Prof Sapta Nirwandar di layar bersama Pemred Langit7, Djaka Susila saat webinar.
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Menparekraf Sandiaga Uno mengungkapkan pemerintah tahun ini akan mendorong sosialisasi halal tourism supaya masyarakat tidak salah persepsi karena konsepnya inklusif dan merupakan extended services atau pelayanan tambahan untuk mengakomodasi kebutuhan wisatawan Muslim.
“Jangan ada salah persepsi lagi karena pemerintah berorientasi pada pemulihan ekonomi masyarakat. Dengan halal tourism kita mengakomodasi kebutuhan turis Muslim yang juga bisa dimanfaatkan semua wisatawan,” tegasnya.
Sebagai negara Muslim terbesar dunia, Indonesia adalah negara tujuan wisatawan Muslim sehingga pelayanan tambahan dalam halal tourism juga menyangkut 3 A yaitu aksesibikitas. amenitas dan atraksi yang semuanya juga bisa dimanfaatkan oleh wisatawan non Muslim,” tambahnya di dalam perjalanannya ke Mandalika, NTB.
Berbicara dalam webinar “Industri Halal 2022, untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia“, hari ini yang diadakan oleh Langit7.id, Sandiaga menegaskan sosialisasi halal tourism seperti kebijakan lainnya harus tepat sasaran, tepat manfaat dan tepat waktu.
Sementara itu Ketua Indonesia Halal Lifestyle Centre ( IHLC)) , Prof. Dr Sapta Nirwandar menjelaskan bahwa halal tourism tidak berarti mengubah suatu destinasi menjadi halal.
Menurutnya, halal tourism adalah wisata bagi kaum Muslim atau pelancong Muslim yang membutuhkan layanan tambahan guna menunjang aktivitas peribadatan sehari-hari.
” Di sektor halal industry keunggulan kita di potensi halal tourism, fashion modest dan kosmetik serta bidang Food ( makanan). Jadi kita fokus saja pada produk halal yang digunakan dan dikonsumsi maka ke depan Indonesia yang menjadi eksportir utama di dunia,” kata Sapta Nirwandar.
Menurut dia sosialisasi halal tourism yang mendesak karena para pelancong Muslim butuh makanan halal, minuman halal yang merupakan kebutuhan dasar ( basic) yang tidak bisa ditawar.
Hal kedua, mereka butuh shalat dan memang shalat bisa dimana saja, tapi lebih baik kalau disediakan tempat shalat yang ada tempat wudhu, bersih, dan lainnya, kata Sapta pada Pemred Langit 7.id, Djaka Susila, yang memandu acara webinar.
Selain Sandiaga Uno dan Sapta Nirwandar, webinar ini juga mengundang Amy Atmanto, desainer dan pembina industri kreatif yang juga pengurus pusat Masyarakat Ekonomi Shariah ( MES).
Hadir pula Delia Septianti, Selebritas yang juga pengusaha busana Muslim, Mohammad Fadli, Presdir JNE serta Hj Muti Arintawati, Dirut LPPOM MUI di jajaran nara sumber lainnya.
Sapta mengatakan bahwa para pelancong Muslim membutuhkan makanan dan minuman halal maupun akomodasi halal saat berwisata ke suatu tempat atau destinasi wisata. Ia mencontohkan Bangkok yang memiliki banyak hotel halal yang ditujukan bagi orang-orang yang membutuhkan layanan halal.
“Jadi dasarnya ini pilihan, karena halal tourism sebagai layanan untuk pelancong Muslim,” ujar Sapta.
Terkait pariwisata halal secara global, Sapta menilai trennya bakal meningkat ke depan. Meskipun pariwisata sangat terdampak akibat pandemi COVID-19, bahkan kunjungan wisman rara-rata diseluruh dunia turun 80-90%.
Namun Sapta melihat ada potensi bagi halal industry termasuk halal tourism meski harus ada pembenahan dalam model wisata global tersebut, salah satunya harus friendly lingkungan dengan menjaga kebersihan seperti yang tertuang dalam program Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability (CHSE).
“Apa yang sudah kita terapkan yaitu CHSE adalah bagian dari halal industry yang sangat islami, semua sadar bahwa prinsip-prinsip halal ini adalah universal. Oleh karena itu Korea misalnya memiliki lebih dari 150 restaurantnya dibukanya dengan halal restoran. di jepang pas olimpiade juga menyediakan makanan halal,” jelasnya.
Di Indonesia bagi wisatawan beragama budha disediakan amenitas seperti restoran vegetarian sesuai ajaran agamanya. Begitu juga seharusnya di Indonesia, restoran halal diperbanyak apalagi konsumennya juga banyak non Muslim bahkan pemiliknya juga non Muslim seperti De Cost, artinya halal resto adalah bisnis yang bagus.
Sapta mengingatkan bahwa sertifikasi halal sangat penting guna memberikan informasi kepada masyarakat mengenai produk yang halal dan tidak. Atas hal itu, ada Lembaga Survey MUI, BPH JPH, dan lainnya dalam membantu memberikan proteksi.
“Sekarang logo produk di banyak negara diganti dengan barcode untuk halal scan atau barcode system. Jadi, pas lagi di supermarket milih produk, tinggal scan aja itu barang halal atau tidak. Nanti ketahuan hasilnya,” tambah Sapta Nirwandar.
Itulah sebabnya Ketua Halal Lifestyle Center ini mengingatkan semua pihak bahwa dalam mengembangkan halal industry di Tanah Air jangan lupa bahwa halal itu juga ekosistem sehingga kebutuhan kosmetik saja bisa untuk pria dan wanita dimana produsen punya peluang membuat produk bukan hanya tertuju pada wajah.
” Banyak sekali kebutuhan mulai dari seorang Muslim dan Muslimah bangun pagi hingga malam menjelang tidur. Di Bandung bahkan sudah muncul semua kebutuhan kaos kaki halal yaitu SOKA,”
Produk ini bisa mempermudah wudhu tanpa harus copot kaos kaki dan ada seri kaos untuk menutupi lengan Muslimah untuk tetap fashionable sesuai tuntunan agama.
“Peluang halal industry di tahun 2022 ini besar sekali dan di bidang medical kita juga punya keunggulan seperti produk Sido Muncul, jamu Tolak Angin yang hits di era COVID, bidang logistik seperti JNE dan banyak lagi,” kata Sapta.
Tokoh yang tidak ragu mendukung produk halal tanpa endorsement sekalipun ini berharap tekad pemerintah agar Indonesia mampu menjadi negara produsen Halal Industry dunia bisa segera terwujud.