INTERNATIONAL LAPORAN PERJALANAN

Menelusuri Jalur Sutra 5

William Satriaputra bersama istri, Ema Rodini berlatar Masjid Bibi Khaynum.( Foto-foto: dok Pribadi).

William Satriaputra, Ketua Forum Komunikasi Alumni ( FKA) ESQ wilayah Eropa dan Afrika yang juga eksekutif INNIO Groups menuliskan perjalanan wisata religinya Menelusuri Jalur Sutra. Berikut laporan perjalanannya bagian ke lima dan sekaligus bagian terakhir dari laporan perjalanannya.

 

The Golden Journey to Samarkand, kali ini perjalanan kami  mengambil judul puisi karya penyair/diplomat James Elroy Flecker yang di terbitkan tahun 1913. Demikian sanjungan yang diberikan untuk Samarkand.

Dari Tashkent ke Samarkand kami menempuh jalan darat sepanjang 344 km selama kurang lebih 4 jam. Seperti sebelumnya di sampaikan sulit untuk mendapatkan ticket kereta cepat Afrosiyab dan setelah kami pesan kendaraan baru lewat tengah malam dapat berita bahwa ada ticket. 

Ada hikmahnya perjalanan darat sehingga bisa berhenti dan menyaksikan kehidupan masyarakat setempat. Sepanjang jalan terdapat banyak pohon pohon kapas yang mereka sebut mas putih. Uzbekistan yang luasnya 11 x Jawa Timur adalah produsen kapas no 6 di dunia demikian juga penghasil emas no 8 di dunia. 

Kami melihat di pedesaan terpencil di pegunungan bahwa listrik dan heating berlimpah dan hal ini menunjukkan bahwa produksi minyak dan gas buminya mencukupi kebutuhan penduduknya.

Disamping kapas, mulberries, pistachio (no 15 di dunia) dan kacang kacangan, beras, gandum, bawang dan delima mereka memproduksi, disamping  juga mengekspor melon yang panennya di awal musim dingin.

Perjalanan ini dalam rangka back to basic sebelum beberapa hari kemudian kami berangkat pulang dari Bandara Samarkand. Napak tilas kota hijau Shahrisabz ini  letaknya 80 km di selatan Samarkand kota tempat lahirnya Amir Timur (1336-1405) pendiri Dinasti Timurid. Kota ini dulu disebut kota Kesh atau Kish dan di masa lalu pernah menjadi kota besar di Asia Tengah.

Perjalanan kesana melalui pedesaan dan perbukitan dengan pemandangan yang spektakuler. Awalnya kami terheran heran karena puluhan kilometer melalui jalur ini dan tidak tahu ada apa di balik perbukitan itu. 

Kami terpana ketika memasuki kota setelah melintasi perkebunan kapas dan rumah kaca untuk pertanian. Di kota sana terbentang pemandangan hijau dan bersih di dikelilingi pegunungan seolah olah berada dalam mimpi.

Disana kami saksikan peninggalan masa lalu seperti kompleks memorial Masjid Kok-Gumbaz yang di bangun Ulubeg untuk ayahnya Shakhruh putra Amir Timur. Kok Gumbaz artinya Dom Biru dan ada tulisan “Kedaulatan milik Allah, Kekayaan milik Allah. Indah sekali bangunan dan ornamennya.

Kemudian tidak jauh terdapat Madrasah Dor-i-Tilavat. Dibangun abad ke 13 oleh Shamsud-Din Kulal dalam rangka menyebarkan ajaran Islam. Salah satu muridnya adalah Turghai ayah dari Amir Timur. Sehingga Amir Timur pun menganggap cucunya Shamsud-Din Kulal yang bernama Amir Kulal sebagai guru spiritualnya.

Perjalanan darat jalur Sutra banyak melihat kehidupan masyarakat lokal

Di kompleks inipun baru tahun 1943 ditemukan para Arkeolog makam Amir Timur yang sudah di siapkan namun tidak digunakan dan berada di dalam bunker di bawah tanah. Saya masuk dan menyaksikannya sendiri. 

Tidak jauh dari sana terdapat Ak Sarai istana Amir Timur yang  di dikelilingi benteng tinggi menjulang menyisakan kejayaan masa  lalu. Tempat ini saking indahnya sering dijadikan background untuk shooting a just married couple

Perjalanan yang sangat berkesan dan tak mudah dilupakan hari itu, dilanjutkan melongok Taj Mahal dari Samarkand yaitu Masjid Bibi Khaynum, nama yang sangat puitis dan legendaris.

Seperti kita ketahui Taj Mahal adalah bangunan yang terinspirasi dari cinta. Merupakan lambang cinta sejati, cinta abadi. Karena sejatinya cinta sejati memang ada.

Masjid Bibi Khaynum di bangun dari tahun 1399 sampai tahun 1404 untuk mengenang istri Emir Timur sedangkan makamnya sang istri berada di seberang masjid dalam kompleks madrasah. Disana terdapat 5 makam yaitu disamping Sarai Mulk Khaynum istri Emir Timur juga ibu mertua dan keponakan-keponakan istri Emir Timur.

Kubahnya dilapisi keramik kebiruan dengan dinding bangunan dari keramik dan mozaik beraneka warna. Ukuran bangunan 109 × 167 dengan tinggi minaret 19 m dengan gerbang 35 m menjadikannya salah satu bangunan terpenting di jamannya. 

Pembuatannya dengan mengerahkan hampir 100 gajah untuk mengangkut marmer dan melibatkan para seniman dari berbagai negara dibawah kekuasaan Emir Timur.

Kekuasaan dinasti Timurid demikian luasnya dan yang kemudian menguasai wilayah India, Afghanistan, Pakistan dan Bangladesh adalah keturunan langsung Emir Timur (cicit) yang bernama Zahiruddin Muhammad Babur pendiri dinasti Mughal.

Keturunannya Shah Jehan yang membangun Taj Mahal di Agra untuk Mumtaz Mahal yang meninggal setelah melahirkan Gauhara Begum tahun 1631 dan monumennya dibangun dari tahun 1632 hingga 1653. 

Lebih dari 200 tahun terpaut dari 2 Taj Mahal lambang cinta abadi ini. Letak Bibi Khaynum ini di wilayah Siyob yang juga terkenal dengan bazar/pasarnya. Dari rempah rempah sampai kacang-kacangan, bordiran dan pakaian.

Tidak terasa perjalanan terakhir dari wisata religi di Uzbekistan berakhir sudah dan kami harus kembali ke Samarkand untuk pulang ke Belanda yang sudah puluhan tahun menjadi rumah ke dua.me jadi . 

Uzbekistan memang memiliki banyak sekali points of interest yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara untuk berkunjung. Sebuah negara antar benua yang terletak sebagian di Asia Tengah dan Eropa Timur yang sebelumnya merupakan bagian dari negara Uni Soviet.

Menapaki perjalanan dari Samarkand, Bukhara dan Tashkent di Uzbekistan dipenuhi dengan detil memukau yang pernah menempatkan mereka pada lintasan strategis kuno Jalan Sutra dimana ketiga kota itu adalah jantungnya perdagangan jalur sutera.

Negara ini pula  tempat banyak ulama besar serta para ilmuwan Islam kaliber dunia dilahirkan. Sebelum meninggalkan Samarkand, terselip doa di hati semoga diberi kesempatan untuk dapat menyaksikan lagi tempat-tempat menarik lainnya di lain kesempatan.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)