JAKARTA, bisniswisata.co.id : Timun Suri, sebagaimana tradisinya dari masa ke masa, ia tetap memenuhi janji hadir di pasar-pasar khususnya di sekitaran Jakarta, begitu masyarakat muslim mengumandangkan kalimat “Marhaban yaa Ramadhan”.
“Nggak peduli musim ujan, kek! Musim panas, kek…! Pokoknya kalo bulan Sya’ban udah mau abis dan datang bulan Puasa, pasti deh itu buah nongol di pasar, digotong bergerobak-gerobak dari lahan petani di belah udik, Itu mangkanya orang menyebutnya Buah Ramadhan,” kata Emak (ibunya Ibu) saya, dulu.
Buah yang Emak maksud, yang selalu nongol dari belah udik (kawasan Bogor) tiap kali datang bulan Puasa atau Ramadhan, tak lain dan tak bukan adalah buah timun suri yang biasa diolah menjadi hidangan dingin (dicampur es batu dan sirop) sebagai teman takjil (bersegera) berbuka puasa saat terdengar “Duuur…!” bedug Magrib.
Lebih dekat dengan Melon
Ketimun, mentimun atau timun suri, di beberapa tempat juga disebut sebagai Timun Betik ataupun Barteh. Ia termasuk suku labu-labuan (Cucurbitaceae) yang bentuk buahnya mirip Ketimun (Cucurmis sativus L.), dengan ukuran lebih besar (mirip labu) dan daging buahnya yang masak mengandung empelur (suri). Karenanya orang Betawi tempo doeloe lantas menyebutnya ketimun atau timun suri.
Walau bentuknya memanjang serupa ketimun, namun sesungguhnya timun suri bukanlah mentimun. Secara morfologi dan sitologi ia tidak sama dengan ketimun. Bentuk daun dan ukuran biji ketimun suri lebih mendekati Blewah atau Melon (Cucurmis melo), dan banyak lagi data ilmiah yang mengkatagorikannya lebih sebagai melon ketimbang ketimun.
Habitus mentimun berupa herba lemah melata atau setengah merambat dan merupakan tanaman semusim: setelah berbunga dan berbuah tanaman mati. Perbungaannya berumah satu (monoecious) dengan tipe bunga jantan dan bunga hermafrodit (berkelamin ganda).
Bunga pertama yang dihasilkan, biasanya pada usia 4-5 minggu, adalah bunga jantan. Bunga-bunga selanjutnya adalah bunga hermafrodit apabila pertumbuhannya baik. Satu tumbuhan dapat menghasilkan 20 buah, namun dalam budidaya jumlah buah biasa dibatasi agar menghasilkan ukuran buah yang baik.
Buah berwarna hijau ketika muda dengan larik-larik putih kekuningan. Semakin buah masak warna luar buah berubah menjadi hijau pucat sampai putih. Bentuk buah memanjang seperti torpedo. Daging buahnya perkembangan dari mesokarp (bagian kulit) berwarna kuning pucat sampai jingga terang. Buah dipanen ketika masih setengah masak dan biji belum masak fisiologi. Buah yang masak biasanya mengering dan biji dipanen, warnanya hitam.
Ragam manfaat
Sebagaimana keluarga labu-labuan, buah Ketimun Suri dapat dimakan dalam keadaan segar. Karena itu, buahnya biasa dipanen sebelum masak benar untuk dijadikan sayuran atau penyegar, tergantung jenisnya. Daging buahnya yang memiliki kandungan air cukup banyak hingga berfungsi menyejukkan.
Lebih dari sekadar buah segar, Ketimun Suri punya ragam manfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Daging buahnya memiliki sifat diuretik, efek pendingin, dan pembersih yang bermanfaat bagi kulit. Kandungan air yang tinggi; vitamin A, B, dan C; serta mineral, seperti magnesium, kalium, mangan, dan silika; membuat Buah Ramadhan ini menjadi bagian penting dalam perawatan kulit.
Masker wajah yang mengandung sari ketimun sejak lama digunakan untuk mengencangkan kulit. Asam askorbat dan asam caffeic yang hadir di dalamnya juga dapat menurunkan tingkat retensi air, yang pada gilirannya mengurangi pembengkakan di sekitar mata.
Potongan buahnya juga digunakan untuk membantu melembabkan wajah, dan dipercaya dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Intinya, banyak manfaat ketimun suri bagi kesehatan, sebagaimana termaktub dalam berkas “tanaman bermanfaat obat” yang tersimpan di Perpustakaan Herbarium Bogoriensis di Kota Bogor.
Manfaatnya yakni meningkatkan daya tahan tubuh. menangkal radikal bebas, menjaga kesehatan mata, menjaga tekanan darah, menjaga kesehatan sendi, mencegah kanker, mencegah penyakit jantung, detoksifikasi, menjaga kesehatan kuli, meningkatkan kesehatan pencernaan, sumber energi, menjaga kesehatan ginjal, dan pelapas dahaga. Ketimun Suri juga mengandung kalium cukup tinggi hingga sangat bermanfaat untuk menjaga kesegaran tubuh.
Sengaja dekat Ramadhan
Mengapa buah-buah ketimun suri hadir di seputar Jakarta di tiap menjelang bulan Ramadhan? Jawabnya sederhana, yakni: “Ada pasar ada barang”. Artinya, Jakarta dan sekitarnya di sepanjang bulan Ramadhan, merupakan sebuah pasar besar bagi buah timun suri ini.
Soalnya banyak orang (muslim) berpuasa yang antara lain butuh minuman penyegar saat bertakjil atau bersegera berbuka puasa saat terdengar beduk Magrib, dan daging buah ketimun suri cocok untuk jadi komponen minuman penyegar saat berbuka puasa.
Tapi kok, bisa-bisanya itu buah muncul di saat menjelang bukan Ramadhan? Jawabnya juga sederhana, yakni karena habitus kerimun suri merupakan tanaman semusim, tapi bukan tanaman musiman yang baru ada bila datang musimnya. Habitus ketimun suri dapat ditanam kapan saja, dan waktu panennya pun bisa diprediksi, yakni sekitar 40 hari setelah benih disemai menjadi bibit.
Jadi, sekitaran 40 hari menjelang bulan Ramadhan, “Lahan udah kita siapin, lahan sewaan atau punya keluarga sendiri. Dipacul gembur bergalur-galur. Benih beli di toko pertanian, disemai jadi bibit, lalu ditanam dan dijaga, disiangi tiap waktu. Jelang Ramadhan buah dipanen, angkut ke kota atau bikin lapak di pinggir jalan sini, bunggu mobil pembeli mampir,” ucap Sa’alih, petani di kawasan Salabenda, Raya Parung – Bogor, Jawa Barat
Teknik memilih
Bila untuk jenis ketimun lainnya kita dianjurkan untuk memilih jangan yang terlalu tua, agar enak dilalap atau tak terlalu keras saat disayur, khusus untuk ketimun suri (sebagaimana jenis melon atau semangka) kita justru diminta untuk memilih yang tua. Teknisnya?
Jangan tertipu dengan warna kulit ketimun suri. Ada yang putih, ada yang kuning, ada pula yang berwarna hijau dengan gurat-gurat kuning seperti semangka. Ketiganya sama saja, tergantung varian jenis bibit yang ditanam sehingga warna kulit tak bisa dijadikan patokan.
Ada ketimun suri berwarna putih, tapi sudah matang. Demikian juga sebaliknya yang kuning atau yang berkulit hijau bercak kuning. Jadi warna kulit tak bisa dijadikan patokan tingkat kematangan.
Tingkat kematangan buah Ketimun Suri ditandai dengan usia panennya. Makin tua ia akan jadi semakin matang dan bagus untuk diolah menjadi bahan campuran Es Sirop, misalnya. Sebentuk tanda bahwa ketimun suri sudah tua, adanya retakan di bagian kulitnya. Kulit buah yang retak jadi penanda timun suri sudah matang di pohon.
Ketimun suri yang sudah matang juga akan mengeluarkan aroma manis wangi yang khas. Saat membeli, jangan segan untuk coba menghirup aromanya. Biasanya aroma yang terlalu berlebihan atau menyengat, jadi pertanda proses pematangannya tidak alami atau dikarbit.
Ketimun suri yang matang pohon, harumnya lebih segar. Perhatikan juga bentuk dan teksturnya. Tepuk permukaannya secara perlahan, Tekstur yang lembut menandakan buah sudah matang dan siap diolah jadi jadi minuman segar saat berbuka puasa.