SINGAPURA, bisniswisata.co.id:Laporan Mastercard Economics Institute (MEI) ke lima bertajuk “Travel Trends 2024: Breaking Boundaries” , memposisikan destinasi di Asia Pasifik semakin popular. Daftar ini diukur dan diurutkan berdasarkan perubahan pangsa transaksi pariwisata dalam 12 bulan terakhir (Maret 2023- Maret 2024).
Jepang berada di posisi pertama sebagai destinasi terpopuler di dunia (tumbuh 0.9 persen vs Irlandia 0.4 persen) seiring kedatangan 3.081.600 wisatawan mancanegara pada Maret 2024 – tertinggi sepanjang sejarah – sebelum musim puncak liburan mulai–. Didorong oleh melemahnya mata uang Yen (terendah sejak 1990)
Nilai kurs mata uang Jepang ini dinilai akan mempertahankan posisi Jepang sebagai garda terdepan pariwisata sepanjang 2024. Kondisi menguntungkan bagi pebisnis di Jepang yang melayani wisatawan, serta ekonomi lokal secara keseluruhan.
Lalu lintas penumpang di Asia Pasifik semakin pulih, terutama untuk perjalanan antar wilayah yang lebih pendek. Sebagai contoh, destinasi terpopuler untuk wisatawan dari Singapura di musim panas ini adalah Bangkok, Kuala Lumpur, dan Perth.
Menurut MEI, pariwisata di Thailand diproyeksikan pulih sepenuhnya pada 2024, dengan total kedatangan wisatawan saat ini hanya 7 persen lebih sedikit dibandingkan tahun tahun 2019, sebelum pandemi. Terutama penerbangan ke Thailand dari Asia Selatan dan kawasan ASEAN kini mendekati 20 persen di atas tahun 2019.
Laporan MEI juga menunjukkan wawasan komprehensif terkait perkembangan lanskap industri pariwisata di 74 negara, termasuk 13 negara di kawasan Asia Pasifik. Mencatat sektor pariwisata global berkembang pesat di 2024 seiring meningkatnya pengeluaran konsumen di sektor pariwisata, dan kenaikan lalu lintas penumpang moda transportasi wisata.
Meskipun nilai tukar masih fluktuatif dan daya beli yang bervariasi, pariwisata tetap tumbuh, dengan sembilan dari 10 hari pengeluaran tertinggi dalam sejarah untuk industri kapal pesiar dan penerbangan global. Momentum diperkirakan berlanjut, pasalnya konsumen di seluruh dunia lebih mengutamakan pengalaman yang tak terlupakan dan mengalokasikan lebih banyak anggaran untuk perjalanan.
Menurut David Mann, Chief Economist, Asia Pacific, Mastercard, konsumen di Asia Pasifik memiliki keinginan yang kuat untuk bepergian dan semakin cerdas dalam memastikan mereka mendapatkan harga terbaik dan pengalaman tak terlupakan dari perjalanan mereka.
“Bagi otoritas pariwisata, sektor retail, perhotelan, dan F&B, biaya itu penting. Dalam ekonomi saat ini, nilai tukar mata uang asing dan daya beli menjadi komponen penting saat merencanakan perjalanan mereka ” paparnya lebih jauh.
Hal ini menunjukkan bahwa pelaku usaha yang mendapatkan keuntungan dari sektor pariwisata perlu meninjau ulang strategi mereka saat ini, dan mengubahnya jika perlu, untuk mempertahankan daya tarik di mata wisatawan.8
Destinasi Juni-Agustus 2024
Walaupun Jepang telah menjadi destinasi terpopuler selama 12 bulan terakhir, diprediksi Munich dapat menempati peringat teratas destinasi musim panas (dilihat dari peningkatan pangsa pemesanan penerbangan).
Hal ini karena Jepang menjadi tuan rumah turnamen sepakbola UEFA EURO 2024 pada bulan Juni mendatang. Tokyo menempati posisi kedua, sementara Bali (#6) dan Bangkok (#7) juga termasuk dalam 10 kota yang mengalami kenaikan permintaan dalam tiga bulan mendatang.
Dinamika pariwisata Cina Daratan telah berubah, pasca pandemi COVID-19, wisatawan Cina memprioritaskan perjalanan domestik ketimbang internasional. Lalu lintas penumpang udara telah sepenuhnya pulih dan bahkan melampaui tahun 2019, memberikan manfaat bagi bisnis lokal. Sementara lalu lintas warga Cina bepergian keluar negeri kini mencapai 80.3 persen dari level tahun 2019.
Pertumbuhan positif diperkirakan akan terjadi pada 2024, didukung oleh pembebasan visa di kawasan Asia Pasifik dan sekitarnya. Serta peningkatan kapasitas penerbangan internasional, yang menguntungkan bagi destinasi seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Sementara dari pasar India, MEI melaporkan tahun 2024 lebih banyak wisatawan India yang bepergian ke luar negeri. Diperkuat oleh perkembangan pesat kelompok kelas menengah, kapasitas rute tambahan, dan keinginan kuat untuk bepergian.
Tahun 2024 menjadi tahun di mana jumlah wisatawan India yang melakukan perjalanan internasional mencapai puncak tertinggi dalam sejarah. Dalam tiga bulan pertama tahun 2024, 97 juta penumpang melakukan perjalanan melalui bandara di India. Sepuluh tahun yang lalu, angka yang sama membutuhkan waktu satu tahun untuk dicapai.
Lalu lintas penumpang domestik naik 21 persen dibandingkan 2019. Sementara, lalu lintas penumpang internasional naik 4 persen per Maret 2024. Dibandingkan tahun 2019, kunjungan wisatawan India ke Jepang meningkatsebesar 248 persen, ke Vietnam meningkat 59 persen jumlah.
Pengalaman dan Hiburan Malam
Menurut MEI, trend konsumen global, memprioritaskan pengalaman dibandingkan materi. Hal ini terlihat pada sektor pariwisata dengan pengeluaran untuk pengalaman dan hiburan malam mencapai 12 persen dari penjualan pariwisata – merupakan angka tertinggi dalam lima tahun terakhir. Sementara itu, belanja ritel pulih dengan kecepatan yang lebih lambat.
Wisatawan Australia menjadi kelompok dengan pengeluaran tertinggi di dunia untuk pengalaman dan hiburan malam. Pada 2024, masyarakat Australia menghabiskan satu dari setiap lima dolar (19 persen) untuk kegiatan-kegiatan ini – jauh lebih tinggi dari rata-rata global (12 persen).
Wisatawan dari Cina Daratan juga semakin banyak yang mencari pengalaman dan menikmati hiburan malam, menghabiskan 10 persen untuk kategori ini pada 2024, naik dari 7 persen pada 2023.
Kenyamanan lebih diutamakan daripada kemewahan untuk mode dan pilihan makanan, memilih suasana santai, kecuali di tempat-tempat di mana toko mewah dan fine dining memberikan pengalaman istimewa dengan nilai sebanding.
Penjualan busana mewah melonjak dari tahun ke tahun (year-on-year) dalam tahun2024 –pada Maret 2024 di Jepang (152 persen) dan Hong Kong (208 persen), meskipun busana kasual masih mendominasi penjualan di sebagian besar negara.
Sebagian kenaikan di Hong Kong disebabkan oleh terlambatnya pembukaan kembali negara tersebut pada 2023, sedangkan kenaikan di Jepang disebabkan oleh melemahnya Yen dan kuatnya pariwisata dalam negeri. Australia, India, dan Thailand, menikmati perkembangan pesat industri fine dining. Dinamika pergeseran minat pasar menumbuhkan kinerja restoran premium lebih unggul dibandingkan dengan restoran kasual, di negara lain.
Harga Hotel Lebih Rendah
Di Asia Pasifik (tidak termasuk Australia dan Selandia Baru) pada 2024, wisatawan memperpanjang perjalanan mereka rerata 1,2 hari menjadi total durasi 7,4 hari. Didorong oleh keterjangkauan destinasi, cuaca hangat, dan nilai tukar yang menguntungkan, dibandingkan dengan rerata tahun 2019 yaitu 6,1 hari per perjalanan.
Di Australia dan Selandia Baru, pengunjung luar negeri rerata menginap selama 5,4 hari, meningkat 0,6 hari dibandingkan 2019.
Destinasi di Asia Pasifik dengan peningkatan durasi liburan terpanjang antara 2019-2024 adalah India (+2 hari), Vietnam (+2 hari), Indonesia (+1,9 hari), dan Jepang (+1,4 hari), yang sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan harga hotel yang lebih rendah sepanjang periode Juni- Agustus dibandingkaan dengan market lainnya.
Semakin lama wisatawan menghabiskan waktu di suatu tempat, semakin besar kemungkinan bagi mereka untuk mengeluarkan lebih banyak uang, sehingga memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal.
“Di tengah lanskap pariwisata yang terus berkembang dan lonjakan perjalanan sepanjang 2024, Mastercard Economics Institute (MEI) membantu bisnis dan pembuat kebijakan dalam menerjemahkan kekuatan makroekonomi dan wawasan data menjadi strategi yang dapat dijalankan di tingkat negara, kategori, dan perusahaan, serta memberikan konsultasi terkait skenario dan implikasinya terhadap permintaan pasar,” papar David Mann, Chief Economist, Asia Pacific, Mastercard.