JAKARTA, bisniswisata.co.id: Diperlukan waktu sebelum perjalanan internasional sepenuhnya kembali normal, tetapi tidak butuh waktu lama bagi beberapa negara untuk merasakan dampak efek COVID-19 terhadap kunjungan dari berkurangnya turus AS.
Dilansir dari travelpulse, situs perbandingan asuransi perjalanan InsureMyTriprecently menganalisis data dari Kantor National Travel & Tourism AS untuk menentukan negara mana yang paling terpengaruh oleh penurunan perjalanan orang Amerika ke luar negeri sejak pandemi virus Corona diumumkan pada bulan Maret. Berikut 10 negara yang paling merasakannya ;
- Irlandia
Tidak mengherankan, Eropa telah menjadi salah satu wilayah yang paling terpengaruh oleh kurangnya perjalanan turis A.S. ke luar negeri. Uni Eropa terus melarang orang Amerika berdasarkan tingkat kepositifan COVID-19 di A.S.
Oleh karena itu tujuan seperti Irlandia, yang memerlukan karantina 14 hari pada saat kedatangan, telah mengalami penurunan dramatis dalam kunjungan dan pengeluaran berikutnya, kehilangan sekitar US$ 3,3 miliar.
- India
India nyaris sama seperti Irlandia dengan perkiraan kerugian US$ 3,5 miliar selama periode enam bulan. India saat ini berada di Level 4 (larangan bepergian) pada skala penasihat perjalanan Departemen Luar Negeri AS karena ancaman pandemi virus Corona yang sedang berlangsung.
- Belanda
Belanda sama-sama terkena dampak pandemi dalam hal kerugian finansial karena kurangnya dolar pariwisata dari AS, yang terpukul sekitar US$ 3,5 miliar. Orang Amerika harus menunggu untuk wisata ke Amsterdam dan hotspot wisata lainnya karena Belanda adalah salah satu dari banyak negara Eropa yang masih tertutup untuk perjalanan liburan dari turis AS.
- Bahama
Biasanya salah satu tujuan internasional yang paling mudah diakses untuk orang Amerika adalah Bahama — yang menampung rekor 1,45 juta orang Amerika pada tahun 2019 —. Tapi kini terhambat oleh gagalnya pembukaan kembali bagi wisatawan AS selama musim panas.
Pulau-pulau tersebut baru-baru ini memasuki Tahap 3 dari Rencana Kesiapan & Pemulihan Pariwisata negara yang memberi orang Amerika lampu hijau untuk berkunjung dengan bukti hasil tes COVID-19 negatif.
Menurut penelitian InsureMyTrip, Bahama juga mengalami kerugian yang diperkirakan sebesar US$ 3,5 miliar karena kurangnyUSkunjungan wisatawan AS selama periode enam bulan.
- Jepang
Jepang adalah salah satu dari dua negara Asia yang sangat terpengaruh oleh penurunan mendadak pariwisata dari AS dan kehilangan devisa sekitar US$ 3,6 miliar selama periode enam bulan karena pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung.
- China
China, tempat wabah virus Corona berasal pada akhir 2019 lalu, telah kehilangan sekitar US$ 4 miliar dari penghentian kunjungan turis dari AS. Meskipun angka itu mengejutkan, itu hitungannya kurang dari setengah dari mereka yang prioritaskan China negara nomor satu dalam daftar yang mau dikunjungi.
- Jerman
AS adalah salah satu pasar terpenting Jerman dalam hal pariwisata internasional karena negara tersebut menampung hampir 7 juta orang Amerika yang menginap tahun lalu. Akibatnya, dampak COVID-19 menjadi parah dan merugikan Jerman hingga sekitar US$ 5,7 miliar.
- Spanyol
Spanyol lebih terpukul sedikit keras daripada Jerman, kehilangan sekitar US$ 5,8 miliar dari penghentian kunjungan AS selama enam bulan pertama pandemi. Penurunan ini sangat mengecewakan karena Spanyol mencatat rekor jumlah pengunjung internasional 83,7 juta pada 2019.
- Prancis
Perancis adalah negara teratas di dunia untuk turis internasional yang telah terpukul karena krisis COVID-19 dan larangan perjalanan Uni Eropa berikutnya terhadap orang Amerika. Akibat tidak ada turis AS mengalami kerugian lebih dari US$ 8,1 miliar selama periode enam bulan karena kurangnya pengunjung AS saja.
- Italia
Dengan potensi kerugian hampir US$ 8,3 miliar hanya dalam waktu enam bulan, Italia telah menjadi negara yang paling terpukul dalam hal dampak CCOVID-19 karena terhentinya perjalanan warga AS ke luar negeri.
Menurut penelitian InsureMyTrip, dengan sebagian besar Eropa tetap terlarang untuk perjalanan rekreasi warga Amerika hingga saat ini. Tidak jelas kapan Italia dan negara lainnya akan mulai pulih. Kabar baiknya adalah tahun 2021 terlihat jauh lebih menjanjikan.