FASHION

Mlaku-mlaku Nang Toendjoengan, Gerakan Berkebaya ala Anne Avantie

SURABAYA, bisniswisata.co.id: Gaung “Gerakan Berkebaya Nasional” terus menggema ke penjuru nusantara. Dengan sebuah harapan, kebaya kembali mendapat perhatian, simpati dan digemari oleh perempuan Indonesia agar dipakai lagi menjadi busana nasional.

Memang selama ini, kebaya identik dengan busana untuk acara tertentu, seperti menghadiri pernikahan, wisuda, atau peringatan hari kebangsaan. Namun, bukan berarti kebaya tak bisa digunakan untuk kegiatan sehari-hari.

Untuk itu, desainer terkenal Anne Avantie memboyong kebaya dalam acara Pasar Tiban ke-26, dan ketiga kalinya diselenggarakan Tunjungan Plaza 6 Surabaya selama 23-28 Juli 2019. Event bertema “Mlaku-Mlaku Nang Toendjoengan” ini ingin mendukung kampanye nasional pemerintah “Gerakan Berkebaya Nasional” sekaligus menyapa perempuan-perempuan hebat di Surabaya agar berkebaya.

“Pasar Tiban digelar sebagai wujud cinta saya kepada negeri, kepada busana kebaya. Dan saya sangat mendukung sekali gerakan berkebaya, sebuah gerakan kembali mencintai busana asli Indonesia,” papar desainer Anne Avantie dalam keterangannya.

Kebaya bagi Anne Avantie bukan sebuah baju atau sepotong baju. Namun sebuah perubahan. “Melalui kebaya hidup saya berubah juga mengubah hidup banyak orang Indonesia. Ini bukan manuver bisnis tapi perjalanan inspirasi,” pungkas Anne yang sudah 30 tahun berkarya untuk Indonesia.

Anne Avantie bukan hanya memberikan kontribusi di dunia industri fashion, namun juga memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk melakukan satu pembenahan dalam kehidupan sebagai perempuan dengan berbusana tradisional serta punya ciri khas bangsa ini. “Karena itu melalui Pasar Tiban melahirkan sebuah sumbangsih rasa cinta budaya Indonesia yang tak lekang dimakan waktu,” lontar Perempuan kelahiran 20 Mei 1965.

Pelopor perancang kebaya artistik di Indonesia ini, terus berinovasi tanpa meninggalkan akar budaya bangsa sebagai wujud bakti budaya dengan harapan kaum perempuan dapat melestarikan budaya negeri yang telah berakar kuat. “Karena itu, saya mengajak kaum perempuan di Surabaya maupun penjuru Indonesia agar mengkampanyekan terus Gerakan Berkebaya Nasional,” tandasnya serius.

Diakui, rancangan kebayanya yang artistik bukannya tanpa kontroversi. Karena pernah dianggap merusak nilai budaya dari kebaya. Tapi, Anne tak ambil pusing. “Ketika orang mengatakan Anne Avantie mencari popularitas dan pencitraan, cita-cita saya terwujud. Saya harus populer saya harus bercitra baik untuk memberi inspirasi agar kebaya dikibarkan lagi. Bagi saya ide dan kreativitas itu tidak ada yang salah. Yang salah berarti pikiran kita,” ucap Anne.

Baginya dunia fesyen bukanlah dunia glamor melainkan penuh inspirasi. Anne mengaku tak pernah kehabisan inspirasi selama 30 tahun berkarier. Dia kerap mendapatkannya dengan melihat dari orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, dia tak masalah karyanya ditiru oleh banyak orang. “Karya Anne Avantie dikloning dari Sabang sampai Merauke, dari kelas kelas kambing sampai kelas kakap. Itu artinya karya saya jadi inspirasi banyak orang,” tutur Anne.

Dukungan Anne terhadap gerakan tersebut diwujudkan dalam acara Parade Show Bajoe Nasional “Kebayakoe, Kebayamoe, Kebaya kita” yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan lndonesia berbusana, berbudaya santun dan penuh keramahtamahan.

Acara pembukaan yang digelar Selasa (23/7) turut dimeriahkan berbagai acara. Mulai dari penampilan anak inklusi, penyerahan Berbagi 1500 Popok Dewasa melalui Dharma Pertiwi Daerah E Jawa Timur, Fatma Foundation, dan Dharma Wanita Persatuan Kota Surabaya.

Selain itu diselenggarakan trunk show kebaya karena bertepatan dengan Hari Gerakan Selasa Berkebaya. Juga pameran busana batik dan kebaya, juga digelar serangkaian acara, mulai talkshow Satpol PP Bergaya Kebaya, talkhsow Berbudaya, Berbusana, dan Berkarakter, workshop for Anne Avantie (FAA) Nilai Sebuah Karya, dan Kampoeng Dolanan Botjah. (redaksi@bisniswisata.co.id)

Endy Poerwanto