Minang Geopark Run Bukan Sekedar Lomba Lari

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Minang Geopark Run, kembali digelar. 2018, tahun pertama gelaran lomba lari mengalami kesuksesan luar biasa. Sukses penyelenggaran, sukses jumlah peserta dan sukses mengenalkan destinasi wisata Sumatera Barat lebih mendalam. Kini 2019, diharapkan lomba lari ini kembali mendulang sukses. Untuk itu, penyelenggaran sport tourism ini akan berbeda dibandingkan tahun sebelumnya.

“Perbedaanya antara lain kategori lari ditambah, rute yang manantang. Dan yang paling penting menjadi ajang efektif untuk mendorong Taman Bumi (Geopark) di Sumatera Barat (Sumbar) menjadi geopark kelas dunia atau UNESCO Global Geopark (UGG),” papar Ketua Pelaksana Minang Geopark Run YV Tri Saputra dalam keterangan resminya di Gedung Kemenpar Jakarta, Senin (23/09/2019).

Dijelaskan, pertama, inovasi attack pada 30 November 2019, memiliki dua kategori yakni ultra dan relay. Untuk kategori ultra mengambil rute start dari Lubuk Basung dan finish di Ngarai Sianok. Dengan peserta lari perorangan. Kedua, untuk kategori Rilay ada tiga titik start uang bisa ditempuh. Start Lubuk Basung ditempuh oleh tiga pelari, start Pagaruyuang ditempuh oleh tiga pelari dan start Kelok Sembilan ditempuh oleh 4 pelari.

“Tim ini terdiri dari 10 orang dan memiliki manager yang menentukan siapa yang akan start dari Lubuk Basung, Pagaruyung dan Kelok Sembilan. Mereka akan finish di satu titik yakni Ngarai Sianok,” kata Tri Saputra

Sementara itu untuk inovasi explore akan berlangsung 1 Desember 2019 yang memiliki tiga pilihan jarak tempuh yang bisa dipilih oleh pelari. Sedangkan Lomba lari ini sangat unik terutama untuk 5 K. “Peserta lari 5K biasanya sedikit lari, banyak selfie dan kulineran. Ini berdampak pada masyarakat,” ujarnya sambil menambahkan Minang Geopark Run bukan sekedar lomba lari, namun mengenalkan geopark di wilayah Sumbar

Bupati Agam Indra Catri mengatakan, pihaknya ingin Minang Geopark Run bisa menjadi event yang berkelanjutan dan dapat menyaingi Tour de Singkarak. Selain itu, jalur yang dilalui peserta merupakan jalur kuliner dan jalur pahlawan. Ada 6 pahlawan dari Agam antara lain Rasuna Said, Agus Salim dan Hamka. Untuk kuliner antara lain gulai itik, kolak labu, ikan bilih dan rendang. Agam juga memiliki 2 geopark yang terkenal yakni Ngarai Sihanok dan Maninjau.

“Event lomba lari ini jangan sampai layu sebelum berkembang. Kita dapat mencontoh kegiatan balap sepeda internasional Tour de Singkarak (TdS) yang kini sudah merambah ke Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Bila saat ini ada 6 Kabupaten/Kota yang mendukung Minang Geopark Run, pada penyelenggaraan tahun depan diharapkan meningkat menjadi 12 kabupaten kota se-Sumbar,” lontarnya.

Deputi Bidang Pengembangan Pemaran I Kemenpar Rizki Handayani sangat mendukung event lari sebagai event sport tourism ini, menjadi sarana promosi bagi destinasi geopark di Sumbar sekaligus menuju road to UGG serta meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sumbar yang tahun ini mentargetkan 8,5 juta pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) dan 58.447 kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).

“Pariwisata kontennya budaya dan alam. Sumbar menonjol budaya dan alam agar tetap terjaga dan bisa dinikmati oleh wisatawan. Nah, wisata olahraga ini, menjadi sarana untuk menciptakan “awareness” di kalangan akademisi, pebisnis, pemerintah, komunitas, dan media (pentahelix) dalam mewujudkan geopark di Sumbar menjadi UGG,” lontarnya.

Rizki sepakat tujuan diperkenalkannya Geopark ini bukan hanya sekedar melindungi warisan geologi, melainkan juga mengambil manfaat, menggali, menghargai dan mengembangkan warisan geologi. Sampai saat ini ada 35 negara telah bergabung dalam organisasi GGN (Global Geopark Network) dengan jumlah Geopark yang paling banyak ada di Negara China.

Sedangkan Geopark di Indonesia hanya memiliki 3 taman geologi yang diakui GGN yaitu Batur Global Geopark di Bali, Gunung Sewu Geopark di Yogyakarta dan Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat. Rencananya pemerintah Republik Indonesia akan mengajukan beberapa geopark baru. (end)

Endy Poerwanto