SEMARANG, bisniswisata.co.id: “Hai pandainya mereka berjanji berjanji tak pernah ditepati, Hai pandainya mereka berbasa-basi bukan berantas korupsi, di acara televisi tampak sibuk berdiskusi berlagak cari solusi.”
Penggalan bait kritis ini berpadu syahdu dengan alunan musik tradisional yang diberi sedikit sentuhan modern oleh sang konduktor Djaduk Ferianto. Tak lama setelahnya, sekelompok penari tradisional muncul dari balik panggung menggerakkan tubuh mengikuti irama musik yang dimainkan dan tampil segar dengan kostum serba oranye.
Sekelibat suguhan musik dan tari ini menjadi pembuka dari pagelaran teater rakyat yang menjadi pentas perdana di Panggung Budaya Taman Indonesia Kaya, Semarang, Jawa Tengah pada akhir pekan.
Pentas bertajuk “Misteri Sang Pangeran”, mengisahkan tentang sebuah negeri yang banyak mengalami gangguan. Rakyat merasa gelisah dan tidak aman, dengan kehadiran para perampok serta pencuri yang kerap mengganggu.
Hingga suatu ketika muncullah dua orang Pangeran (diperankan Cak Lontong dan Akbar), yang berhasil mengatasi para pengganggu tersebut. Rakyat pun bergembira terlebih Sang Putri (Sruti Respati) yang merasakan langsung bantuan dari dua Pangeran itu. Tak ayal, ia pun jatuh cinta pada salah satu pangeran.
Namun kesenangan akan hadirnya ksatria itu, tak sepenuhnya dirasakan seluruh rakyat. Ada yang kemudian menghasut Baginda Raja (Butet Kertaredjasa) agar memberi hukuman bagi kedua pangeran itu, dengan membuat fitnah mereka telah menculik Sang Putri.
Karena fitnah itu, kisah cinta Sang Pangeran dengan putri pun terhalang sebuah syarat yang mustahil dipenuhi, yakni, membangun taman indah dalam satu malam.
Berkat sebuah keajaiban, dua Pangeran itu dapat mempersembahkan sebuah taman untuk sang putri. Tak hanya itu, terungkap pula salah seorang pangeran itu ternyata merupakan anak Baginda Raja. Sejak bayi, Pangeran dibuang ke hutan oleh Adipati (Marwoto) yang diam-diam ingin menguasai kerajaan.
Raja bahagia karena anaknya yang hilang, telah kembali. Ia pun bahagia karena kerajaan menjadi punya taman. Taman yang indah, taman kemudian menjadi lambang persatuan dan kerukunan, yang kemudian dinamakan Taman Indonesia Kaya.
Meski cerita yang disuguhkan terbilang sederhana, tapi pentas yang ditulis dan disutradarai Agus Noor itu cukup berhasil membuat hiburan berkesan di atas panggung terbuka pertama di Jawa Tengah. Pasalnya, selama pertunjukan bahkan sejak beberapa waktu sebelum acara dimulai, para penonton telah setia menantikan aksi para seniman itu beraksi.
Rintik hujan yang turun di tengah-tengah acara pun tak mematahkan semangat penonton untuk menyaksikan acara hingga akhir. Sebagian besar dari mereka enggan beranjak dari tempat duduknya. Mereka justru memanfaatkan alas duduk berupa tikar kecil berukuran sekitar 70×70 sentimeter untuk melindungi diri dari hujan.
Tak hanya itu, Agus pun berhasil membungkus pertunjukan itu sebagai suguhan yang segar. Ia menyelipkan sejumlah aspek kekinian dalam cerita tanpa terkesan memaksakan. Mulai dari aksi sulap, lantunan rap, hingga komedi-komedi yang relevan dengan situasi terkini. Namun elemen tradisional tak dilupakan. Penggunaan bahasa Jawa pada sebagian dialognya membawa kedekatan pada penonton.
Di sisi lain, peran para pemain pun tak bisa dilepaskan. Celetukan khas antara Cak Lontong dan Akbar, kemudian Prie GS dengan Marwoto, turut menjadi pembangkit energi dari pementasan ini. Tanpa mereka, jalan cerita mungkin tak sepenuhnya hidup.
Dari segi tata musik dan cahaya pun terbilang cukup baik. Meski sesekali suara bising jalanan hingga musik dari panggung acara sebelah cukup jelas terdengar, tapi itu tak mengganggu jalannya pementasan.
Belum lagi, pertunjukan air mancur dan pesta kembang api di penghujung acara menambah kemeriahan pagelaran teater rakyat. Secara keseluruhan, Agus Noor cukup sukses membawa semangat dan bentuk teater rakyat dalam pagelaran Misteri Sang Pangeran. Ia berhasil membuat penonton bertahan, suatu hal yang menurutnya tantangan dalam pementasan di atas panggung terbuka.
“Penonton teater terbuka lebih heterogen, harus menimbang ada yang suka pop atau bagaimana, gimiknya bagaimana setiap bagian harus ada yang menarik, itu caranya [kuncinya]. Kalau lima menit mereka tidak dapat sesuatu dari panggung nanti tidur,” ungkap Agus seperti dilansir laman CNN, Senin (29/10/2018). (EP)