JAKARTA, bisniswisata.co.id: Sepeda onthel memang jarang terlihat di jalanan. Malah semakin terpinggirkan, kalah dengan kendaraan yang menguasai aspal. Kecuali sepeda modern untuk dipakai sarana bekerja. Selain barangnya tidak diproduksi lagi, juga kendaraan klasik menggunakan tenaga manusia ini menjadi benda koleksi.
Penampakan sepeda onthel hanya dilihat setiap ahad saat car free day (CFD), atau setahun sekali ketika pawai kemerdekaan atau perayaan 17 Agustus. Mengingat langkanya sepeda onthel, kini muncul sejumlah komunitas sepeda yang ingin melestarikannya.
Salah satunya Komunitas Ontel yang memiliki sekitar 300 anggota tersebar di Jakarta dan sekitarnya. Komunitas ini mengadakan pertemuan seminggu sekali, untuk meramaikan Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau CFD. Jika tidak ada CFD, anggota komunitas bertemu di Monumen Nasional (Monas).
Pertemuan itu banyak yang dihabas mulai guyonan, menanyakan kesehatan, harga sepeda ontel hingga mencari onderdil. Atau menggelar makan bersama hingga joget bersama. Seperti saat CFD pertama pasca liburan Lebaran.
Di pojokan Bundaran HI, masyarakat nampak berkumpul menonton penampilan dangdut koplo. Penyanyinya adalah seorang anggota dari Komunitas Sepeda Tua Jakarta. Meski dihalangi ratusan sepeda yang terparkir, tidak membuat warga mengurungkan niatnya menonton pertunjukan gratis itu.
Komunitas itu menggelar halal bihalal dengan tema lebaran onthel se-Jabodetabek di CFD Thamrin. Salah satu pendiri Komunitas Ontel, Darsono mengatakan CFD kali ini spesial karena bukan kumpul rutin biasa. “Hari ini spesial karena ada halal bihalal, makin ramai,” katanya di Bundaran HI, Ahad (16/6/2019).
Darsono menyebut komunitas ontel itu beranggotakan sekitar 300 orang. Kegiatan kumpul rutin dilaksanakan setiap Minggu. “Sebelumnya kami kumpul di Monas, beberapa tahun ini di sini (HI),” ucapnya.
Komunitas onthel berdiri sejak 2005 dan merupakan komunitas terbuka. Dengan kata lain siapa saja yang memiliki sepeda ontel bisa bergabung, Tidak ada syarat khusus untuk bergabung. “Enggak ada syarat datang saja, kita silaturahmi,” ucapnya.
Diakui kebanyakan anggotanya sudah sepuh, juga ada anak muda meski demikian komunitas mereka bebas dari unsur politik. “Pernah kita disuruh pakai atribut partai kami tolak, sekarang mending kita dangdutan,” tandasnya
Selain berkumpul, komunitas ini ingin melestarikan keberadaan sepeda tua keluaran 1945 dengan memperkenalkan kepada para generasi muda. “Kami sengaja melestarikan keberadaan sepeda ontel, dengan tujuan mengenalkan alat transportasi masa lalu kepada generasi muda saat ini sehingga mengetahui sejarah bangsa,” lontarnya.
Tujuan lainnya, untuk menangkal para generasi muda dari bahaya pergaulan bebas yang mengarah pada narkoba, judi, minuman keras, balap liar dan lain sebagainya. Dengan mengenalkan kembali budaya bersepeda tua. “Para generasi muda yang bergabung di komunitas ini, diharapkan bebas dari perilaku menyimpang,” harapnya.
Diakui, kegiatan melestarikan sepeda tua tersebut juga salah satu upaya untuk membiasakan transportasi ramah lingkungan tanpa polusi dan sekaligus sebagai olahraga yang bermanfaat bagi kesehatan. “Kami berupaya mengajak masyarakat agar lebih senang bersepeda, karena saat ini kemana-mana selalu menggunakan sepeda motor padahal jaraknya dekat,” kata dia.
Komunitas sepeda ontel kini berkembang pesat di seluruh kota di Indonesia, bahkan Presiden Joko Widodo juga gemar dengan sepada ontel. (NDY)