YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: Matra Kriya Festival (MKF) yang digelar untuk kedua kalinya tahun ini ditutup Sabtu, 28 Mei 2022. Acara yang berlangsung di Taman Budaya Yogyakarta sejak 21 Mei 2022 ini mendapatkan respon positif dari masyarakat dan penikmat seni.
Terbukti dengan antrian panjang dari pengunjung pameran selama penyelenggaraan acara tersebut. MKF 2022 yang mengusung tema From Hands to Something — Hasta Markirtya Rupa tergolong sukses.
Ketua Pelaksana MKF 2022, Rosanto Bima mengatakan acara ini mengusung konsep dasar untuk menyuguhkan keajaiban seni yang dihadirkan lewat sentuhan tangan seniman.
“Karya seni tidak bisa lepas dari bagaimana konsep atau gagasan, pilihan material, dan proses yang dilakoni seniman,
Hubungan ketiga hal itu sangatlah intim. Bagi seniman, material tidak dapat dipisahkan dari masalah konseptual dan realisasi nyata dalam berkarya. tambahnya.
Kecerdasan dan aspek craftmanship seniman dalam memanipulasi material inilah yang memberi nilai lebih atas ekspresi konseptual. Lewat event ini diharapkan seniman dapat melahirkan karya yang menampilkan ornamen unik, menyuguhkan detail, serta eksperimen media baru yang akan memperkaya dimensi kompleksitas kekaryaan.
Acara seni dua tahunan ini dibuka di Ruang Galeri Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu 25 Mei dan berlangsung hingga 28 Mei 2022. Berbagai kegiatan dilaksanakan untuk mengisi festival tersebut seperti seminar, workshop batik, workshop keramik.
Ada juga Kriyaventura atau kunjungan ke galeri a.l ke Studio Kalahan milik Heri Dono dan Studio Natural Eco Fashion. Kemudian, Artist Talk, Performing Art dan Fashion Show.
“Tahun ini peserta lebih meluas. Ada yang dari Riau, Lampung, dan Kalimantan. Pada pembukaan pameran juga diumumkan 12 peserta yang masuk nominasi oleh tiga juri, yaitu Dr. Alvi Luviani, SSn, MFA, Novi Bamboo dan Lejar Daniartana Hukubun,” jelas Rosanto Bima
Bima juga mengatakan, MKF diselenggarakan untuk menjadi platform edukasi bagi seniman muda agar bisa lebih berkembang. Apalagi tahun ini, pengunjung antre untuk dapat menikmati pameran.
Untuk fashion show, menampilkan berbagai macam desain busana. Mulai dari busana ready to wear, avant garde, kids carnival dan fashion carnival.
Dua hal yang menarik dari peragaan busana ini adalah kehadiran avant garde dan fashion carnival, karena selama ini jarang diangkat dan biasanya hadir di jalan.
“Kini dihadirkan di cat walk dengan konsep, narasi dan berkolaborasi dengan batik khas desa budaya DIY,” lanjut Bima.
Fashion show Matra juga berkolaborasi dengan seniman Djenar Kidjing and friends sebagai pengisi musik dalam gelaran fashion show kali ini.
Pameran dan kompetisi ini mendapat respon positif dari masyarakat karena diselenggarakan secara offline sehingga ada pertemuan langsung antara karya seni dan penikmatnya.
Gelaran tersebut ditutup dengan agenda Artist Talk MKF 2022 dengan tema ‘Proses Kreatif Seniman’ serta penampilan dari Hans & The Purple Colony yang sekaligus menghibur pengunjung.
Pada kesempatan itu hadir pembicara seperti Novi Bamboo, Lejar Daniartana, dan Rudi Hendriatno dan acara dimoderatori Latief S Nugraha dalam diskusi.
Dalam berkarya, Lejar berangkat dari sesuatu yang dekat. Salah satunya adalah cerita dari Ayah yang berdarah Maluku tapi hidup di Merauke. Berdasarkan cerita dari ayahnya mengenai Merauke dan Papua, akhirnya membawa Lejar untuk datang ke Papua.
Bertemu dengan suku Malind untuk mengenal lebih jauh kehidupan disana. Sampai akhirnya mendapat kesempatan untuk membuat buku cerita rakyat suku Malind. Lejar dipercaya membuat ilustrasi cerita dalam buku cerita rakyat Suku Malind. Dengan ibu berdarah Jawa dan dengan ayah dari Maluku, melahirkan akulturasi budaya menginspirasi untuk membuat karya wayang ‘Papua KK Lejar’.
Sedangkan Rudi Hendriatno yang berdarah Minang menceritakan proses kreatifnya yang cenderung kinetik. Berangkat dari ketidakpuasan dengan karya seni di Indonesia.
Akhirnya, dia memantapkan diri untuk mengeksplore lebih jauh karya seni kinetik (bisa digerakkan). Ia banyak menggunakan material kayu, rantai, gir, mekanisme mesin secara umum. Ketika Rudi membuat suatu karya, pasti muncul ide lain. Itu yang membuat Rudi terus berkarya.
Novi Bamboo berangkat dari membuat produk fesyen dari serat bambu yang merupakan material alami. Novi juga menyampaikan tentang lika-liku industri kreatif yang terdampak pandemi.
Pandemi menyebabkan permintaan turun, sedangkan harga produksi naik. Tidak hanya itu, biaya pengiriman ke luar negeri naik lebih dari 100%.
“Saya mengajak untuk menggunakan material alami dalam berkarya. Kita harus bersama-sama dalam menjaga lingkungan,” tutur Novi.
Latief menambahkan, keunikan Indonesia adalah punya banyak hal yang bisa dieksplorasi. Misal Papua, sudah memiliki variasi bahasa paling banyak. “Itu yang sebenarnya bisa menjadi kekuatan kita sebagai seniman untuk terus berkarya. Mengingat banyak hal yang bisa digali dari lingkungan sekitar kita,” paparnya.