BANJARBARU, bisniswisata.co.id: Tubuhnya dengan luwes berpose mengikuti gerakan penari pria dengan kostum Suku Dayak di Pulau buatan di area Amanah Borneo Park, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Mengenakan pakaian adat Suku Dayak pula, Masrura Ram Idjal, nama wanita ini terlihat cantik plus hiasan bulu burung di kepalanya. Dia lalu beranjak dan berjalan ke booth foto tempat penutupan South Kalimantan ( Suka) Travel Mart 2021 lainnya.
Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) DPD Kalimantan Selatan menyelenggarakan South Kalimantan.( SUKA) Travel Mart pada 21 – 24 Oktober 2021 yang mempertemukan buyers (pembeli) dari 17 provinsi dengan para sellers dari industri pariwisata Provinsi Kalsel.
Masrura yang datang sebagai buyer mengikuti seluruh kegiatan dan membaur dengan semua kalangan peserta tanpa ada rasa canggung. Kepercayaan diri yang kuat dan keramah tamahannya membuat Masrura seakan tidak pernah kehabisan teman.
Di arena penutupan kali ini dia meminta para penari wanita berpose bersama sambil menebarkan senyum manisnya. Empat hari bersama wanita yang energik ini membuat kami jadi akrab meskipun tak menyiapkan waktu khusus untuk berbincang-bincang.
Jatuh cinta sejak belia
Dunia pariwisata bukan hal yang baru bagi pemilik dan CEO sejumlah usaha pariwisata ini mulai dari usaha biro perjalanan wisata ( travel agent) hingga hotel. Apalagi sejak masih belia dia sudah menetapkan arah tujuan hidup dan pendidikannya untuk berkecimpung di bidang pariwisata.
“Saya menempuh pendidikan sekolah menengah industri Pariwisata atau SMIP yang sekarang berubah Namanya menjadi SMK Pariwisata sejak berusia 15 tahun (setingkat SMA). Pariwisata sudah mandarah daging dalam keseharian dan hirupan nafas hingga saat ini,” ujarnya membuka percakapan.
Ayahnya yang berasal dari Amuntai, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan yang berjarak 190 km di sebelah utara Kota Banjarmasin, ibu kota provinsi Kalimantan Selatan memang tergolong orangtua yang membebaskan putrinya ini untuk menempuh pendidikan dan bidang yang dicintainya.
Setelah menempuh Pendidikan dasar pariwisata dan bertemu dengan banyak tokoh dan penggiat di industri pariwisata sewaktu melakukan on the job training, Masrura mengaku pengalamannya semakin memperkaya wawasan yang sangat berguna ketika memasuki dunia industri yang sesungguhnya.
“Berkecimpung di industri pariwisata saya belajar banyak hal dan membuka mata akan besarnya potensi industri pariwisata Indonesia,” katanya dengan mata yang berbinar.
Wanita yang kini dipercaya pula sebagai Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia ( IWAPI) DPD Jawa Barat ini mengatakan cintanya pada dunia pariwisata Indonesia tidak pernah luntur.
Makin hari banyak yang dilihat dan dipelajari serta semakin banyak mengetahui khazanah negeri. Dia juga secara mendalam mengikuti diskusi diskusi pariwisata hingga semakin besar pula keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi negeri mengingat industri pariwisata di tanah air yang masih belum tergarap optimal.
” Saatnya saya memberikan manfaat secara maksimal kepada masyarakat Indonesia. Oleh karena itu saya terus semangat pula untuk menimba ilmu dan melakukan riset-riset,”
Totalitas di dunia usaha dan pendidikan.
Menjadi seorang pengusaha Biro Perjalanan Wisata ditambah dengan keaktifan mengikuti organisasi usaha khususnya yang berhubungan dengan industri pariwisata semakin mengasah lebih tajam cara pandang dan analisa, ungkapnya.
Apa yang saat itu dan sampai hari ini masih terjadi dalam industri pariwisata Indonesia adalah masih jauh dari pengelolaan yang dapat menjadikannya tambang emas bagi masyarakat Indonesia di masa depan.
“Pariwisata masih hanya dinikmati oleh kalangan pebisnis yang mempunyai uang dan dapat membangun bisnisnya menggunakan potensi kekayaan alam yang melimpah,”
Menurut dia, masyarakat masih menjadi penonton dari asset negara yang melimpah ini dan hanya merasakan remah-remah saja dari tetesan manfaat dan dampak dari industri pariwisata yang terus menggeliat dan bersinar jauh sebelum COVID -19 melanda dunia.
Berangkat dari siitulah, setelah berpuluh tahun terlibat berbisnis dan aktif di organisasi pariwisata, maka pada tahun 2015 lalu setelah 12 tahun meninggalkan dunia akademisi Masrura kembali ke bangku kuliah.
Sebelumnya Masrura menempuh Pendidikan vocational tourism and hospitality di Australian College of Tourism and Hospitality di Melbourne pada tahun 2003. Niat untuk memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara yang makin menggebu akhirnya dia memutuskan untuk kembali kedunia akademisi.
“Selain banyak mendapatkan ledekan dari berbagai pihak yang mengatakan bahwa pengusaha seharusnya hanya berfikir keuntungan bisnis saja tidak usah memikirkan masyarakat. Kalau jadi pebisnis ya pikirkan duit saja,”
Pandangan semacam itu bukan bagian dari karakter ssorang Masrura. Apalagi sebagai pengusaha di industri pariwisata terutama keterlibatan sebagai pengurus organisasi pariwisata membuka mata hatinya sangat lebar atas ketimpangan dan berbagai permasalahan yang terjadi dilapangan.
“Solusinya sebagai praktisi sebenarnya tidak memerlukan effort yang besar asalkan pemerintah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan mau bahu-membahu bergandengan tangan menyelesaikannya,” ujarnya singkat.
Akan tetapi rupanya tidak semudah itu untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Apa yang di lapangan oleh para praktisi pariwisata dianggap simple untuk di selesaikan ternyata tidak sesederhana itu untuk di carikan solusinya.
“Harus ada legitimasi secara sciencetific sebagai dasar membuat kebijakan dan analisa mendalam sebelum di tetapkan menjadi sebuah aturan/regulasi yang dibutuhkan untuk memberikan dampak baik secara luas bagi masyarakat,” tegas Masrura.
Kondisi sebenarnya
Kondisi pariwisata Indonesia ternyata tak seindah potensi alamnya yang luar biasa. Keputusannya menempuh pendidikan Master of Science dalam bidang Tourism and Hospitality Management di salah satu universitas di Oxford, Inggris telah memberikan banyak “bird view”.
Keluar dari lingkungan dimana kita biasa berada dan melihatnya dari kejauhan dengan membandingkannya dengan negara-negara lain semakin menguatkan semua hipotesa – hipotesa awal akan kondisi yang dialami oleh pariwisata Indonesia.
Pihaknya terpicu dan menguatkan diri untuk menjadi salah seorang yang berkontribusi dalam mengembangkan dan memberikan manfaat yang lebih luas untuk industri pariwisata terutama terhadap masyarakat Indonesia.
“Hasil disertasi dari Strata dua saya mengenai perencanaan dan kebijakan pariwisata di Indonesia yang menantang saya untuk melakukan riset lebih lanjut dengan keberanian memulai menempuh pendidikan dan riset lebih lanjut dalam program PhD di kampus yang sama di Fakultas Bisnis, Oxford Brookes University,” kata Masrura.
“Berangkat dari keinginan itulah untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi pariwisata maka riset PhD saya berfokus pada pembangunan dan pengembangan desa wisata,”
Masrura fokus menganalisa UU no 6 tahun 2014 tentang Desa. Lewat judul riset “The influence of decentralisation policy to the nexus of power in tourism in rural communities”, dia menganalisa dan mengevaluasi undang-undang tentang Desa dalam pengembangan dan pembangunan Desa Wisata.
Hal ini berkaitan dengan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di desa khususnya pembangunan pariwisata di perdesaan.
Selain itu riset ini juga menganalisa apa saja keuntungan dari UU ini untuk pembangunan pariwisata di Desa termasuk apa saja benefit yang di dapat oleh masyarakat dari UU yang sudah dibuat oleh pemerintah.
Pengembangan kawasan pedesaan menjadi sebuah destinasi wisata akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kehidupan masyarakat desa yang lebih baik.
Hal ini dapat dilakukan tanpa harus meninggalkan atau mengubah cara hidup keseharian mereka selama ini. Pengembangan pariwisata di perdesaan akan melindungi kekayaan alam, adat, budaya dan sumber daya alam beserta kearifan lokal masyarakat.
Kegiatan pembangunan infrastruktur, pemberdayaan masyarakat desa dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, dan peningkatan pembangunan perdesaan adalah bagian dari pembangunan nasional.
Hal ini penting untuk dicermati terutama kondisi di masa pandemi COVID-19 dimana industri pariwisata paling berdampak. Ada lebih dari 83.000 Desa di Indonesia yang mempunyai beragam potensinya dan sudah ada lebih dari 7.000 desa wisata yang dibangun dan berkembang.
“Begitu besarnya potensi-potensi sumber daya alam, adat istiadat dan modal sosial budaya yang tersebar di pelosok Indonesia serta manfaat dari pengembangan desa menjadi destinasi wisata sangat menantang untuk dikembangkan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia,” urainya.
Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa Masrura mengambil riset yang berhubungan dengan pembanguan dan pengembangan pariwisata di pedesaan.
Alasan lainnya adalah bahwa sebagai seorang muslim, mengamalkan ilmu dan memberikan manfaat dari ilmu yang dimiliki maka pahalanya akan terus mengalir sampai kita menutup mata dan berada di alam kubur.
“Pahala dari ilmu ini juga yang saya ingin dapatkan untuk bekal akhirat saya sebagai seorang Muslim nanti,” ujarnya.
Saat ini dia dan teman-teman di asosiasi sejak awal pandemi sudah mulai mengadakan brainstorming dan diskusi-diskusi serta motivasi bagi teman-teman BPW dan pelaku wisata untuk mendampingi teman-teman di desa dalam membangun dan mengembangkan desanya menjadi sebuah destinasi wisata.
Masrura juga saat ini sudah membentuk sebuah foundation yang akan menaungi semua kegiatan pendampingan ini serta menjadi sebuah pusat think tank dalam membantu pengembangan destinasi pariwisata diperdesaan.
“Jangan hanya latah dengan tren desa wisata tapi kita dampingi mulai dari membangun, mengembangkan, mengelola, mempromosikan serta menjual destinasi tersebut baik di dalam maupun di luar negeri,”
Disamping kekuatan SDM yang di miliki, Masrura juga memiliki sebuah platform digital untuk mempromosikan destinasi wisata dan experience yang ada di destinasi tersebut.
Platform ini menjadi sebuah kekuatan bagi teman-teman pelaku pariwisata dan destinasi untuk mempromosikan destinasinya ke seluruh dunia.
Platform bernama hayo.travel saat ini sudah mewadahi 1.790 Tour operator/destinasi wisata dan desa wisata dengan produk hampir 10.000 tour/atraksi/destinasi.
“Siapapun bisa bergabung secara gratis di platform ini untuk dipromosikan ke berbagai marketplace tour/wisata dunia seperti Expedia, Tripadvisor, klook. Booking.com, magpie dan lainnya,”
Masrura saat ini fokus membantu pelaku pariwisata di seluruh Indonesia untuk membangun destinasi wisata di daerah masing-masing, mendampingi mereka hingga bisa mandiri mengelola- nya dan kemudian membantu mereka mempromosikannya di platform digital.
Program pentingnya adalah memberdayakan masyarakat dengan melakukan kegiatan edukasi untuk membukakan kesadaran masyarakat akan pariwisata dan juga literasi digital dalam kehidupan keseharian mereka serta untuk mempromosikan destinasi mereka.
“Kegiatan ini membutuhkan dukungan dari semua pihak karena keterbatasan tangan kami dalam melakukan program-program tersebut,” ungkapnya.
Oleh karenanya dengan tangan terbuka dia mengajak mereka yang mempunyai visi dan misi yang sama untuk bergabung dan mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Indonesia dari sektor pariwisata.
“Untuk Indonesia yang lebih baik, mari kita bergandengan tangan bersama,” kata Masrura dengan senyuman khasnya.
Obrolan panjangnya membuat saya terdiam, sementara Masrura tiba-tiba sudah ikut medley, bernyanyi di panggung bersama teman-teman lainnya menyanyikan lagu khas daerah setempat.
Wanita yang memiliki leadership menonjol dan kepedulian umat ini kembali membaur bersama peserta, menyembunyikan pengalaman dan latar belakang pendidikannya yang tinggi dan bisa menbuat orang awam menjadi minder.
Sebaliknya senyum, senyum dan senyumlah yang menjadi ‘senjata’ ampuhnya dalam melakukan edukasi dan investasi akhiratnya. Sukses ya bu dan tercapai cita-cita.