BALI, bisniswisata.co.id: Memiliki account media sosial baik untuk urusan pribadi, pertemanan terlebih bagi yang berbisnis sistem on-line, nampaknya sudah menjadi kebutuhan. Digitalisasi, secara teknologis mendorong setiap individu bertumbuh menjadi influencer.
Tanpa disadari menjadi influencer , baik untuk lingkungan terdekat bahkan kemudian ada menjadikannya “pekerjaan”, ladang komersial. Belum menemukan standar profesional — kajian legal, akademis, etika — untuk “pekerjaan ini”.
Dan, pertanyaan awal yang muncul adalah “Bagaimana menjadi influencers yang selalu hadir di arena audiens?”
Dan siapa sajakah yang bisa menjadi influencer?
Menjawab pertanyaan tersebut, tidak ada salahnya bergabung dalam Digimakz Workshop seri Skill Up Digital Marketer, seri #4 akan diselenggarakan pada hari Sabtu 26 Desember 2020 – fokus materi menjadi influencer yang berkualitas. Kita berakhir pekan mengisi pagi yang berkualitas di Fame Hotel dengan budget Rp 250K per orang termasuk makan siang.
Duo mentor Digimakz – Jeffrey Wibisono V. yang praktisi branding dan Suzana Widiastuti seorang Digital Maker – akan memberikan bimbingan teori sekaligus mendampingi selama praktek guna membangkitkan jiwa influencers dalam diri masing-masing peserta workshop. Dengan keyakinan sesungguhnya setiap dari kita adalah influencer.
Mengapa setiap orang bisa menjadi influencer?
Tentunya karena setiap individu adalah unik, lahir dengan bakat masih masih dan perlu diasah.
Seorang influencer bukanlah orang yang (hanya) tampil di media sosial dengan video dan fotonya. Tetapi Digimakz, berbagi pemahaman bagaimana menjadi seorang “influencer marketing yang berkualitas”.
Apa kualifikasinya?
Tentunya haruslah seseorang yang terus menerus berlatih mengelola kalimat-kalimat persuasif sehingga memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan pembelian orang lain. Ditambah lagi harus fokus dengan pemilihan produk yang spesifik sehingga kontennya terarah dengan membangun audiens yang tertarget dengan jelas, jelas Jeffrey Wibisono.
Kalau di hotel, ini adalah pekerjaan utama seorang public relations. Dia adalah sesorang figur yang eksis dengan tugas sebagai alat pemasaran, aset hubungan sosial untuk berkolaborasi untuk mencapai tujuan pemasaran perusahaan, ujarnya lebih lanjut.
Bagaimana kita sebagai praktisi dan pelaku bisnis berlaku sebagai mikro influencer?
Menurut Suzana Widiastuti, jangan “minder” dulu, karena kuncinya adalah never go solo, kita harus membuka diri untuk kolaborasi. Membangun team, berbagi berkat sesuai keahlian masing-masing. Seorang individu ada yang ahli menjadi content creator, mampu dengan kreatif mencari dan memproduksi konten tulisan, gambar, video, dan audio.
Lalu naik lagi ke tingkat menjadi digital marketer untuk mengolah dan posting konten ke alat-alat digital branding.
Untuk menjadi influencer marketing, saran Suzan Jadilah “tokoh” berpengaruh yang akan membantu meningkatkan profil produk, baik dengan tulisan, foto dan video. Baik itu, karya sendiri atau hasil kolaborasi dengan orang lain.
Diharapkan Workshop The Blink and The Blank of an Influencer ini, peserta mampu secara maksimal masuk ke transformasi digital. Banyak implementasi pekerjaan sales & marketing yang memerlukan seorang influencer unggul dan tangguh. Suatu peluncuran produk UMKM mulai dari perencanaan, membangun merek sampai penetrasi pasar memerlukan rangkaian cerita. Mengkomunikasikan ke massa/publik inilah pekerjaan influencer.
Are you ready untuk menggapai sukses Anda sendiri?