengantisipasi efek jangka pendek,” ujar CEO Yatra.com, Sharat Dhall seperti dikutip dari laman Business Standard, Senin (22/04/2019).
Direktur Pelaksana Veena World, Veena Patil menuturkan, insiden itu akan berdampak terhadap perjalanan ke Sri Lanka. Akan tetapi, ia percaya hal itu bersifat sementara. Perusahaan perjalanan mengatakan kalau para pelanggannya aman dan sedang memantau situasi dengan agen-agen lokal.
Sementara itu, Kepolisian Sri Lanka menahan 13 pria terkait rangkaian ledakan yang mengguncang sejumlah gereja dan hotel di Sri Lanka. Sebagaimana dilansir AFP, kepolisian mengumumkan penangkapan tersebut pada Senin (22/4), tapi tak menjabarkan lebih lanjut identitas para pria tersebut.
Seorang sumber kepolisian mengatakan bahwa ketiga belas orang itu dibekuk di dua lokasi berbeda di Kolombo dan sekitarnya. Menurutnya, belasan pria tersebut tergabung dalam satu kelompok radikal.
Sampai saat ini, belum ada pihak yang mengklaim sebagai dalang di balik rangkaian serangan ini. Namun, Perdana Menteri Ranil Wickremsinghe memastikan bahwa pemerintah sudah mengetahui “informasi awal mengenai ledakan tersebut.”
Meski demikian, pemerintah harus menelaah terlebih dulu cara terbaik untuk menggunakan informasi tersebut. Ia juga menekankan pemerintah harus meneliti hubungan kelompok militan lokal dan dengan grup internasional lainnya.
AFP melaporkan ada satu dokumen intelijen yang menunjukkan bahwa Kepala Kepolisian Sri Lanka, Pujuth Jayasundara, sebenarnya sudah mengirimkan peringatan kepada para pejabat tinggi sepuluh hari lalu. Peringatan itu mengindikasikan akan ada pengebom bunuh diri yang dikirimkan ke “gereja-gereja besar.”
Salah satu gereja yang menjadi sasaran adalah St Anthony, rumah ibadah umat Katolik di Kochcikade, kawasan wisata terkenal bagi turis mancanegara. Sementara itu, hotel yang dijadikan target adalah Shangri-La, Kingsbury, Cinnamon Grand, dan Tropical Inn. (NDY)