Kawasan KEK Mandalika ( Foto: Kompas)
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Keputusan pemerintah menerapkan kebijakan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) ternyata efektif membendung penyebaran virus corona. DKI Jakarta, misalnya, sebagai provinsi paling parah terdampak Covid-19 melaporkan ada tren penurunan jumlah kasus posisitf dalam tiga hari terakhir.
Jadi, kuncinya ada pada pembatasan kontak sosial yang ketat. Jangan-jangan inilah yang disebut sebagai new normal yang akan berlanjut meski pandemi berangsur mereda. Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal, termasuk pola hidup manusia di bumi.
Selama vaksin virus Corona belum ditemukan, penduduk dunia akan cenderung beradaptasi dengan keadaan ‘normal baru’ yang berbeda dengan kondisi sebelum Covid-19. Yang paling menonjol dari sejumlah adaptasi itu adalah interaksi tanpa kontak.
khawatir tertular, banyak orang kini membatasi bersentuhan langsung ke sesama maupun terhadap objek. Pertemuan secara fisik yang melibatkan banyak orang kini tak zaman lagi. Warga lebih banyak ngendon di rumah. Membayar barang dan jasa pun lebih banyak dilakukan secara online.
Dunia pariwisata termasuk salah satu sektor yang mau tak mau harus beradaptasi dengan keadaan ‘normal baru’. Industri yang banyak mengandalkan mobilitas manusia itu, kini menghadapi realitas baru. Keadaan normal baru itu mencakup standar dan protokol yang wajib diterapkan pelaku industri pariwisata jika memutuskan mulai beraktivitas, seperti social distancing di bandara, pengenaan masker di atas pesawat, check-in secara digital, pembayaran tanpa kontak, dan penerapan standar kebersihan yang ketat.
Menparekraf Wishnutama mengatakan hal -hal dasar yang perlu diperhatikan pelaku pelaku bisnis saat normal baru sektor pariwisata diterapkan adalah soal higienitas, kebersihan, dan keselamatan pelancong.
“Jadi anggaran-anggaran ke depan akan kita fokuskan pada masalah dasar. Misalkan toilet bersih, itu suatu hal yang harus ada di semua destinasi wisata,” ujar Wishnutama.
Masalah ketersediaan toilet bersih di tempat-tempat wisata juga menjadi perhatian Presiden Joko Widodo. Dalam sebuah rapat terbatas, Presiden bahkan memerintahkan agar fasilitas toilet umum di objek wisata dibuat sekelas hotel bintang empat.
Seperti apakah itu? Menurut klasifikasi yang dibuat Organisasi Pariwisata Dunia atau UNWTO, sejumlah fasilitas harus ada di toilet yang sesuai dengan standar hotel bintang empat dan lima. Berikut rinciannya: Kloset yang dilengkapi washlet atau shower, urinoir di toilet pria, wastafel, keran pada wastafel menerapkan teknologi tanpa sentuh atau free hand.
Ada cermin, karpet kamar mandi, pencahayaan yang memadai, tempat sampah umum dan tempat sampah khusus pembalut di toilet perempuan, tempat sampah dengan teknologi tanpa sentuh atau free hand
Persyaratan lainnya ada sabun, tisu/handuk, colokan listrik, luas kamar mandi yang memadai, semprotan pengharum ruangan, keterangan yang jelas untuk toilet laki-laki atau perempuan, sirkulasi udara lancar, bersih, harum, kering. Jangan lupa perlu toilet khusus anak, toilet khusus difabel, dan ada petugas penjaga toilet.
Meski berderet syarat yang harus dipenuhi, bukan berarti mustahil untuk diwujudkan. Toilet seperti ini mudah ditemukan di obyek wisata Pantai Kuta, yang terletak di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika,Nusa Tenggara Barat.
Wapres KH. Ma’ruf Amin dan rombongan, saat berkunjung pada akhir Februari lalu sampai tak dapat menyembunyikan kekagumannya ketika diajak meninjau toilet tersebut.
Wapres mengatakan bahwa toilet itu sesuai syariah dan kemanusiaan pengunjung. Sehingga, wisatawan muslimah dapat berganti pakaian dengan aman dan nyaman di kamar tersebut.