LABUAN BAJO, bisniswisata.co.id: Sejak dibangun Desember 2018, Marina Komodo Labuan Bajo mulai membuka diri ke publik. Salah satu kawasan wisata bahari mulai terlihat dari kawasan komersialnya. Saat ini sudah ada 6 tenant mulai beroperasi. Sedangkan hotel direncanakan dibuka pada Agustus 2019 dan marina tahun depan setelah perizinan dan pembangunannya selesai.
“Wajah Labuan Bajo akan bermula di Marina ini. Setelah kawasan komersia, Agustus kita akan launch Inayah Komodo Resort Hotel,” papar Dirut Indonesia Ferry Property, M Riza Perdana Kusuma di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Untuk kawasan komersial, sambung dia seperti dilansir Medcom, Ahad (19/05/2019), dengan membuka diri untuk pihak yang berkomitmen dengan peraturan yang mereka. Tidak saja perusahaan nasional, tapi juga lokal yang ingin bergabung dengan mereka. Termasuk menggandeng BUMN untuk bergabung.
“Saya approach siap pun yang berkomitmen untuk buka, semua yang teregister dan setuju dengan peraturan dan ketentuan yang kita berlakukan. Alhamdulliah Starbucks berkomitmen buka pertama dan ada juga yang lokal di sini. Saya juga ingin mengandeng BUMN, karena ini akan menjadi mall pertama terbuka dan proper di labuan bajo,” ujar Riza.
Riza menyadari membuka toko di Labuan Bajo bukan perkara mudah. Kendala di kawasan ini ialah logistik dan pergudangan. Pasalnya, Di kawasan seluas 2 hektare itu anak usaha dari PP dan ASDP itu akan membangun marina dengan 130 sandaran. Nantinya marina ini akan menyediakan kebutuhan listrik dan bahan bakar untuk para pemilik yatch yang berkunjung ke kawasan itu.
Namun untuk pengelolaan marina, Riza mengaku masih terkendala dengan peraturan. Pasalnya di Indonesia belum ada peraturan yang secara spesifik mengurus tentang marina. “Semua peraturan masih mengacu pada pelabuhan,” ujarnya.
Tidak hanya itu, ia juga mencari rekanan yang berkompeten untuk mengelola marina di masa depan. “Mimpi saya menjadikan marina ini menjadi marina terbaik dan berstandar internasional, karena jujur marina dan yatch indusri belum terlalu hidup, belum menjadi culture di Indonesia. Kehadiran ini akan mengubah wisata. Karena saya percaya infrastructure akan mengubah culture, habit, dan paradigma orang,” tutupnya. (NDY)